Kisah Nyata Pria yang Lolos dari 50 Tikaman Maut

Family / 16 April 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Pria yang Lolos dari 50 Tikaman Maut

Yenny Kartika Official Writer
6914

Lima puluh tusukan dari pencuri sadis harus ia terima. Bahkan istrinya pun tak luput dari keganasan pisau maut itu. Bagaimana nasib Puji Satyawan dan keluarganya?

 

Maut di Kamar Tidur

Hari Minggu pukul 02.00, Puji Satyawan beserta istri dan anak sedang tertidur pulas. Mereka berada dalam satu kamar.

Tanpa mereka sadari, ada ‘tamu tak diundang’ yang sedang mengintai mereka…

“Saya sempat mendengar suara krosak, krosak. Saya kira itu suara tikus, atau suara istri yang sedang mencari barang di kamar,” tutur Puji. “Saya tidak menghiraukannya, karena saat itu saya sedang ngantuk.”

Karena suara itu kian menganggu, Puji pun memanggil-manggil sang istri, “Ma, Mama?”

Si pencuri, yang telah berada di kamar, mendengar suara Puji. Mungkin karena panik, ia langsung mengenakan topeng dan mengambil alat pemijat elektrik yang ada di lantai kamar, dan memukulkannya pada kepala Puji.

Endah Sarastri, istri Puji, mendengar teriakan suaminya itu. Karena merasa dipanggil, ia pun bangun. Pemandangan pertama yang ia lihat di depan matanya adalah, seorang pencuri sedang menghujam tubuh suaminya dengan pisau berkali-kali!

Belum sempat mengatasi keterkejutannya, kini giliran Endah yang ditikam oleh bilah pisau tajam.

Puji berteriak, “Maling..maling!” sambil bergelut dengan pria bertopeng tersebut. Sang istri keluar kamar, berusaha mencari pertolongan dengan meneriakkan Maling, maling berkali-kali. Anak mereka yang paling kecil mengikuti Endah keluar kamar. Pelaku pun mengejar Endah dan sang putra.

Endah mengunci pintu ruang tamu dari luar, sehingga si maling terjebak di dalam. Endah meraih gagang telepon, hendak menghubungi pihak berwajib. Sembari panik memencet tombol pesawat telepon, Endah melihat si pelaku berusaha membuka pintu

Datanglah anak Endah lainnya yang sudah besar. Dia masuk ke kamar orang tuanya. Saat itu ia melihat ayahnya sedang bertarung habis-habisan dengan si maling. Puji memegang kuat-kuat pisau dengan telapak tangannya, hingga telapaknya itu terbelah.

Melihat ayahnya sudah bersimbah darah dan hendak ditikam untuk yang kesekian kali, anak Endah ini segera membekap tubuh si maling kuat-kuat.

Puji mengambil gulungan kabel, lalu ia ikatkan ke leher si maling. Lilitan demi lilitan berhasil membungkam sepak terjang si maling ganas ini. Sambil keletihan karena kehabisan tenaga, Puji mendorong si maling ke pojok kamar.

Dia buka topeng si pelaku. Ternyata Puji tidak mengenali siapa dia.

Puji berhasil mengamankan si pelaku yang kelihatannya sudah pingsan tersebut.

Sementara itu, Endah bersama anaknya berhasil keluar rumah dan kini mereka mencari pertolongan.

Firasat Endah mengatakan, ia akan kehilangan suaminya. Bayangkan saja, dalam keadaan bersimbah darah serta penuh luka tusukan, Puji masih satu rumah dengan si pelaku.

Sambil terbungkuk-bungkuk di depan pagar rumah, Endah menyambut kedatangan dua orang satpam yang berusaha menolong keluarga ini. Tanpa diduga, Endah melihat Puji keluar dari rumah. Endah lega sekali. Setidaknya suaminya lolos dari cengkeraman si penjahat.

 

Menuju Rumah Sakit

Karena tidak ada orang di sekitar situ yang bisa menyetir mobil, Puji pun mengendarai sendiri mobilnya, membawa serta istri dan anaknya ke rumah sakit.

Sementara si pelaku dapat diringkus oleh petugas keamanan setelah ia tersungkur saat berusaha memanjat kabur dari rumah Puji.

Mobil yang dikendari Puji oleng. Jelas saja, kondisinya amat tidak memungkinkan untuk menyetir dengan baik dan benar.

Sepanjang jalan, Endah hanya bisa berserah kepada Yesus.

Singkat cerita, mereka tiba juga di rumah sakit.

Menurut pengakuan Puji, ia sebetulnya masih tak paham mengapa mereka bisa tiba di rumah sakit. Dengan keadaan kritis seperti itu, seharusnya ia sudah mati di tengah jalan.

