Jika para pakar di Pos Pengamatan Gunung Slamet mengandalkan pantauan dari rekaman seismograf, warga Desa Jurangmangu, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah punya cara tersendiri dalam menakar kadar bahaya dari aktivitas Gunung Slamet. Mereka mengandalkan para binatang.
“Kami tidak paham apa itu gempa embusan atau gempa vulkanik dangkal dan dalam,” kata Muslih (31), warga Dusun Cikunang RT 7 RW 2, Jurangmangu, kepada Tempo, Senin, 17 Maret 2014. “Selama tidak ada hewan turun ke permukiman, berarti Gunung Slamet tetap aman,” ujarnya.
Menurut Muslih sejak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Slamet dari normal menjadi waspada, belum ada kepanikan dari hewan yang terlihat. Adapun Gunung Slamet berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, sementara desa Jurangmangu merupakan desa tertinggi yang berada di lereng Gunung Slamet, hanya 5 kilometer dari kawah.
Meskipun pernah ada letusan gunung berketinggian 3.428 mdpl yang sempat memercikkan lava pijar pada Jumat malam pekan lalu, hal itu tidak terlalu dihiraukan warga. “Karena kami percaya, alam tidak akan pernah murka pada siapa yang merawat dan menjaganya,” ujarnya. Jurangmangu saat ini dihuni sekitar 1.500 warga dengan mayoritas warga adalah petani.
Namun, sesuai dengan prosedur yang berlaku karena peningkatan status, ada baiknya jika warga tetap waspada dan selalu berjaga-jaga. Apalagi jika nanti status kembali ditingkatkan. Namun, tidak perlu juga terlalu kuatir.
Baca juga :
Daripada Tabungan Bersama Untuk Menikah, Lebih Baik Lakukan Ini
Nak, Ibu Ingin Bicara Tentang Memilih-Milih Perempuan
FreedomPop Buat Telepon Pintar Anti Penyadapan
Jalan Kaki Bisa Sehatkan Ibu Hamil dengan Teknik Ini
Tips Punya Keuangan Lebih Oke Meskipun Freelance
Jika Jatuh Cinta Pada Suami Orang
Sumber : tempo.co by lois ho/jawaban.com