14 Momen Spiritual Pembawa Harapan Baru di 2015  (1)
Sumber: AP

Internasional / 30 December 2014

Kalangan Sendiri

14 Momen Spiritual Pembawa Harapan Baru di 2015 (1)

Lori Official Writer
2916
Belakangan ini, dunia dirundung perang, konflik dan penyakit langka yang menyerang banyak orang. Dan tak jarang agama dijadikan sebagai kambing hitam. Kendati begitu, sebagian kecil orang-orang dari agama berbeda justru berdiri bersama dalam kebenaran, konsisten memberi pemahaman dan menciptakan perdamaian, menyediakan bantuan sosial dan membela keadilan.

Memasuki tahun 2015, tak tertutup kemungkinan akan ada harapan baru bagi kondisi dunia yang lebih baik lewat 14 momen spiritual di tahun 2014 yang tertangkap media ini. Berikut ulasannya seperti dikutip dari Huffingtonpost.com:  

#1 Pendeta bersatu menuntut kesetaraan ras

Kasus penembakan remaja kulit hitam Michael Brown di Furgeson beberapa bulan silam mengudang para pemimpin gereja, khususnya pendeta berdiri bersama menuntut keadilan dan kesetaraan ras dalam aksi protes secara besar-besaran beberapa waktu silam. Mereka rela tidak tidur dan menggelar doa di rumah-rumah mereka. Banjir protes menyusul meninggalnya Eric Garner juga diwarnai dengan sejumlah aksi tanpa lelah menuntut kesetaraan ras sekaligus menjadi harapan aan sebuah perubahan baru menyongsong tahun 2015 di Ferguson, New York.

#2 Muslim dan non-Muslim serukan perlawanan terhadap Islamophobia

Menghadapi peningkatan pandangan terkait fobia Islam di dunia, baik kaum muslim dan non muslim berupaya untuk mengubah paradigm negatif terkait ISIS yang kerap dikait-kaitkan dengan Islam. Sekelompok pelajar dari Universitas Macquarie Australia mendokumentasikan reaksi aneh untuk menunjukkan tentang serangan fobia Islam dengan suatu hal yang menginspirasi. Gereja di Australia dan Canada duduk bersama dengan komunitas Muslim untuk meresponi tindaan kejahatan. Dan di Amerika anggota keluarga korban tragedi 9/11 berkampanye tentang anti-Islamophobia untuk menciptakan perdamaian dan penerimaan.  

#3 Paus Fransiskus ajak pemimpin dunia menabur benih damai dan kebebasan

Pemimpin gereja Katolik ini secara konsisten masih terus menyerukan perdamaian dan kebebasan bagi seluruh dunia. Seruan ini kerap disampaikan di acara-acara gereja dan pertemuan global. Dalam hal ini, dirinya pun kerap disebut sebagai ‘peace-maker’ atau tokoh perdamaian. Paus menjadi fasilitator perdamaian antar dua negara, seperti saat dirinya menjamu pemimpin negara Israel dan Palestina di Vatikan beberapa waktu lalu. Mei lalu, Paus melakukan perjalanan suci ke berbagai situs-situs keagamaan Kristen, Islam dan Yahudi di Timur Tengah. Perjalanan ini bahkan lebih banyak berbicara tentang hubungan antara Kristen dan Islam. Pada bulan November lalu, Paus juga berdoa disepanjang Grand Mufi di Istanbul, Turki. Dilanjutkan dengan momen konsiliasi dengan gereja Orthodox, dimana Paus meminta dan memohon berkat dari Ecumenical Patriarch Bartholomew I.

#4 Pemberian nobel perdamaian atas perjuangan terhadap pendidikan anak-anak dan kaum muda

Tahun 2014  menjadi momen bersejarah bagi remaja Pakistan Malala Yousafzai dan pria aal India Kailash Satyarthi dimana keduanya dianugerahi penghargaan nobel perdamaian. Mereka terpilih berkat perjuangannya melawan supremasi hukum terkait pendidikan bagi anak-anak dan remaja. Bersama Yousafzai dan Satyarthi, penghargaan ini menjadi jembatan bagi persatuan antara Pakistan dan India, Islam dan Hindu, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, dan menunjukkan betapa kuatnya kesatuan kemanusiaan dalam mencapai tujuannya.  

#5 Perempuan ambil bagian dalam beberapa denominasi

Dua puluh tahun setelah ditahbiskan sebagai imam, perempuan kembali ambil bagian dalam tugas keuskupan di gereja. Pada 17 Desember lalu, Pdt Libby Lane terpilih menjadi seorang uskup perempuan pertama dari Gereja Inggris.

#6 Banyak orang Yahudi dan Arab menolak jadi musuh

Konflik serangan roket di jalur Gaza antara Israel dan Palestina tak lantas memicu permusuhan antara kaum Yahudi dan Arab. Mereka justru mempromosikan perdamaian dan persahabatan lewat sosial media dengan hashtag, ‘Jews and Arabs refuse to be enemies’ atau ‘Orang-orang Yahudi dan Arab menolak untuk bermusuhan.

#7 Gereja memobilisasi sejumlah relawan untuk membantu korban Ebola

Serangan virus Ebola yang marak di sejumlah negara memicu munculnya perhatian dari gereja. Pendeta Brent Barry dari Gereja Presbyterian North Park lokal memimpin koalisi antar gereja untuk turut serta mengerahkan relawan untuk membantu korban ebola dengan mempertaruhkan kesehatan mereka.

Sumber : Huffingtonpost.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami