Kisah Nyata Pernikahan 18 Tahun Sama Dengan Bogem Mentah
Sumber: jawaban.com

Family / 26 May 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Pernikahan 18 Tahun Sama Dengan Bogem Mentah

Lois Official Writer
26785

Di usia 19 tahun, Grace berpacaran dengan Syahril, hubungan mereka begitu mesra, seperti dunia ini milik mereka berdua. Inilah permulaan hidup yang penuh dengan siksaan. “Setiap hari dalam kehidupan saya tidak pernah ada yang berlalu tanpa air mata. Hampir setiap hari saya menangis,” ungkap Grace Sabarus memulai kesaksiannya.

“Saya pernah melakukan suatu kesalahan, saya berjanji mau menelepon dia pada hari itu tapi saya lupa. Dia telepon saya lalu bilang, ‘Saya mau ketemu kamu sekarang,’” cerita Grace lagi. Grace pun menemui Syahril.

“Dia menunjuk-nunjuk saya, dia bilang, ‘Kenapa kamu lupa menelpon saya? Kenapa kamu lupa pada saya? Kamu punya pacar lain?’ Selalu penuh dengan tuduhan-tuduhan dan intimidasi-intimidasi. Ketika saya tertunduk dan tidak berani menatap wajahnya, dia pukul mata saya,” jelas Grace.

“Saya merasa sangat bersalah sekali ya. Saya minta maaf dan saya berjanji tidak akan melakukan hal itu sama dia.” ujar Syahril menjelaskan tentang kejadian tersebut. Janji tinggal janji, kejadian serupa kembali terulang. Saat itu Grace bilang dirinya capek dan ingin tidur, namun Syahril merasa belum puas bertemu. Karena hal itulah, Syahril memukul kepala Grace bertubi-tubi seperti petinju yang memukul lawannya. Menurut Syahril, hal itu dilakukannya karena dia takut Grace meninggalkannya.

Berulangkali disiksa Syahril, dia memutuskan untuk melepas hubungannya dengan Syahril. Namun, hatinya tetap tidak rela saat ingin memutuskan Syahril. “Begitu surat itu saya masukkan amplop, saya bisa menangis dan menangis. Saya tidak rela putus dengan dia. Jadi ada semacam suatu ikatan batin yang saya tidak tahu apa. Ketika dia nelpon saya, hati saya luluh lagi. Nanti dia pukuli lagi, besoknya hati saya luluh lagi.” ujar Grace

Saat itu, hubungan Grace ditentang oleh orangtuanya, namun dia keburu hamil sehingga mereka pun menikah. Malam pernikahan pun diwarnai dengan bogem mentah. “Saya mengalami ini hampir setiap hari setelah itu. Dan yang terparah waktu usia kandungan saya waktu itu berusia 4 bulan.” Grace yang sedang memijit kaki Syahril, tiba-tiba ditendang dan dituduh menyukai abang Syahril.

Rupanya Syahril pernah melihat Grace membereskan kasur untuk abangnya dan dia tidak bisa terima. “Saya pukul dia, saya hantam dia, saya tendang dia,” ujar Syahril yang 18 tahun menyiksa istrinya ini. “Pada waktu itu saya tidak bisa kontrol emosi saya, saya merasakan pada saat itu juga kepuasan dalam hati saya. Pada saat saya memukul dia, pada saat dia minta ampun juga sama saya, dan saya berhasil gitu ya sampai saya puas. Yang saya ga mengerti sampai sekarang, sampai saya sadar, kemudian saya bisa nangis, saya bisa minta ampun, saya mempunyai kepribadian yang ganda gitu ya.” jelas Syahril lagi.

Kejadian lain, abang ipar meminta Grace menterjemahkan sebuah dokumen, Syahril pun menjadi ganas. Dia memukuli Grace di dalam kamar. Melihat pisau di kamar, Grace pun mengancamnya. “Kalau kamu terus mukulin saya, saya akan bunuh diri.” ujar Grace ketika itu. Namun dengan berbagai alasan keluarga dan anak, membuat Grace melepaskan pisau tersebut. Ketika pisau itu dilepaskan Grace, Grace kembali mendapatkan pukulan.

Syahril mengakui ketika sedang memukul Grace, dia merasa bahwa dia melampiaskan itu kepada mertuanya. Mertua Syahril sendiri suka membangunkan Syahril di pagi hari agar Syahril mengerjakan tugas berbagai hal yang diperintahkan, selain itu setiap ada anggota keluarga lain yang datang, ayah mertuanya ini suka menceritakan tentang dirinya dan itulah yang membuatnya dendam.

Tidak hanya pukulan, tapi juga makian diterima Grace. “Saya penuh kepahitan, saya dendam sama suami saya tapi saya tidak bisa kabur.” Tidak sampai di situ, Syahril pernah juga menurunkan anaknya di tengah jalan karena dia anggap anaknya itu sudah tidak berguna. Syahril kemudian bertanya pada istrinya yang duduk di sebelahnya. Istrinya hanya diam saja dan diam, membuat Syahril membuka pintu dan lari ke anaknya. Dia pun meminta maaf.

Kebencian istri dan anak membuat mereka merencanakan pembunuhan Syahril. “Sebaiknya kita bunuh papa yuk Nak, sebab penderitaan ini tidak bisa kita tanggung lagi sama-sama,” ujar Grace pada anaknya. “Tapi ketika kita ngobrolin itu, kita hancur hati karena kita tahu kita tak mungkin bisa membunuh suami dan ayah kita.” Di satu sisi, pemukulan terus berlanjut. “Apakah saya binatang, ketika saya habis dipukuli saya harus melayani suami saya?”

Grace hanya bisa berdoa, namun melihatnya berdoa Syahril pun mengejeknya. “Apakah bisa Yesus itu tolong kamu?” tanya Syahril sambil menendang kepala Grace. Grace tak pernah putus asa, dia terus mencari Tuhan di dalam doa-doanya. Saya berdoa sambil mengatakan, “Saya ampuni suami saya Tuhan. Tapi tolong pulihkan suami saya dari problem emosinya.”

Namun bertahun-tahun dipukuli lalu Syahril akan minta maaf membuat Grace lelah. “Saya ga sanggup lagi melanjutkan rumah tangga ini sampai akhirnya suami saya minta-minta maaf untuk kesekian kalinya. Tapi saya kasih ultimatum sama dia kalau ini adalah permintaan yang terakhir,” ujar Grace. Jika Syahril tidak bisa berubah, maka Grace akan pergi untuk selama-lamanya.

Grace dan Syahril akhirnya menceritakan masalah mereka kepada seorang teman yang mengajak ke sebuah acara. Syahril bersemangat namun Grace justru enggan mengikuti acara tersebut. Di pertemuan itu ada satu sesi perenungan tentang Yesus dan anehnya di sanalah Syahril mulai merasakan kehadiran Tuhan di dalam hatinya. Dia tertantang untuk melepaskan pengampunan pada orang-orang yang telah menyakitinya.

“Saya betul-betul dikasih gambaran tentang mertua saya, saya ingat apa yang dia lakukan. Di situ saya melepaskan pengampunan untuk mertua saya.” Tidak hanya itu, Syahril pun ditantang pun meminta pengampunan kepada orang-orang yang pernah dia sakiti.

“Ternyata pada saat itu ada sebuah batu yang sangat kuat sekali di dalam hati saya, yang saya tahan gitu untuk tidak mau mengampuni. Saya katakan, ‘Tuhan, ini hati saya yang keras, dan ini hati saya yang mau mengampuni suami saya dan saya serahkan pada Tuhan meskipun hati saya berat sekali.’ Tapi mulut saya berkata (kepada suami) ‘Iya, saya ampuni kamu.’. Dia mencium kaki saya, dia berlutut di hadapan semua orang dan dia katakan, ‘Saya tidak akan memukuli kamu lagi dan saya akan membahagiakan kamu seumur hidup saya.’ Pada saat itu saya masih setengah-setengah percaya. Tapi ternyata itu jadi kenyataan.”

Grace mencoba untuk melepaskan pengampunan. Berulangkali dia katakan dalam hatinya untuk mengampuni suaminya. “Tuhan, saya ampuni suami saya. Tuhan, saya ampuni suami saya.” Sampai pada akhirnya, batu itu dapat terlepas dari hatinya. Siksaan selama 18 tahun dalam rumah tangga mereka telah diubah menjadi kedamaian.

 

Sumber Kesaksian :

Syahril dan Grace Sabarus

Sumber : V130522132917
Halaman :
1

Ikuti Kami