Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu-5
Sumber: rosanto2010.wordpress.com

Pelayanan Anak / 9 September 2014

Kalangan Sendiri

Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu-5

Hevi Teri Official Writer
1377

Dalam tulisan ini tidak dicantumkan pada usia berapa kurang lebih anak akan memperoleh tahap perkembangan tertentu. Hal ini karena cukup sulit menentukan perkiraan usia perkembangan moral. Meskipun demikian, ada beberapa prinsip yang dapat kita pegang.

Pertama, pada usia balita, anak perlu memperoleh pengenalan akan peraturan dalam keluarga melalui orangtuanya. Sekalipun pemahaman anak mengenai moral masih bersifat sederhana, pada usia yang sangat muda pun, anak sudah mampu mengenali rasa bersalah dan dapat diajak menyesali dosanya di hadapan Tuhan.

Kedua, pada usia balita hingga kanak-kanak akhir, orangtua sebaiknya tidak memperkenalkan dualisme dalam kehidupan moral. Dunia yang dikenal anak pada usia demikian bersifat hitam-putih dan ideal. Mereka akan bingung misalnya, bila mereka diperbolehkan bahkan disuruh berbohong pada suatu saat, namun dilarang berbohong dan dihukum di saat lain. Mereka membutuhkan pengajaran dan teladan yang konsisten dan dapat dipercaya. Ketika anak sudah memahami benar tentang arti intensi di balik suatu perbuatan (maksud tersembunyi dari suatu tingkah laku yang tampak), barulah ia dapat diajak berdiskusi mengenai dilema moral. Pada tahap ini, anak baru memahami bahwa ada peraturan yang wajib kita taati, ada yang tidak. Namun setiap pelanggaran mempunyai konsekuensinya. Anak tetap harus diberitahu bahwa ada peraturan yang bagaimanapun tidak boleh dilanggar.
Pada saat anak memasuki usia remaja dan mulai kritis terhadap segala sesuatu, anak perlu mengetahui bahwa kenyataan hidup ada kalanya memaksa kita untuk memilih, kepada siapakah kita harus taat. Remaja perlu diajak untuk berpikir lebih luas dan lebih menyeluruh. Dalam konteks ini, mereka dapat diajak untuk berdiskusi tentang ketaatan mutlak kita pada Allah, sebagaimana Petrus dan Yohanes bersaksi di hadapan sidang para pemuka agama Yahudi; "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. " (Kisah Para Rasul 4:19). Konteks perkataan ini dikemukakan adalah dalam hal pemberitaan Injil. Apapun larangannya, kita tetap wajib mengabarkan Injil kepada orang lain. Itu adalah perintah Tuhan yang harus kita taati.

Ketiga, tujuan pendidikan moral adalah agar anak bertanggung jawab penuh atas perilaku moralnya suatu ketika nanti. Dalam hal ini, tanggung jawab moral yang dimaksud tidak sekedar menghormati hak orang lain yang bersifat universal, melainkan didasarkan pada ketaatan akan Allah sebagaimana yang diwahyukan di dalam Alkitab.

Keempat, baik peraturan keluarga maupun pengajaran yang kita berikan hendaknya didasarkan pada rasa takut kepada Allah. Kehidupan di hadirat Allah inilah yang seharusnya menjadi bingkai kehidupan moral keluarga. Dengan demikian, kita patut mempertimbangkan kembali perilaku anak mana yang perlu memperoleh perhatian kita dan mana yang kurang perlu ditekankan.
Sebagai contoh, kita perlu lebih menekankan kerajinan dan kejujuran lebih daripada nilai baik ulangan anak kita. Banyak orangtua yang terlalu menekankan nilai baik tidak tahu bahwa anaknya menyontek dan melakukan kecurangan dalam ulangan. Bahkan cukup banyak orangtua yang memberikan suap kepada guru agar anaknya naik kelas sekalipun anaknya itu tidak pantas untuk naik kelas. Pendidikan keluarga sebagaimana contoh tersebut tentunya akan menciptakan masalah perilaku moral dalam hidup anak, karena salah memberikan tekanan pada aspek moral.

 

selesai

by. Heman Elia, M.Psi. (Buletin Pendidikan Iman Anak)

Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami