Memasuki tahun 2015, tak tertutup kemungkinan akan ada harapan baru bagi kondisi dunia yang lebih baik lewat 14 momen spiritual di tahun 2014 yang tertangkap media ini. Berikut ulasannya seperti dikutip dari Huffingtonpost.com:
#1 Pendeta bersatu menuntut kesetaraan ras
Kasus penembakan remaja kulit hitam Michael Brown di Furgeson beberapa bulan silam mengudang para pemimpin gereja, khususnya pendeta berdiri bersama menuntut keadilan dan kesetaraan ras dalam aksi protes secara besar-besaran beberapa waktu silam. Mereka rela tidak tidur dan menggelar doa di rumah-rumah mereka. Banjir protes menyusul meninggalnya Eric Garner juga diwarnai dengan sejumlah aksi tanpa lelah menuntut kesetaraan ras sekaligus menjadi harapan aan sebuah perubahan baru menyongsong tahun 2015 di Ferguson, New York.
#2 Muslim dan non-Muslim serukan perlawanan terhadap Islamophobia
Menghadapi peningkatan pandangan terkait fobia Islam di dunia, baik kaum muslim dan non muslim berupaya untuk mengubah paradigm negatif terkait ISIS yang kerap dikait-kaitkan dengan Islam. Sekelompok pelajar dari Universitas Macquarie Australia mendokumentasikan reaksi aneh untuk menunjukkan tentang serangan fobia Islam dengan suatu hal yang menginspirasi. Gereja di Australia dan Canada duduk bersama dengan komunitas Muslim untuk meresponi tindaan kejahatan. Dan di Amerika anggota keluarga korban tragedi 9/11 berkampanye tentang anti-Islamophobia untuk menciptakan perdamaian dan penerimaan.
#3 Paus Fransiskus ajak pemimpin dunia menabur benih damai dan kebebasan
Pemimpin gereja Katolik ini secara konsisten masih terus menyerukan perdamaian dan kebebasan bagi seluruh dunia. Seruan ini kerap disampaikan di acara-acara gereja dan pertemuan global. Dalam hal ini, dirinya pun kerap disebut sebagai ‘peace-maker’ atau tokoh perdamaian. Paus menjadi fasilitator perdamaian antar dua negara, seperti saat dirinya menjamu pemimpin negara Israel dan Palestina di Vatikan beberapa waktu lalu. Mei lalu, Paus melakukan perjalanan suci ke berbagai situs-situs keagamaan Kristen, Islam dan Yahudi di Timur Tengah. Perjalanan ini bahkan lebih banyak berbicara tentang hubungan antara Kristen dan Islam. Pada bulan November lalu, Paus juga berdoa disepanjang Grand Mufi di Istanbul, Turki. Dilanjutkan dengan momen konsiliasi dengan gereja Orthodox, dimana Paus meminta dan memohon berkat dari Ecumenical Patriarch Bartholomew I.
#4 Pemberian nobel perdamaian atas perjuangan terhadap pendidikan anak-anak dan kaum muda
Tahun 2014 menjadi momen bersejarah bagi remaja Pakistan Malala Yousafzai dan pria aal India Kailash Satyarthi dimana keduanya dianugerahi penghargaan nobel perdamaian. Mereka terpilih berkat perjuangannya melawan supremasi hukum terkait pendidikan bagi anak-anak dan remaja. Bersama Yousafzai dan Satyarthi, penghargaan ini menjadi jembatan bagi persatuan antara Pakistan dan India, Islam dan Hindu, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, dan menunjukkan betapa kuatnya kesatuan kemanusiaan dalam mencapai tujuannya.
#5 Perempuan ambil bagian dalam beberapa denominasi
Dua puluh tahun setelah ditahbiskan sebagai imam, perempuan kembali ambil bagian dalam tugas keuskupan di gereja. Pada 17 Desember lalu, Pdt Libby Lane terpilih menjadi seorang uskup perempuan pertama dari Gereja Inggris.
#6 Banyak orang Yahudi dan Arab menolak jadi musuh
Konflik serangan
roket di jalur Gaza antara Israel dan Palestina tak lantas memicu permusuhan antara
kaum Yahudi dan Arab. Mereka justru mempromosikan perdamaian dan persahabatan lewat sosial media dengan hashtag, ‘Jews and Arabs refuse to be enemies’ atau ‘Orang-orang Yahudi dan Arab menolak untuk bermusuhan.
#7 Gereja memobilisasi sejumlah relawan untuk membantu korban Ebola
Serangan virus Ebola yang marak di sejumlah negara memicu munculnya perhatian dari gereja. Pendeta Brent Barry dari Gereja Presbyterian North Park lokal memimpin koalisi antar gereja untuk turut serta mengerahkan relawan untuk membantu korban ebola dengan mempertaruhkan kesehatan mereka.