Leher Angsa, Kisah Kehidupan Sederhana si Anak Desa
Sumber: tribunnews.com

Film Review / 21 June 2013

Kalangan Sendiri

Leher Angsa, Kisah Kehidupan Sederhana si Anak Desa

Lori Official Writer
5744

Film garapan produksi Alenia Pictures yang disutradarai oleh Ari Sihasale ini, kembali menghiasi layar lebar perfilman Indonesia. Film ini telah resmi ditayangkan di bioskop sejak tanggal 20 Juni 2013 kemarin.

Film yang ditulis oleh Musfar Yasin ini mengambil latar di kampung Sembilun Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dengan sajian pemandangan alamnya yang memukau serta kesederhanaan kehidupan yang ada disana.

Adapun tema film ini lebih kepada cerita anak-anak yang di bintangi oleh pemain anak-anak seperti Bintang Panglima (Aswin),Yudi Miftahudin(Safar), Fachri Azhari(Najib) dan Agus Prasetyo(Johan) serta sejumlah pemain senior seperti Lukman sardi (Pak Tampan), Tike Priytnakusumah (Ibu Aswin), Ringgo Agus Rahman (Kepala Desa), Alexandra Gottardo (Ibu Tiri Aswin) serta Teuku Rifnu Wikana (Guru).

Terdapat empat poin utama yang ditekankan didalam film ini seperti jalinan persahabatan, keluarga dan sosial budaya masyarakatnya.

Persahabatan, “Leher Angsa” berkisah tentang empat sekawan yang meiliki kehidupannya masing-masing yaitu Aswin, Safar, Fachri Azhari dan Agus. Mereka memiliki cerita kehidupan keluarga yang menyenangkan dimana keempat sahabat ini sangat akrab dengan ayahnya. Keempat sekawan ini mengawali inisiatif untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya membangun WC.  Karena faktanya dikampung mereka hampir tidak ditemukan WC. Dari sinilah judul besar “Leher Angsa” lahir yang dimaksudkan sebagai WC berbentuk leher angsa.

Keluarga, film ini menggambarkan kondisi keluarga seperti hubungan antara anak dengan ayah ditengah-tengah kehidupan masyarakat Lombok Barat yang bersahaja. Aswin ditokohkan sebagai anak yang sangat cerdas karena kegemarannya membaca buku. Namun ayahnya, Pak Tampan, yang sangat pelit tidak pernah membelikan buku buat Aswin. Bahkan harapan Aswin untuk membeli sepeda baru dan membuatkan Ibu tirinya WC leher angsa pun tidak pernah terwujud. Perilaku ayahnya ini membuat Aswin merasa jengkel. Sehingga hubungannya dengan ayahnya tidak lagi akrab.

Sosial Budaya, film ini menyunguhkan pemandangan indah kampung Sembilun di kaki Gunung Rinjani serta kehidupannya yang sangat alami. Kebiasaan hidup masyarakat juga terekam didalam film ini yang terlihat sangat berbeda dengan kehidupan di kota-kota besar.

Dengan hadirnya film nasional yang satu ini, pastinya akan mengingatkan kita akan nilai hidup sederhana. Kita disadarkan bahwa masih banyak orang yang hidup dalam kemiskinan. Sehingga sebagai anak-anak Tuhan, kita patut belajar untuk tetap hidup bersahaja, berempati, sederhana serta hidup harmonis ditengah-tengah keluarga.

Bagaimana pendapat anda dengan film yang satu ini? Berikan tanggapan anda!


<iframe width="560" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/og9HN-5ks0c" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>


Baca Juga:

Man of Steel, Kembalinya Sosok Superhero Yang Lama Dinanti

Cinta Dari Wamena: Bawa Pesan Akan Bahaya HIV/AIDS

Epic, Cerita kepahlawanan Para Penjaga Hutan

Coboy Junior The Movie, Diharapkan Menginspirasi Anak Indonesia

Mau BUKU, CD, dan Voucher Belanja?

Sumber : berbagai sumber | jawaban.com | lori
Halaman :
1

Ikuti Kami