Keajaiban di Hidup Yetty Saat Gempa Padang Terjadi
Sumber: jawaban.com

Family / 17 October 2014

Kalangan Sendiri

Keajaiban di Hidup Yetty Saat Gempa Padang Terjadi

Lois Official Writer
8607
Kehidupan Yetti Setiawan rasanya begitu sempurna. Punya suami yang mencintainya, buah hati yang sudah mulai tumbuh besar, dan orangtua yang begitu peduli pada mereka. Suaminya sebagai pengusaha sarang burung walet memang begitu sibuk karena sarang burung walet jika susut bentuknya maka kerugian bisa mencapai belasan juta rupiah.

Saat suaminya ulang tahun, Yetty ingin agar sang suami ada di rumah. Karena itu, dia pun menyiapkan pesta kecil-kecilan. Namun di malam 30 September 2009 itu, tiba-tiba di Padang tempat tinggi mereka berada, terjadi gempa bumi berkekuatan 7,9 skala richter. Saat itu lebih dari 90% bangunan di kota Padang runtuh, termasuk rumah tinggal Yetty dan keluarga kecilnya.

Tidak sempat melarikan diri keluar rumah, Yetty sekeluarga terjebak di reruntuhan rumahnya yang ketiga lantainya ambruk tersebut. Dia terjebak di antara batu-batuan. Hanya tangan kanannya yang bisa bergerak. Nafas sesak dan penuh debu dia rasakan. Dia pun berusaha mencari cara agar orang dapat mengetahui ada yang masih hidup di sana. Maka, dia mendapati batu kecil yang dia pukulkan ke batu yang lebih besar.

"Tiba-tiba saya bisa memegang di dada saya itu, ada besi beton ya, ternyata besi beton itu yang menancap dada saya. Tetapi di besi itu, batu kecil itu bisa berbunyi," cerita Yetty. Jadi Yetty terus memukulkan batu kecil itu ke besi yang sebagian tertancap di dadanya.

Yetty pun ditemukan oleh orang yang dikenalnya, tapi dia harus menunggu lama sebelum diselamatkan dan dia pun sempat pingsan. Yetty teringat akan suaminya yang suka sekali dengan ikan bakar, dimana hampir tiap hari keluarga ini bisa makan ikan bakar dan sayuran saja, apalagi mereka tinggal di di Padang yang berada di tepi pantai.

Ternyata yang datang menolongnya adalah sang paman. Namun mereka tidak dapat menemukan posisi yang tepat dimana Yetty berada. Mereka sempat putus asa. "Di dalam hati terbersit pikiran negatif. Kalau setidaknya saya tidak dibantu lagi, akhirnya kan mati juga. Akhirnya saya doa lagi." Maka Yetty yang kembali sadar, mencoba kembali untuk memukulkan batu kecil tersebut di besi yang tertancap di dadanya. Mereka memerlukan waktu 13 jam sebelum Yetty bisa diselamatkan dan itupun tak mudah.

Waktu yang lama tersebut terasa begitu menyengsarakan buat Yetty, terutama ketika batu yang menimpa harus dipukul hancur. Karena beton, jadi batu itu begitu kuat. Setiap kali batu itu dihantam untuk dihancurkan, tubuh Yetty pun berteriak kesakitan. Sampai akhirnya dia berhasil diselamatkan dan dibawa langsung ke rumah sakit.

"Sampai di sana badan saya kaku dan menggigil kedinginan. Saya muntah-muntah dan teriak-teriak kesakitan." ujar Yetty. Yetty yang berpikir bahwa akibat besi yang tertancap itulah yang menyebabkan dirinya begitu kesakitan, maka diapun meminta perawat untuk menyuntiknya agar tidak tetanus. Tapi perawat menjawab bahwa dia bukan tetanus, tapi karena kekurangan darah sebanyak 15 kantong dan mereka sudah tidak punya darah AB yang sesuai dengan golongan darah Yetty.

Ternyata setelah dicari, masih ada satu kantong darah lagi. "Patilah gembira sekali ya, itu ada pengharapan untuk hidup lagi ya kan. Ada darah akhirnya mereka itu transfusinya susah sekali, ndak bisa melalui tangan, di kaki," ujar Yetty. Di saat yang lain, mamanya pun bertekad untuk membawanya berobat ke Singapura.

Sesampainya di Singapura, Yetty didiagnosis dokter tangan kirinya begitu parah dan ada bakteri. Jika tidak diobati, maka nyawanya akan terancam. Saran dokter adalah tangan kiri Yetty harus diamputasi. "Selama dua minggu itu ya, sakitnya luar biasa sekali mungkin karena sudah hancur remuk dan membusuk. Itu setiap kali disuntik morfin berapa kali pun ya, berapa kalipun disuntik morfin itu sakitnya tidak ilang-ilang. Malahan pikiran saya yang ilang ya, pikiran saya kayaknya nge-blank gitu."

Keesokan harinya, tangan kiri Yetty pun harus diamputasi dari siku sampai ke jari-jarinya. "Ya saya sudah kehilangan suami, kehilangan tangan, kehilangan anak, kehilangan harta juga ya. Kadang-kadang timbul pikiran merasa kuatir untuk menghadapi masa depan." kata Yetty.

Kata-kata penghiburan yang dikemukakan oleh temannyalah yang memberikan kekuatan kepadanya. Apa yang dia alami tidak akan melebihi kekuatannya dan Tuhan selalu punya jalan keluar untuk setiap masalah yang dihadapi. "Akhirnya itu yang saya terima dan yang saya pegang sampai hari ini. Jadi kalau ada masalah ya, pasti Tuhan memberikan jalan keluar."

Tidak sampai di situ, ternyata Yetty harus mengalami cobaan lainnya. Dokter menemukan bakteri ganas yang sama pada kakinya. Dalam satu minggu ke depan, kakinya akan disterilisasi. Jika masih terdapat bakteri ganas, maka kakinya harus diamputasi juga.

"Tuhan, saya akan melakukan penginjilan kemana-mana, saya akan melayaniMu kemana-mana tapi saya tidak mau hidup dengan satu kaki dan satu tangan." doa Yetty ketika itu. Setiap hari Yetty berdoa seperti itu. Yetty percaya penuh pada ayat 1 Korintus 10: 13 bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kekuataannya dan ada jalan keluar. Seminggu setelah disterilisasi, dokter menyatakan bahwa bakteri itu masih ada di kakinya. Namun, bakteri yang ada di kakinya berkurang jauh sehingga kakinya pun tak perlu diamputasi.

Banyak keajaiban yang Yetty dapatkan. Di kepalanya juga terdapat dua lubang akibat hantaman beton yang dipukul, namun dokter menyatakan bahwa ternyata hal itu tidak mengenai syarafnya, karena hanya sampai di tempurung kepala. Luka-luka di kepalanya pun pada akhirnya bisa dipulihkan. Di tengkorak kepala Yetty membekas sebuah lubang yang dalam sekarang, namun luka-lukanya sudah sembuh sekarang.

"Kita bisa berencana yang indah-indah ya di dalam kehidupan kita, tapi kadang-kadang ya itu tidak bisa berjalan, tidak bisa terwujud. Penderitaan ini Tuhan ijinkan saya alami, kehilangan suami, anak, tangan, tapi ketika kita mengucap syukur dan menaruh harapan kita pada TUhan Yesus, ada suatu pengharapan yang betul-betul nyata ya. Karena pengharapan di dalam firman-Nya, janji-janji-Nya itu ya dan amin, kita bisa pegang. Manusia tidak bisa kita harapkan tapi percayalah apabila kita selalu berharap kepada Tuhan, meletakkan pengharapan di dalam Tuhan Yesus itu saya percaya Tuhan itu pasti memulihkan kita. Untuk membentuk kita, kita pasti menjalani proses yang tidak enak, tapi ketika kita sudah melewati itu semua dan pengharapan kita di dalam Tuhan itu kita letakkan, saya percaya Tuhan pasti memberikan pertolongan-Nya tepat dan indah pada waktu-Nya."
Sumber : Yetty Setiawan
Halaman :
1

Ikuti Kami