Hendri Suprapto Dirikan Batik Bixa Dengan Pewarna Alami
Sumber: https://www.facebook.com/hendri.suprapto

Profile / 29 December 2014

Kalangan Sendiri

Hendri Suprapto Dirikan Batik Bixa Dengan Pewarna Alami

Tiurma Ida Purba Official Writer
5908

Batik adalah budaya asli dari Indonesia. Pada tahun 1856, para leluhur menggunakan pewarna alami untuk mewarnai kain batik. Bisanya pengrajin  akan melakukan 20-30 kali pencelupan. Namun seiring berkembangnya zaman maka akhirnya pemerintah Belanda menemukan pewarna kimia yang dibawa ke Indonesia. Karena lebih cepat dalam mewarnai kain maka para leluhur menerimanya tanpa berpikir panjang.

Namun, pada tahun 1995 adanya pelarangan bagi produk tekstil untuk menggunakan produk kimia. Produk kimia ini ternyata mempunyai  efek yang sangat buruk terhadap kesehatan manusia yaitu kanker. Kanker pada manusia bisa terlihat setelah 10 tahun ke depan.

Salah satu pengrajin yang masih tekun dengan bisnis batiknya adalah Hendri Suprapto. Hendri sempat mendapat surat larangan pemakaian bahan kimia terhadap produk tekstil dari Kedutaan Besar Indonesia di Belanda. Hal ini membuat hendri seperti tersambar petir. Karena di tahu bahwa 99,9 % pengrajin batik masih menggunakan bahan kimia untuk mewarnai baju.

Lalu Hendri  bersama para pengrajin melakukan penelitian  untuk  mencari solusi untuk mewarnai baju dengan bahan alami. Akhirnya di tahun 1996, mereka menemukannya dan menyebarluaskan dari Sabang sampai Merauke. Mereka menamai teknologi itu adalah Mordan atau Mordanting. Mordan adalah teknologi yang memasukkan unsur logam ke dalam serat, sehingga unsur logam tersebut dapat bereaksi dengan materi coloring yang ada dalam tumbuh-tumbuhan. Logam yang mereka pakai adalah aluminium. Asal alumunium tersebut adalah dari tawas.

Dengan inisiatif dan pantang menyerah akhirnya tahun 1998, Hendri membangun usaha Batik Bixa. Bixa diambil dari nama salah satu tumbuhan. Dia berharap dengan orang –orang tahu bahwa pewarna yang dipakai di batiknya adalah berasal dari tumbuhan. Hendri saat itu masih bekerja di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik sebagai pegawai negeri sipil.

Dia mengaku bahwa hanya memulai usahanya ini dengan modal Rp 10 juta. Namun, walaupun sudah ada pewarna alami dari tumbuhan bukan berarti mengubah mindset para pengrajin untuk menggunakan pewarna alami. Mereka masih nyaman dengan pewarna kimia. Melihat respon para pengrajin kurang maka Hendri membuat pelatihan. Biaya pelatihan tersebut sekitar Rp 500 ribu – Rp 1 juta. Pelatihan ini diselenggarakan di galeri dan rumah tinggal Hendri.  Sedangkan workshop diadakan di kawasan Banguntapan, Bantul , Yogyakarta.

Untuk memudahkan mendapatkan pewarna alami, Hendri juga menjualnya dengan harga Rp 10 ribu- 80 ribu per kilogramnya. Saat ini bixa menjual kain dengan kisaran harga Rp 150 ribu- Rp 10 juta.  Hendri jual menjual kemeja dengan minimal harga Rp 200 ribu.

Pemasaran Bixa sudah sampai ke Jepang, Perancis dan Amerika. Sistem pemasaran yang mereka gunakan adalah “ Cash and Carry”. Hendri mengaku bahwa orang asing sangat meminati produk Bixa. Saat ini Hendri sudah memiliki 15 karyawan. Kecintaannya terhadap batik sudah dibuktikan lewat usahanya mendirikan Bixa. Menurut Hendri,  satu perwarna tumbuhan dapat menghasikan ratusan warna tumbuhan. Di Indonesia terdapat 150 jenis tumbuhan. Anda bisa membayangkan kan banyak sekali warna yang bisa dihasilkan dari 150 jenis tumbuhan.

Menurut pria kelahiran 26 Februari 1960 ini, pelan tapi pasti bahwa seluruh dunia akan memakai pewarna alami. Hal ini akan dimulai dari negara-negara maju yang sudah menggunakannya terlebih dahulu.

 

Sumber : Majalah Pengusaha edisi 53/by tiur
Halaman :
1

Ikuti Kami