Magic Johnson, Jadi Legenda Bukan Hanya Di Lapangan Basket
Sumber: Randy Miramontez | Shutterstock.com

Profile / 12 February 2015

Kalangan Sendiri

Magic Johnson, Jadi Legenda Bukan Hanya Di Lapangan Basket

Puji Astuti Official Writer
5348

Dalam dunia basket, Earvin "Magic" Johnson adalah legenda. Namun pria berusia 55 tahun ini jadi legenda bukan hanya karena kehebatannya di lapangan bola, namun juga karena dia membawa dampak bagi kehidupan banyak orang yang mengalami nasib yang sama seperti dirinya, terjangkit virus HIV/AIDS.

Johnson pensiun dari karir profesionalnya sebagai pebasket sekitar 20 tahun lalu, saat itu ia sedang dipuncak karirnya. Di hari ia mengumumkan untuk pensiun, ia dengan berani mengungkap bahwa dirinya terjangkit HIV/AIDS.  Setelah itu, menjadi misi utamanya untuk menjadi advokat demi meningkatkan kesadaran akan HIV/AIDS.

Kini ia bukan hanya dikenal sebagai mantan pebasket handal, namun ia juga sukses menjadi pebisnis dan bahkan dermawan yang mendukung komunitas terpinggirkan terutama penderita HIV/AIDS. Pada Desember 2014 lalu, Johnson menjadi orang kedua dalam sejarah publikasi yang menerima "The Sportman of the Year Legacy Award" dari Sports Illustrades's saat acara tahunan Sportsman of The Year.

Orang pertama yang menerima penghargaan ini adalah pendiri Special Olympics, Eunice Kennedy Shriver pada tahun 2008.

"Mendapat pengakuan dari SI dengan penghargaan yang hanya diberikan kepada Eunice Kennedy Shriver, wanita yang membuat dunia lebih baik bagi jutaan penyandang berkebutuhan khusus secara intelektual, membuat hal ini sangat istimewa dan merasa tidak layak," demikian ungkap Johnson sebelum acara penyerahan penghargaan.

Sejak dia mengakhiri karir NBA-nya di tahun 1996, Johnson mengerahkan seluruh tenaganya sebagai seorang penguasaha. Dia adalah CEO dari Magic Johnson Enterprises (MJE), sebuah perusahaan miliaran dolar yang dia rintis sejak tahun 1987 (ketika ia masih aktif di lapangan basket). Usahanya melingkupi jaringan televisi ASPiRE, Magic Johnson Brigescape Academies, sebuah sekolah yang membantu anak yang putus sekolah tinggi unutk mendapatkan ijasah, dan Clear Health Alliance, yang membantu menyediakan perawatan kesehatan bagi pasien HIV/AIDS.

"Saya pernah ditanya apakah saya sedang membantu kaum minoritas atau menghasilkan uang," demikian pernyataan Johnson yang dikutip Sports Illustrated. "Jawaban saya adalah, saya mencoba melakukan keduanya."

Dibulan Desember 2014 juga, Johnson diketahui menjadi investor dan anggota dewan bagi The Marvel Experience, sebuah pertunjukan keliling yang didalamnya terdapat animasi 4 dimensi dan multimedia yang menampilkan para pahlawan super dari Marvel. Kemampuan bisnis Johnson bukan baru terbukti dengan investasinya di Marvel tersebut, namun dia juga pernah memiliki 105 gerai Starbucks dan 4,5% saham di klub basket Lakers. Dia menjual kedua hal itu ditahun 2010 dan mengumpulkan $100 juta dolar. Di tahun 2012, Johnson dan Guggenheim Partners, sebuah firma investasi, membeli Los Angeles Dodgers senilai $2,15 miliar, dan menurut MLB nilai itu adalah yang paling besar pernah dibayarkan untuk franchise olahraga di Amerika Utara.

Bisnis Magic Johnson tidak hanya itu, ia pernah memiliki saham rangkaian bioskop yang kemudian ia jual, juga restoran Burger King dan klub kesehatan yang masih dimilikinya. Pada tahun 2006, perusahaannya MJE membuat kesepakatan dengan Sodexo, perusahaan terbesar dibidang layanan makanan dan fasilitas managemen.

Dengan perkiraan harta bersih mencapai 500 juta dolar, dan MJE senilai 1 milyar dolar, menjadikan Magic Johnson salah satu pengusaha berkulit hitam yang sukses di Amerika Serikat. Hal ini menjadi sebuah pencapaian karena hingga kini hanya ada 5 CEO berkulit hitam di jajaran Fortune 500, dan akan menjadi enam orang ditahun 2015 ini. Daftar CEO itu adalah Kenneth Frazier dari Merck, Kenneth Chenaulth dari American Express, Roger Ferguson, Jr dari TIAA-CREF, Donald Thompson dari McDonald, Ursula Burns dari Xerox dan Marvin Ellison yang saat ini menangani J.C.Penney.

Dalam buku memoarnya, "My Life", Magic Johnson mengungkapkan bahwa ayahnya adalah inspirasi dalam menjalankan usahanya, "Ayah saya tidak percaya dengan sedekah," tulis Johnson. "Jadi sebagai seorang anak, satu-satunya jalan agar tangan saya mendapatkan uang jajan adalah dengan pergi keluar dan bekerja untuk mendapatkannya."

Jalan Earvin "Magic" Johnson untuk mencapai kesuksesannya penuh liku, bahkan cobaan yang berat. Ia bisa melewati masa-masa sulit menangani penyakit HIV/AIDS. Ia bisa menepis tudingan bahwa ia akan mati muda karena penyakitnya itu. Ia membuktikan para pengkritiknya salah, dan berhasil bukan hanya membuat dirinya sukses, namun juga menolong banyak orang untuk menjadi seperti dirinya.

Sumber : Entrepreneur.com | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami