Dari Ormas Hingga Wakil Walikota Tolak Valentine, Mengapa?

Nasional / 11 February 2013

Kalangan Sendiri

Dari Ormas Hingga Wakil Walikota Tolak Valentine, Mengapa?

Puji Astuti Official Writer
3601

Jelang perayaan hari kasih sayang atau yang dikenal sebagai Valentine’s Day, pro kontra tentang perlu tidaknya perayaan ini kembali muncul. Mulai dari ormas keagamaan hingga tokoh masyarakat seperti Wakil Walikota Depok menyatakan penolakannya atas perayaan hari kasih sayang ini karena dianggap berdampak negatif bagi para remaja.

"Valentine artinya memasrahkan diri kepada sang kekasih. Untuk itu, laranglah anak-anak untuk merayakan valentine," demikian himbauan Wakil Walikota Depok, Idris Abdul Shomat saat memberikan sambutan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad, Senin (11/2).

Senada dengan Idris, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan KH Sodikun meminta agar tidak merayakan hari Valentine karena bukan tradisi Indonesia.

"Sebagaimana setiap 14 Februari masyarakat merayakan hari kasih sayang atau valentine seharusnya berpedoman dengan ajaran agama," demikian jelas KH Sodikun.

Tidak hanya para pemimpin, ormas Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia di Jogja juga mengecam perayaan Valentine karena dianggap sering disalahgunakan para remaja sebagai alasan melakukan seks bebas.

Di Indonesia, tidak semua remaja yang merayakan Valentine tahu maknanya. Banyak hanya ikut-ikutan karena melihat teman atau tayangan televisi. Menurut beberapa remaja yang pernyataannya dikutip oleh Padang Ekspres, selama mereka tidak menyalahi norma maka tidak apa-apa merayakan hari Valentine.

”Jika berbuat maksiat untuk merayakan Hari Valentine ini, itu baru berdosa,” demikian ungkap Irvan, siswa SMKN 4 Padang.

”Kita hanya saling tukar hadiah. Kalau dilarang berarti merayakan ulang tahun pun juga dilarang,” demikian pernyataan Siska, seorang siswi dari SMA Tamsis Padang.

Sebenarnya perayaan Valentine sendiri masih simpang siur. Beberapa menyatakan bahwa perayaan Valentine adalah usaha gereja masa lalu mengalahkan perayaan Lupercalia yang diadakan pada 15 Februari, yang merupakan perayaan dewi kesuburan Yunani. Namun ada anggapan bahwa perayaan ini adalah peringatan terhadap martir gereja bernama Valentinus. Tradisi yang terus berkembang hingga era moderen ini kemudian diadaptasi oleh berbagai kebudayaan, terutama Amerika Serikat. Hari Valentine saat ini telah menjadi sebuah industri baru yang menghasilkan milyaran dolar dengan berbagai produk yang ditawarkan.

Jika mengarah sebagai hari kasih sayang, mari jadikan Valentine sebagai sesuatu yang positif dengan nyatakan kasih kepada sesama dengan tulus. Jadikanlah kasih Tuhan atau kasih agape sebagai pusatnya, bukan kasih eros atau hawa nafsu. Karena Tuhan adalah kasih, maka jika kita hidup di dalam Dia dan Dia ada di dalam kita, maka seharusnya setiap hari kita jadikan sebagai momentum untuk menyatakan kasih kepada sesama.

Baca juga artikel lainnya:

Kelompok Tak Dikenal Tembak Mati Seorang Pastur

Berbagi Sukacita Imlek Dengan Berbagi Angpao Dengan Bijak

Cegah Kanker Menyebar Dengan Olah Raga

Sumber : Solo Pos | Padang Ekspres | Republika Online | Kompas.com | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami