Maluku Peringati 410 Tahun Masuknya Api Injil

Internasional / 25 February 2015

Kalangan Sendiri

Maluku Peringati 410 Tahun Masuknya Api Injil

daniel.tanamal Official Writer
7821
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE </xml><! endif]-->

Tanggal 27 Februari adalah salah satu hari yang paling bersejarah untuk masyarakat Maluku beragama Protestan. Karena pada tanggal itulah di tahun 1605, pelayanan penginjilan pertama kali ditetapkan masuk dan disebarkan ke seluruh “pulau rempah-rempah”.

Semangat pelayanan tersebut dikenal sebagai “Api Injil Masuk di Maluku” yang pada pekan ini mulai 21 hingga 28 Februari 2015 akan dirayakan oleh warga Maluku di Jakarta, Maluku dan Amerika Serikat.

Diselenggarakan oleh Lembaga Bangsa Sejahtera, sebuah lembaga yang sangat peduli terhadap pengembangan Maluku khususnya di bidang sumber daya manusia dengan berdasarkan pada Injil Kristus, peringatan ini sekaligus menjadi alarm bagi warga Maluku untuk mengingatkan bahwa sejak dahulu Tuhan mempunyai rencana besar bagi bangsa Maluku, karena tidak secara kebetulan Maluku menjadi pintu gerbang pertama kali, masuknya injil ke Nusantara dan Asia.

“Peringatan ini sungguh besar maknanya bagi orang Maluku agar api injil terus menyala di jiwa dan hati orang Protestan Maluku. Maluku seharusnya menjadi sentra injil di indonesia dan asia, karena injil lebih dahulu masuk di Maluku. Tuhan mau agar orang Maluku menjadi terang dimana saja mereka berada, di segala suku dan bangsa,” kata Pendeta Jerry Rumahlatu, dalam konferensi pers bersama wartawan di Wisma Maluku, Kebon Kacang, Jakarta Pusat, Sabtu (21/02/2015).

Namun fakta saat ini menunjukan bahwa kontribusi warga Maluku yang telah menyebar ke seluruh Nusantara, sangat minim kontribusi terhadap negara. Padahal dimasa lampau, Maluku melahirkan putra-putra terbaik yang perannya sangat besar bagi Indonesia, seperti Johannes Latuharhary, Johannes Leimena, Prof GA Siwabessy, Dr Latumeten dan beberapa nama besar lainnya.

Ketua Lembaga Bangsa Sejahtera, Hendrik Pattinama melihat bahwa ada sebuah grand design besar yang membuat kondisi ini dialami oleh warga Maluku. “Saat ini kontribusi orang Maluku sangat menurun, padahal orang Maluku itu berani dan pintar! Memang kelihatan ada suatu grand design yang dibuat dan akhirnya Maluku itu menjadi nothing. Saya harap anak muda Maluku melihat dan mau taat hukum, jadi orang yang bisa berkeadilan dan bisa menjadikan Maluku menjadi satu kekuatan untuk indonesia,” tegasnya.

Lebih jauh, Prof JE Sahetapy melihat bahwa sejak lampau hingga sekarang, identitas warga Maluku seperti ada yang merekayasa hingga Maluku tidak bisa berkembang. Padahal, menurutnya warga Maluku punya potensi dan kecerdasan yang tinggi yang sama dengan putra daerah lainnya di Nusantara.

“Ada kesengajaan, selalu dikatakan orang Ambon itu bertalian dengan RMS, itu tidak betul. Itu rekayasa penguasa. Orang Ambon dapat uang darimana untuk membuat bendera saat itu. Lalu, kenapa orang Ambon Kristen tak bisa bahasa Ambon, ini adalah politik busuk Belanda, karena jika orang-orang Kristen bisa bahasa daerah, Belanda tidak akan mengerti apa yang diucapkan. Nah menurut saya jika Api Injil ini mau terus dibangkitkan, orang Ambon harus mau hidup sebagai Kristen sejati dan bukan orang yang hidup dalam khayalan sebagai orang Kristen seperti yang pernah ditulis filsuf Denmark, Søren Kierkegaard,” tambahnya.

Sementara itu, Pendeta Bara Siwabessy yang merupakan Gembala dari Gereja Mission for Christ Church (MFCC) di Yorba Linda California Amerika Serikat, menyebutkan bahwa saat ini ada 400 keluarga warga Maluku yang menetap di AS yang terus menjaga peringatan masuknya Api Injil di Maluku dan juga terus menjaga agar keturunannya tetap tahu asal-usulnya.

“Masyarakat Maluku di AS selalu punya rasa kedekatan dengan saudara-saudara di kampung mereka. Mereka pindah ke AS karena alasan keamanan dan ekonomi, terutama setelah kerusuhan (Ambon 1999). Mereka sudah beranak pinak dan mereka juga merasa harus memastikan bahwa anaknya tidak kehilangan identitasnya (keturunan Maluku). Peringatan ini sangat bermakna oleh mereka, dan tetap ikut merayakannya,” papar Bara.

Acara peringatan ini telah diselenggarakan pada Sabtu 21 Februari lalu di Wisma Maluku Jakarta Pusat dengan kegiatan Seminar dan Ibadah. Dua kegiatan lainnya akan dilaksanakan di Ambon Maluku pada Jumat 27 Februari dan juga pada Sabtu 28 Februari di gereja Oikumene Maluku California, Ramona, Corona California.




<!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <!--[endif]-->--> Sumber : Jawaban.com | Daniel Tanamal
Halaman :
1

Ikuti Kami