Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu-2
Sumber: balitacerdaspg.blogspot.com

Pelayanan Anak / 7 September 2014

Kalangan Sendiri

Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu-2

Hevi Teri Official Writer
1511

eunike

Acapkali dalam menjelaskan mengenai prinsip etika dan moral dalam Alkitab, kita mengalami kebingungan menjawab pertanyaan anak. Masalah yang sering kita hadapi adalah bahwa kita sendiri bingung karena tidak menemukan benang merah prinsip moral yang konsisten. Kita misalnya kesulitan memahami mengapa Allah lebih mengasihi Yakub dibanding Esau, padahal secara lahiriah Esau sebenarnya lebih lugu dan lebih berbakti pada orangtua. Kita juga heran mengapa Rahab yang dalam pandangan kita adalah wanita yang ‘kurang berharga’ dan ‘tidak bermoral’ ternyata memperoleh penghargaan sedemikian tinggi dari Tuhan dan mendapat kehormatan menjadi salah seorang nenek moyang Yesus Kristus.

Sebenarnya masalah yang tampak sulit ini dengan mudah terpecahkan bila kita telah mencapai tingkat pemahaman moral yang lebih tinggi. Bila kita memahami bahwa Esau melakukan tindakan yang mementingkan saat ini yang bersifat kedagingan dan memandang rendah berkat Tuhan yang bersifat kekal, rasa heran dan ketegangan kita akan berkurang. Kita dapat memahami bagaimana gusarnya Tuhan karena Esau ternyata sanggup menukarkan hak kesulungan dengan semangkuk sup kacang merah (Ibrani 12:16). Kita pun akan gusar bila misalnya kita memberikan emas 10 gram kepada anak kita dan dia menukarkan emas itu dengan segelas Coca Cola karena ia kehausan. Ini hanya sekedar contoh bagaimana perasaan seseorang bila diperlakukan demikian oleh orang lain. Bayangkan bagaimana kecewanya Tuhan tatkala berkatNya yang bersifat kekal itu ditukar sedemikian mudah dengan sesuatu yang sangat tidak berharga dan sementara. Kita juga dapat melihat bahwa Tuhan menghargai Rahab karena imannya (Ibrani 11:31). Padahal Rahab adalah seorang pelacur dan merupakan bangsa kafir yang menjadi musuh Israel pula. Penjelasan mengenai iman Rahab yang menyebabkan Rahab dibenarkan Allah dapat dibaca pada kitab Yakobus 2:24-26.

Persoalan lain adalah bahwa anak acapkali salah menangkap apa yang kita ajarkan. Dapat saja seorang anak menganggap dirinya nakal atau berdosa ketika ia (maaf) buang air di celana. Sebaliknya, anak mungkin merasa tidak bersalah ketika mengambil milik orang lain tanpa sepengetahuan sang pemilik. Kemarahan, hukuman, pujian, hadiah yang diberikan orangtua seringkali ditangkap secara salah karena anak hanya melihat satu aspek tertentu saja dari apa yang diajarkan orangtuanya. Demikian pula lingkungan sosial anak yang acapkali kurang konsisten mengajarkan suatu nilai tertentu mungkin saja membuat anak melakukan kesalahan tanpa merasa bersalah. Namun faktor penyebab ketidaksesuaian pandangan anak-anak dengan orang dewasa terutama terletak pada keterbatasan anak mencerna prinsip-prinsip moral.

Proses menuju kematangan berpikir moralistis memerlukan waktu dan dasar pijakan moral yang lebih sederhana sebagai landasannya. Hal tersebut menuntut kesabaran orangtua untuk membimbing anaknya tahap demi tahap. Kita tidak boleh berharap bahwa anak dengan sendirinya akan mengerti apa yang baik dan yang jahat pada saat mereka dewasa nanti tanpa bimbingan orangtua. Peran orangtua sangatlah penting dalam perkembangan moralitas anaknya.

 

>>>>>

by. Heman Elia, M.Psi. (Buletin Pendidikan Iman Anak)

Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami