Kisah Nyata Pengguna Narkoba yang Berakhir di RS Jiwa
Sumber: jawaban.com

Family / 14 July 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Pengguna Narkoba yang Berakhir di RS Jiwa

Lois Official Writer
28402

Yanto sangat sayang pada istrinya namun tak tahu bagaimana caranya. Dia kerap kali pulang malam karena obat terlarang. Sehabis pulang, Yanto yang punya kamar sendiri sering melanjutkan pemakaian barang terlarang tersebut. Maksudnya supaya tidak mengganggu keluarganya. “Tapi sebenarnya dengan kelakuan saya, saya sudah mengganggu mereka.” ujar Yanto.

Persahabatannya dengan narkoba, semakin menjauhkannya dari istri dan anak-anaknya. “Mereka tidak melihat seorang ayah yang lembut tapi seorang ayah yang marah, tidak sabaran, yang galak. Sangat kaget waktu mengetahui kalau anak saya takut sama saya.” cerita Yanto lagi.

Di masa lalu, Yanto mendapatkan pengalaman yang ada kesamaannya dengan yang dialami anaknya. Papanya jarang pulang. Menurut mamanya, hal itu karena papanya punya istri lagi. Yanto begitu kecewa, ternyata sang ayah memperistri hingga 10 orang wanita.

“Saya merasa saya kehilangan sosok seorang ayah. Contoh yang paling kecil yang saya rasakan waktu orang-orang ambil raport. Orang-orang kan biasanya ada ayah ibunya, jadi kalau papa saya, sekolah saya dimana (pun) dia ga tahu.”

Kekecewaan terhadap ayahnya dan kesibukan ibunya membanting tulang untuk kehidupan keluarga, membuatnya tumbuh menjadi pribadi pemberontak. Dia pun terikat dengan jerat narkoba. Dia ingin merasakan kebahagiaan dalam jeratan kecanduan itu. Namun apa yang dia cari tidak pernah dia temukan.

Di tengah keramaian diskotek, Yanto pernah menangis karena merasakan begitu kesepian. “Di dalam musik yang hingar binger, di tengah orang-orang yang lagi hepi jingkrak-jingkrak, tapi saya merasakan kekosongan dan kesepian di dalam hati saya.”

Meski begitu, Yanto pun membuat keluarganya merasa ditinggalkan. “Saya ingin sebenarnya pergi dengan anak-anak, ingin pergi dengan istri. Tapi karena keterikatan dengan narkoba ini, tidak bisa melakukan hal-hal begitu. Jadi di dalam tuh ada rasa ingin memberontak. ‘Aku bosen hidup seperti ini nih, aku pengen berontak…’ Ada perasaan ingin berontak, tapi saya tidak bisa melakukan hal itu.”

Pada akhirnya, sang istri pun meminta cerai. Setelah kata ‘cerai’ itu diucapkan, pikiran Yanto malam itu campur baur. Ada perasaan tertekan, takut, bersalah. “Kayak ada sesuatu yang besar yang hilang. Karena selama ini, istri saya yang sangat memperhatikan saya kan. Katakanlah dialah orang yang tetap peduli sama saya dan orang yang mau peduliin saya akan berpisah dan dengan sombongnya saya mengatakan ‘Ya kita pisah aja’. Saya mengatakan itu sebenarnya hati saya tidak setegar itu.”

Meski demikian, keegoisannya membuat Yanto keesokan harinya meninggalkan rumah sehingga perceraian pun tak terhindarkan. Dia kembali ke dunia malam dengan segala obat terlarangnya. Di tengah kegalauannya kenapa lahir di keluarga yang seperti dia punya dan dengan kondisi hidup tak ada yang memperhatikan lagi, Yanto baru merasakan bahwa keluarganya berharga.

“Saya kangen untuk memeluk mereka, bertemu mereka. Yang akhirnya saya lakukan ya menangis…” ujarnya.

Karena tidak bisa tidur, Yanto minum obat tidur yang terlalu banyak. Sesudah sadar dua bulan kemudian, ternyata dia sudah berada di rumah sakit jiwa. Yanto pun mencari tahu apa alasannya dia bisa sampai di rumah sakit jiwa.

Rupanya ketika itu, sesudah bangun dari minum obat tidur yang terlalu banyak, Yanto jadi sakit jiwanya. Ternyata dia berperilaku gila sejak dia minum obat tidur tersebut. Dia berlaku gila, bahkan sampai telanjang dan menganggu orang-orang di jalanan. Dia keliling kampung dan sampai dipanggil polisi. Sampai akhirnya, ada satu temannya yang melihatnya dan menghubungi keluarganya.

Saat dia berperilaku gila tersebut, ternyata di dalam bayangan Yanto terlintas seorang wanita seram yang mengganggunya. Mukanya seperti setan dan Yanto juga melihat ada kuntilanak.

Di tengah gangguan setan tersebut, muncul sesosok pribadi yang datang menghampirinya. “Saya melihat kehadiran Tuhan Yesus di bayangan saya itu. Tuhan Yesus menolong, datang ke saya, Dia tidak berkata apa-apa.” Yanto hanya merasakan Tuhan menjamahnya dan dia kemudian tersadar di rumah sakit jiwa dan dirinya kembali normal.

Keluar dari rumah sakit jiwa, Yanto harus menjalani perawatan di panti rehabilitasi. Pertemuannya pribadi dengan Yesus dan juga pembinaan dari seorang pembimbing rohani, membuat Yanto menjalani hari-harinya di panti rehabilitasi dengan berbeda.

“Saya merasa banget Tuhan mengajar saya, hari lepas hari saya di sini (panti rehabilitasi). Segala pikiran saya yang dulu katakan jelek, ini bisa dikatakan dipanah oleh firman-firman itu hingga saya mengharuskan diri saya bertobat dengan sungguh-sungguh karena hanya Tuhan satu-satunya jalan.”

Hidup Yanto kini berbeda. “Hubungan saya dengan mama saya sudah bagus, mereka mau kembali menerima saya. Begitu juga dengan mantan saya. Kalau Tuhan Yesus tidak jamah saya, katakan, tidak sentil saya, saya mungkin tidak ada di dunia ini, saya sudah mati dengan sia-sia.”

 

Sumber Kesaksian :

Yanto

Sumber : V130709224010
Halaman :
1

Ikuti Kami