Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, mengatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat membuat pemerintah optimistis mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini, khususnya karena faktor pertumbuhan ekonomi yang melambat pada tahun lalu.
Pertama, kebijakan pemerintah untuk menghapus subdisi BBM
dan mengalokasikan dana subsidi sebesar Rp 270 triliun dan sebagian besarnya
dialihkan untuk pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastuktur akan
mendorong investor masuk dan menanamkan modalnya, baik investor domestik
ataupun dari luar negeri.
"Pemerintah harus optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen
dapat tercapai walau saya memperkirakan kemungkinan 5,5 persen," kata Tony di Jakarta, Senin, 16 Februari 2015.
Kedua, Inflasi
yang diperkirakan turun pada tahun ini juga akan mendorong naiknya pertumbuhan
ekonomi. Perkiraan penurunan inflasi pada tahun ini dikarenakan pemerintah
tidak akan menaikkan harga BBM secara signifikan akibat harga minyak dunia yang
diperkirakan akan tetap rendah pada tahun ini. "Perkiraan inflasi tahun
ini sekitar 4 sampai 5 persen," kata dia.
Ketiga adalah faktor capital
inflows. Menurut Tony, capital
inflows atau modal asing yang masuk ke Indonesia saat ini masih
baik. "Salah satu cirinya harga saham di Jakarta masih cukup tinggi,"
ujar dia. Hal tersebut dikarenakan asing masih percaya dengan Indonesia.
"Indonesia masih menjadi tempat favorit untuk menanamkan modal asing,
setelah Cina dan India," kata dia.
Karena itu, secara keseluruhan, Tony mengatakan pertumbuhan ekonomi pada tahun
ini diperkirakan mencapai 5,5 persen. "Tidak terlalu jauh dari target
pemerintah 5,7 persen," kata dia. Bila mencapai 5,5 persen itu sangat baik karena sesuai dengan kondisi perekonomian domestik dan global.