Artikel Pembaca : Pembasmi Kanker Karya Ilmuwan Indonesia
Sumber: Goradiofm.com

Info Sehat / 18 April 2015

Kalangan Sendiri

Artikel Pembaca : Pembasmi Kanker Karya Ilmuwan Indonesia

Lori Official Writer
5261

Setiap orang pasti takut mendengar penyakit kanker. Penyakit ini merupakan penyakit yang paling ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Kanker dapat mengenai laki-laki dan perempuan serta dapat menimpa semua bagian tubuh. Kanker memiliki banyak jenis. Penamaannya jenis kanker berdasarkan jenis selnya, dimana mereka mulai beraktifitas. Misalnya kanker paru-paru beraktifitas pada organ paru-paru, kanker hati terjadi pada organ hati, dll. Jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit kanker adalah lebih besar dari total jumlah kematian yang disebabkan akibat TBC, HIV, dan malaria.

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, diperkirakan terdapat penduduk Indonesia yang mengidap kanker baru adalah 1:1000 penduduk per tahun dan Kanker merupakan penyebab kematian ke-5 di Indonesia. Diasumsikan penderita kanker akan melesat tinggi pada tahun 2030 di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Berbagai teknologi pun telah banyak dikembangkan untuk mendiagnosa dan mengatasi jenis-jenis penyakit kanker. Contohnya, mammografi untuk mendiagnosa kanker payudara, CT scan untuk mendiagnosa kanker otak, Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendiagnosa kanker tulang.Positron Emision Tomografy (PET) untuk mendiagnosa kanker paru-paru Namun semua teknologi tersebut memiliki kelemahan yakni dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Pada rentang 10 tahun ini telah dikembangkan teknologi ECTV (Electrical Capacitance Volume Tomografy) buatan ilmuwan Indonesia bernama Dr. Warsito. Teknologi ECTV buatannya diberitakan mampu “membasmi” sel kanker dalam tubuh namun tidak merusak sel-sel dalam tubuh.

Pengembangan teknologi ECTV (Electrical Capacitance Volume Tomography) buatan Dr. Warsito saat ini sudah tercipta 4 perangkat yakni brain activity scanner, breast activity scanner, brain cancer electrocapacitive therapy, breast cancer electrocapacity therapy. Teknologi ini telah berhasil menyembuhkan banyak pasien penderita kanker payudara dan kanker otak dan salah satu pasien nya adalah kakak Dr. Warsito sendiri yang mengidap kanker payudara stadium 4. Jangka waktu pasien menggunakan alat nya tergantung jenis kanker yang sudah berkembang di dalam tubuh seseorang. Sehingga perlu konsultasi dokter untuk memastikan posisi dan jenis kanker yang diidap oleh seorang pasien.

Prinsip kerja dari ECTV ini serupa dengan cara kerja otak manusia. Sebagaimana kita tahu bahwa otak mampu membedakan objek yang kecil dan objek yang besar secara bersamaan. Pemindaian objek ECTV menggunakan sistem kerja saraf. Sistem ini menginput wujud benda yang dipindai dan bekerja memanfaatkan distribusi kekuatan medan listrik statis yang dipengaruhi sensor yang diletakkan secara 3 dimensi. Nilai medan listrik statis ini akan berubah-ubah sesuai dengan obyek yang berada didalamnya. Perubahan medan listrik ini akan dikonversi menjadi perubahan nilai kapasitansi yang terukur menjadi citra objek dan yang akan dihasilkan berupa citra tiga dimensi.

Pemanfaatan teknologi ECTV karya warsito tidak hanya dimanfaatkan pada bidang medis. Namun juga sudah dimanfaatkan di bidang industri contoh reaktor yang dipakai di pabrik-pabrik. Di bidang transportasi, teknologi untuk mendeteksi kebocoran tabung gas.Teknologi ini juga sudah digunakan pada perusahaan transportasi transjakarta. Yang lebih fenomenal, lembaga antariksa milik Amerika Serikat, NASA, juga menggunakan teknologi ini untuk melihat tembus timbunan material di dinding luar pesawat. Hal ini dikarenakan apabila ada timbunan material luar seperti air maka dibagian luar pesawat dinding pesawat dapat terbakar.

Fokus dan Konsisten mungkin istilah yang tepat untuk menggambarkan keberhasilan warsito dalam mengembangkan teknologi ECTV sampai sekarang ini. Ide teknologi ECTV diperoleh nya saat ia sedang menempuh tugas akhir S-1 di fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Semula ia ingin membuat teknologi yang dapat “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang tak tembus cahaya..  tertantang untuk membuat teknologi yang terkesan fiksi ilmiah membuat Warsito   meneruskan ide tomografi nya ini pada tesis di jurusan teknik kimia Universitas Shizuoka dan disertasi di jurusan teknik elektronika di Universitas Shizuoka.

Saat ini, Warsito terus mengembangkan teknologi ECTV di tanah air. Iapun mendirikan Ctech Labs (Center for Tomography Reserach), membangung Klinik Riset Kanker C-Care Ctech Labs, dan juga memimpin lembaga riset Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI) sebagai bentuk pengabdian nya ditanah air. Begitu besar harapan banyak orang Indonesia terhadap karyanya ini mulai dari hal sederhana yakni sebagai solusi  terhadap pasien penderita kanker menengah ke bawah yang banyak hingga menyeterakan hadiah nobel kedokteran terhadap karyanya yang dianggap lebih baik  dengan penemuan CT-Scan dan mesin X-ray. Namun ia tidak berfikir jauh sampai ke arah nobel. harapannya adalah dengan penemuannya memberi harapan sembuh bagi penderita kanker dan terhadap ilmuwan Indonesia agar terpacu untuk mempunyai budaya riset dan dan tidak merasa rendah terhadap bangsa-bangsa lain.

Sumber : William Yohanes
Halaman :
1

Ikuti Kami