Tokoh Katholik Romo Franz Magnis Suseno menyampaikan bahwa saat ini di Indonesia terdapat bahaya ekstrimisme agama, meskipun kaum fundamentalis dinilainya tidak semua menjadi bagian atau mengarah kepada bentuk terorisme.
“Ada bahaya ekstrimisme, ekstrimisme agama. Yang saya khawatirkan adalah fundamentalisme. Tapi tidak semua fundamentalisme itu teroris atau memaksa kekerasan,” katanya dalam diskusi "Mengarahkan Haluan Politik Indonesia Pasca-Reformasi" di kantor Maarif Institute, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (4/3).
Guru besar filsafat STF Driyarkara ini menambahkan bahwa para fundamentalis yang memaksakan kekerasan sebenarnya adalah mereka yang buta terhadap nilai-nilai keagamaan, nasional, bahkan kebudayaan. Sehingga sulit bagi mereka untuk memahami hal diluar keyakinannya.
“Fundamentalisme yang keras adalah mereka yang buta bagi nilai-nilai agama, nasionalis dan kultural. Jika begitu nilai kemanusiaan pun tidak akan dirasakan. Untuk bersikap baik pada orang harus menemukan satu ayat dulu untuk membenarkan sikap tersebut,” tambahnya.
Sikap pembelaan terhadap keyakinan sendiri adalah hak bagi setiap warganegara Indonesia. Namun hal itu akan menjadi masalah jika menganggap orang yang diluar keyakinannya adalah pribadi salah, terlebih harus dijadikan musuh dan diperangi.
Disinilah letak orang percaya untuk menunjukan kasih yang sesungguhnya, dengan tetap menyayangi orang yang bahkan tidak seiman sekalipun, agar praktek hidup Kristus terpancar dari diri kita dan menjadi berkat bagi orang lain.