Kisah Nyata Pria yang Paksa Nikah Istrinya

Family / 30 April 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Pria yang Paksa Nikah Istrinya

Yenny Kartika Official Writer
52328

BAGIAN 1. ERICO: SAYA TIDAK TERIMA JIKA ISTRI TIDAK MAU NIKAH

Perkenalkan, nama saya Christo Erico. Dalam kesempatan kali ini saya akan membuat sebuah pengakuan.

Tahun 1991, saya menikahi istri saya, Marsina. Yang membuat saya suka dengan wanita ini adalah sifatnya yang baik dan supel. Saya terkagum-kagum dengan dia.

Akhirnya, saya paksa Marsina untuk menikah dengan saya. Eh, tak disangka jawaban yang saya terima adalah, “Saya engga bisa, Bang!”

Terkejut dengan responnya, saya ambil pisau dan saya todongkan ke mukanya sambil berkata, “Kalau kamu engga mau jadi istriku, saya sayat-sayat muka kamu!”

Mungkin karena takut, akhirnya Marsina berubah pikiran. Dengan terpaksa, dia pun mau menikah dengan saya.

Setelah menikah, saya masih luntang-lantung. Sebagai kepala keluarga, saya tidak menghasilkan uang dengan konsisten. Kadang saya pulang bawa uang, kadang juga tidak.

Ketika istri saya hamil, ada seseorang yang menawarkan pekerjaan untuk saya, yakni sebagai pencuci mobil di bengkel. Penghasilan yang saya peroleh tidak pernah saya berikan kepada istri. Saya lebih senang memakai uang tersebut untuk berfoya-foya dan hura-hura bersama teman-teman. Setelah duit habis, barulah saya pulang.

Saat saya pulang, istri bertanya, “Bang, udah gajian, kan? Uangnya mana? Aku mau beli beras, soalnya berasnya udah habis.”

Lalu saya menjawab seadanya, bahwa uang gaji saya telah habis. Istri saya pun marah-marah. Saya bilang pada istri, bahwa dia cerewet. Terakhir, tamparan dari saya mendarat di pipinya. Melihat istri menangis, saya gebukin terus. Saya paling tidak suka melihat orang yang nangis—cengeng. Ya sudah, mau tak mau istri lama-kelamaan berhenti menangis juga.

 

BAGIAN 2. MARSINA: AKU MENYESAL MENIKAH DENGAN ERICO

Nama saya Marsina. Saya adalah istri dari Christo Erico.

Suami saya selalu berbuat kasar. Secara manusiawi, saya merasa menyesal mengapa saya buru-buru menikah dengan dia waktu dulu. Sampai kami memiliki anak pertama, suami tetap seperti itu.

Suatu kali waktu saya sedang beribadah, saya mendengar bahwa suami saya membawa seorang wanita lain ke rumah. Mengetahui kabar itu, saya langsung pulang ke rumah.

Saya mencari ke kamar, tetapi saya tak menemukan wanita itu. Yang saya temukan hanyalah sebuah bando yang tergeletak di atas tempat tidur. Saya tahu bahwa bando itu milik si wanita tersebut.

Saya datangi suami, dan saya bertanya, “Di mana kamu sembunyikan wanita itu?”

Bukannya mendapat jawaban, saya malah kena marah. “Hei, kamu jangan menuduh sembarangan, ya!” kata suami.

Semenjak kejadian itu, saya menjadi takut.

Meskipun suami sering menyakiti, saya tidak berani melawan dia. Saya hanya bisa menangis, berdoa memohon kepada Tuhan.

 

BAGIAN 3. ERICO: TRAGEDI MENIMPAKU DI TEMPAT TOGEL

Suatu kali, saya pulang ke rumah dalam keadaan habis mabuk-mabukan.

Saya sedang ingin berhubungan suami-istri. Saya hampiri istri saya yang sedang tidur.

Saya paksa dia, namun dia tidak mau. Alasannya adalah, karena sekujur tubuh saya bau minuman keras.

Ancaman pun saya keluarkan, “Kalau kamu tidak mau, akan saya ceraikan kamu malam ini juga!”

Istri saya pun terpaksa mengiyakan permintaan saya, tetapi sambil membuang muka.

Saya pikir-pikir, “Kok waktu itu saya bodoh banget ya?”

***

Jika ditanya apakah ada perasaan bersalah, sejujurnya saya tidak peduli dengan anak dan istri saya. Meskipun mereka sedang sakit sekalipun, saya engga pikirin.

Jadi, ketika mereka sedang sakit, saya dengan tenang meninggalkan mereka keluar rumah. Saya pergi ke pangkalan, dimana saya menjajakan togel.

Tiba-tiba datang seroang petugas, membanting meja dan berkata, “Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?”

Saya pun mengaku bahwa sayalah yang bertanggung jawab. Keributan dimulai. Si petugas ini meminta sejumlah uang, tetapi saya tidak ingin memberikan sepeserpun.

Senjata api keluar dari balik jaketnya. Apa-apaan ini?

Dorr!!

Kaki saya tertembak.

Saya jatuh terkapar di pinggir jalan, tanpa ada satupun yang menolong. Sementara si petugas kabur dan dikejar-kejar massa.

Tahukah Anda, apa yang saya pikirkan saat sudah tertembak?

Entah kenapa, bayang-bayang istri dan anak saya melintas di kepala.

Saat itulah saya mulai menyebut nama Tuhan, “Ampuni saya, Tuhan…”

“Kalau Tuhan memberikan saya panjang umur, saya mau menceritakan kebaikan Tuhan. Tetapi kalau Tuhan mau ambil nyawa saya, ambillah.”

Tak diduga, datang seorang bapak-bapak yang menolong saya. Ia membawa saya ke rumah sakit.

 

BAGIAN 4. ERICO: KOMENTAR POLISI DI RUMAH SAKIT MEMBUATKU TERPERANGAH

Sambil mendapatkan perawatan, saya menerima kunjungan dari seorang petugas berbeda yang hendak menanyakan kronologis insiden yang saya alami.

“Pak, kaki saya ditembak oleh senjata yang jaraknya hanya 1 cm dari paha saya,” demikian saya menjelaskan.

Rupanya si petugas ini tidak percaya. “Tidak mungkin,” katanya. “Dengan jarak sedekat itu, seharusnya paha kamu sudah putus!”

Saya terkejut, “Saya juga engga tahu, Pak, kenapa saya masih hidup.”

Komentar si petugas tersebut membuat saya merenung. Apa yang Tuhan kerjakan itu tidak masuk di akal pikiran saya. Saya betul-betul terkagum-kagum dengan kebaikan Tuhan. Jika saya harus melukiskan kebaikan itu dengan kata, angka, atau apapun itu, saya tidak bisa melakukannya.

Saya pun menjalani 2 kali rontgen. Hasilnya memang ajaib: tulang saya tidak bolong sedikitpun, hanya ada percikan tulang yang sangat halus.

 

BAGIAN 5. MARSINA: AKU HANYA BISA KUATKAN SUAMI YANG STRESS

Selama suami menjalani masa pemulihan di rumah, perangainya masih belum berubah. Dia tidak bisa menerima keadaan bahwa dirinya sakit, karena dengan kondisinya dia tidak bisa bekerja mencari nafkah.

Sekitar satu tahun dia marah-marah kepada Tuhan. Dia bahkan pernah menghujat Tuhan.

Sebagai istri, saya hanya bisa menguatkan dia. Saya bilang, “Engga usah begitu, kamu tuh harus bersyukur, karena walaupun kamu kena luka tembak, kamu engga mati. Coba kalau kamu mati, kamu akan langsung masuk neraka.”

 

BAGIAN 6. ERICO: KUTEMUKAN AYAT YANG MENGUBAHKANKU

Akhirnya, saya mulai baca-baca Alkitab. Saya menemukan sebuah ayat yang bunyinya, “Barangsiapa Kukasihi, ia kutegor dan kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.”

Membaca ayat itu saya kaget. Oh, berarti orang yang dikasihi Tuhan akan ditegur dan dihajar, ya.

Dari titik itulah iman saya mulai bertumbuh, sehari lepas sehari.

Suatu kali saya ikut acara pria sejati. Di situ saya mendapatkan pemahaman tentang mengasihi istri. Saya pun bertobat dan minta didoakan.

 

BAGIAN 7. MARSINA: SUAMIKU MENJADI ‘BARU’

Sepulang dari camp pria sejati, suami pulang, dan ia membuat saya terkejut.

Dia bersujud minta maaf dan memeluk saya beserta anak.

Sekarang, suami saya telah menjadi ayah yang bijaksana. Dia benar-benar memperhatikan saya; meskipun dengan keterbatasannya, dia berusaha menyenangkan dan menyayangi saya. Dia juga bertanggung jawab kepada keluarganya.

 

BAGIAN 8. ERICO: INI KOMITMENKU

Tuhan memulihkan saya sehingga saya menjadi pria yang berharga di hadapan Tuhan—dan juga di hadapan anak serta istri.

Saya tidak mau hidup saya yang lama terulang lagi.

Memang dulu saya adalah suami yang bejat. Kini, setelah saya mengalami kasih Tuhan, hidup saya dipulihkan. Saya ingin menjadi suami yang baik bagi istri saya dan bapak yang mengasihi anak-anak.

 

 

Sumber Kesaksian:

Christo Erico dan Marsina

Sumber : V130429152136
Halaman :
1

Ikuti Kami