Endah dan Puji langsung mendapatkan penanganan medis. Puji, yang berbaring di ranjang sebelah ranjang istrinya, masih sempat menyemangati sang istri yang berurai air mata, “Ma, tetap semangat ya. Kita pasti sembuh. Kita pasti pulih. Senyum ya, Ma.”

 

Pelaku Terungkap

Polisi berhasil mengusut si pelaku. Polisi menunjukkan SIM si pelaku kepada Endah. Saat Endah melihat foto tersebut, ia mengaku tidak mengenal siapa lelaki itu, tetapi ia memang tahu bahwa pria ini tinggal di dekat rumah mereka. Pria itu menempati rumah yang jaraknya 2 bangunan dari rumah Puji-Endah.

Endah masih tak paham, apa hubungannya pria ini dengan keluarganya? Apa motif yang melatarbelakangi tindakan kejamnya?

 

Rasanya seperti Disalib

Sementara itu Puji masih bergelut dengan nyeri-nyeri yang ia rasakan. Pada saat itu, ia mengingat sebuah lagu, “Tuhan adalah kekuatanku.. Bersama Dia, ku tak akan goyah.” Ketika Puji menyanyikan lagu itu dalam hati, Puji mendapatkan kekuatan. Semangat Puji bangkit dan ia bertekad untuk sembuh. Puji sadar bahwa hati yang gembira adalah obat.

Puji sempat teringat dengan penderitaan Yesus yang dipaku dan disalib. Tentu rasa sakit yang Yesus rasakan jauh lebih berat daripada yang ia derita. Puji hanya merasakan sebagain kecil dari penderitaan Yesus. Dari situlah, iman Puji bangkit kembali. Yesus saja sudah pernah melewati masa-masa sulit tersebut—tentu sekarang Yesus akan menolongnya.

 

Keputusan Terberat

Setelah beberapa waktu, Puji diperbolehkan pulang ke rumah karena sudah pulih.

Tidak mudah bagi Endah untuk melupakan peristiwa tragis itu. “Setiap malam, saya selalu terbangun di jam dimana si pelaku datang, yakni sekitar jam 02.00,” ujar Endah.

Tetapi Puji senantiasa mengingatkan sang istri, “Ma, jika kita masih diberi kesempatan untuk hidup, berarti Tuhan menginginkan kita untuk menjadi anak-Nya yang baik. Oleh karena itu, kita harus mengampuni orang lain.”

Perlahan tapi pasti, Tuhan mulai melembutkan hati Endah.

Endah menemukan sebuah ayat yang bunyinya: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Endah sadar, itulah yang harus ia lakukan jika ia mau memiliki kasih yang sempurna.

Endah memutuskan untuk mengampuni pelaku. Endah menyebut nama si pelaku dalam doa yang ia panjatkan. “Tuhan, tolong saya, mampukan saya untuk bisa mengampuni (nama pelaku),” demikian ia berdoa. Selesai berdoa, Endah tidak merasakan ketakutan dan kekesalan. Sebaliknya, ia justru merasa lega. Sejak saat itu, Endah bisa tidur pulas—tidak pernah ada lagi yang namanya terbangun di tengah malam.  

Empat bulan setelah tragedi itu berlalu, Puji dan keluarganya memutuskan untuk mengampuni si pelaku tersebut—yang hampir merenggut nyawa mereka—meskipun mereka belum pernah bertemu lagi dengan si pelaku.

“Saya bisa mengampuni orang yang telah menganiaya saya karena saya telah terlebih dahulu diampuni oleh Tuhan Yesus. Walaupun orang itu mungkin menganiaya kita, membenci kita, tapi Tuhan sudah pernah mengalami semua itu. Dia dibenci dan dianiaya, tetapi Dia bia mengampuni, bahkan mengasihi,” ujar Puji.

“Tuhan mengijinkan saya mengalami peristiwa ini supaya saya bisa ‘naik kelas’,” ungkap Puji.

Puji juga menitipkan sebuah doa untuk si pelaku, “Saya berdoa supaya pelaku diberikan kekuatan oleh Tuhan; diberikan ketabahan agar bisa menghadapi semua ini—karena di situ ada kasih Tuhan Yesus. Oleh karena Tuhan Yesus mengasihi saya, saya juga percaya bahwa Tuhan Yesus mengasihi dia.”

 

 

Sumber Kesaksian:

Puji Satyawan dan Endah Sarastri (istri Puji)

 

 

BACA JUGA:

Kisah Nyata Wanita yang Tutup Rapat Perselingkuhannya 16 Tahun

Kisah Nyata Terlilit Hutang Hingga Ingin Jual Ginjal

Kisah Pencari Sorga, Mulai di Kuburan Hingga Berguru Pada Dukun

Kisah Nyata Ray Tambunan, si Tukang Kritik

Kisah Nyata Penyanyi yang Anggap Dirinya Hitam dan Bodoh

Sumber : V130408154850
Halaman :
1

Ikuti Kami