Kala Santa Mengubah Hidup si Kikir Scrooge
Sumber: Cbc.ca

Kata Alkitab / 26 December 2014

Kalangan Sendiri

Kala Santa Mengubah Hidup si Kikir Scrooge

Lori Official Writer
3873
Dua puluh delapan tahun yang lalu, saya masih muda dan acuh dengan beragam perayaan Natal di New York City. Saya tidak jahat dan pembual. Saya juga tidak membenci Natal, tetapi sama seperti pandangan oang lain bahwa terlalu sibuk untuk merayakan Natal. Saya sangat ingin sekali menjadi aktor Broadway dan tidak punya waktu untuk itu. Setiap pagi saya bangun pukul 5.00, membeli roti untuk satu hari di Stasiun Penn, dan berbaris menunggu antrian audisi aktor di dekat Times Square, bersaing dengan ribuan orang dengan harapan lulus dalam tiga atau empat tahapan yang ada. Itulah pekerjaan saya, setiap hari, selama tiga tahun bahkan saat di hari Natal.

Dan saya dipilih  dalam satu bagian. Bagian yang sangat besar. Salah satu bagian dalam sejarah Natal: Ebenezer Scrooge, yang disebut Radio City Christmas Spectacular. Saya juga harus bermain dalam satu adegan sebagai Santa Claus, bagian terburuk! Karena bagi saya Santa adalah sosok yang baik. Cukup membosankan. Tetapi saya akan tetap baik-baik saja. Saya sangat senang dengan pekerjaan baru ini, dan saya berlari sepanjang jalan kembali ke apartemen saya dan melonjak kegirangan. “Aku berhasil!! Aku Ebenezer Scrooge!”.

Saat berperan menjadi si kikir Ebenezer, saya mendengus. Saya berontak dan merasa takut dengan adegan kemarahan, kesedihan, kelegaan dan penyesalan. Di akhir acara, peran Ebenezer memunculkan mimpi buruk natal bagi saya. Saat saya bertumbuh dewasa, ayah saya adalah seorang pecandu alkohol, dan ibu saya menangis setiap malam menjelang tidur. Sampai saat itu, saya tidak pernah mengakui rasa sakit, marah dan tak berdayanya saya. Saya kira saya butuh kesempatan kedua itu juga.

Dalam pertunjukan panggung saya, tak seorang pun penonton yang bersorak dan ingin bertemu dengan Ebenezer Scrooge di belakang panggung. Mereka malah ingin berbicara dengan Santa Claus. Saya sadar, Scrooge hanya karakter. Segera setelah saya berjalan dari panggung, dia sudah pergi. Tetapi Santa, dia nyata. Tidak peduli apakah sosok ini hanya bermain beberapa menit atau beberapa adegan, seperti tahun-tahun sebelumnya. Setiap orang mengenal dan mencintai Santa sebagai bagian dari kehidupan mereka.

Saya tidak hanya berbicara tentang anak-anak. Orang tua juga turut terkesima melihat saya lengkap dengan kostum Santa. Bahkan suatu kali, seorang reporter berita menangis terharu ketika saya masuk ke studio. “Aku tidak percaya bisa berbicara dengan Santa Claus,” katanya.

Setelah saya memerankan Santa selama 20 tahun, suatu waktu seorang teman saya yang tinggal di Irak bertanya apakah anak dan mertuanya bisa bertemu saya. Saat dia pulang terdapat luka bekas di sisi kepalanya. Dan ketika dia melihat saya, tentara itu melangkah maju tanpa sepatah kata pun, memeluk saya erat dan begitu lama, saya hampir tidak bisa bernapas. Namun waktu itulah saya menyadari bahwa saya sedang menangis.

Saya sadar, dia pasti tahu bahwa saya bukanlah Santa yang asli. Hanya mungkin pada saat-saat itu saya benar-benar tampil menjadi Santa.

Tetapi benar, si kikir yang pernah ditulis itu hanya bertahan empat tahun saja, sementara saya sudah menjadi Santa Claus sebanyak lebih dari 4000 pertunjukan selama hampir tiga dekade. Saat Anda mencintai seseorang, Anda berusaha ingin menjadi seperti orang itu dan memandang dunia dengan sudut pandang orang tersebut. Hal itulah yang terjadi dalam diri saya setiap kali tampil di depan ribuan penonton. Pernah suatu kali, saya duduk dengan seorang anak gadis dan bercerita tentang kehidupan dan hal yang paling diinginkannya di Natal.

Hal itu terjadi saat musim dingin saat berjalan dengan penampilan biasa saja, hanya sebagai Charlie Hall. Saat itu saya melihat seorang wanita tua tergelincir dan jatuh di atas salju. Sebelum saya tahu apa yang terjadi, saya membantunya berdiri dan menawarkan untuk membawanya kemanapun yang dia inginkan. Saya hanya sekedar mengira bahwa dia adalah seorang tunawisma dan dia membutuhkan pertolongan lebih dari apa yang saya pikirkan. Dia membawa saya ke sebuah gereja.

Di suatu malam saat saya sedang melepaskan jenggot khas milik Santa, saya berkata kepada manajer panggung saya. “Saya berharap bisa memakai kostum Santa ini setiap waktu. Jika begitu, saya tidak akan pernah lagi marah. Saya akan menjadi orang yang lebih baik setiap hari,” kata saya.

Mungkin itu hanyalah pikiran saya yang sejenak melintas di benak saya. Santa Claus adalah bagian terbaik dari saya. Dia bukan peran bermain saya saja; dia adalah panutan saya. Si kikir mungkin sudah membuka rasa sakit masa kanak-kanak saya, tapi Santa membuka hati saya untuk sesuatu yang lebih baik: keajaiban seperti yang dirasaan oleh anak-anak. Dia menunjukkan kebaikan dan sukacita. Dia mengatakan, “Lihatlah dunia, Charlie. Lihatlah dengan sungguh! Dan tersenyum. Karena terdapat kekuatan dahsyat di sekitarmu. Yang perlu kamu lakukan adalah percaya”.

Dua puluh tahun yang lalu, saya sangat ingi n menjadi orang sukses. Saya ingin menang Tony Awards dan memainkan bagian penting. Saya ingin menjadi kaya dan terkenal. Saya juga ingin dikagumi karena pekerjaan saya. Saya ingin menjadi orang yang lebih baik, tetapi tidak baik dalam arti moral. Saya hanya ingin menjadi baik dari sisi pekerjaan saya. Saya juga ingin menjadi sosok Gober, si kikir karena dia sangat menarik dan Ebenezer Scrooge, menurut saya, akan membuat saya menjadi seorang aktor yang lebih baik. Dan semua keinginan itu telah berubah. Santa Claus telah membuat saya menjadi orang yang lebih baik.

Kisah ini mengajarkan kita tentang sisi baik yang tampak dari sosok Santa Claus. Meski bukan menjadi tokoh central dalam perayaan kelahiran Yesus Kristus, namun melalui Santa setiap orang dapat belajar menjadi pribadi yang ada bagi orang lain yang tengah menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya. Bukanlah Bapa kita juga adalah pribadi yang maha penolong dan menyediakan segala yang kita perlu seperti yang dilakukan seorang Santa setiap kali Natal tiba?

Sumber : Rider’s Digest/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami