Para Pelajar Membajak Bus Kota Usai UN

Nasional / 19 April 2013

Kalangan Sendiri

Para Pelajar Membajak Bus Kota Usai UN

daniel.tanamal Official Writer
3743

Satu fakta ironis yang mencuat kepermukaan dalam bergulirnya Ujian Nasional (UN) 2013 selain keterlambatan dalam distribusi soal-soalnya adalah tindak kriminal dan tidak berkenan dari para pelajar seusai mengikuti proses ujian yang hingga kini menjadi bahan pergunjingan banyak orang.

Aksi tawuran dengan menggunakan senjata tajam kerap terjadi seusai UN dilaksanakan. Bahkan para pelajar pun tak segan untuk membajak bus kota. Seperti yang terjasi pada Kamis (18/4) sore pukul 16.30 lalu dimana sebuah bus Mayasari Bakti jurusan Pulo Gadung-Grogol dibajak untuk digunakan menuju tempat tawuran. Polisi yang mencium gelagat tak baik ini segera mengejar dan menangkapi para pemuda berumur tanggung tersebut.

“Saat itu bus sedang dalam keadaan kosong. Mereka memaksa sopir bus untuk mengatarkan ke Taman Sari. Si sopir ketakutan karena diancam. Mereka kabur ke POM bensin, ada yang masuk bus, ada juga yang masuk gang di kawasan Grogol. Apakah luka terkena lemparan batu atau sabetan senjata tajam, kami belum bisa pastikan. Tetapi para pelajar yang terluka sudah menerima perawatan medis,” ujar Kapolsek Metro Tanjung Duren, Kompol Firman Andreanto.

Pelajar perempuan ikut tawuran

Setelah dibantu warga sekitar, 53 pelajar berhasil ditangkap dan diamankan. Polisi juga mendata dua pelajar perempuan ikut terlibat tawuran. Di antara 53 pelajar tersebut 37 siswa berasal dari SMK 35, satu siswa SMU Harapan Kasih, satu siswa SMK PSKD, tiga siswa SMK Tanjung, satu siswa SMK AA, satu siswa SMK Muhamadiyah, dua siswa SMU 17, dan satu siswa SMK Borobudur.

Dari penggeledahan, kepolisian menyita berbagai senjata yang digunakan untuk tawuran seperti gir, golok, parang, samurai, dan sejenisnya. Hingga saat ini para pelajar masih menjalani pemeriksaan di Mapolsek Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Pendidikan seharusnya dapat mendidik karakter dan mental para pelajar menjadi berbudi dan ramah sosial. Ketika nilai sebuah ujian lebih diutamakan ketimbang nilai kehidupan sebagai bekal mereka di masa depan, maka akan timbul gejala sosial yang akan terus menjalar dan bertahan seperti perilaku ini.

 

 


Sumber : Sinar Harapan
Halaman :
1

Ikuti Kami