Kisah Nyata Perzinahan 16 Tahun Dengan Istri Orang Lain

Family / 10 February 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Perzinahan 16 Tahun Dengan Istri Orang Lain

Puji Astuti Official Writer
593520

Separuh dari kehidupannya dihabiskannya untuk mengkonsumsi narkoba, seks bebas dan kehidupan malam. Itulah kehidupan yang telah dijalani oleh Hilmar Sitinjak. Sekalipun dididik dengan keras oleh kedua orang tuanya, namun sebagai seorang anak remaja yang masih mencari jati diri, Wilmar ingin tahu kehidupan lain yang ada di luar sana. Maka mulailah Hilmar berkenalan dengan obat-obatan terlarang, kehidupan malam dan juga seks bebas. Bisa melakukan semuanya itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Wilmar.

"Narkoba itu menjadi suatu kebanggaan bagi saya saat itu, saya pikir saya tidak gaul jika ke kafe atau ke diskotik tapi tidak menyentuh itu," demikian Hilmar menceritakan masa lalunya.

Tidak berhenti sampai di situ. Setelah dia mulai mengenal dunia malam, Hilmar semakin terjerumus dalam kehidupan seks bebas. Tante-tante hingga para pekerja seks digilir untuk tidur bersamanya.

Berkali-kali Hilmar harus berurusan dengan polisi karena perkelahian dan narkoba, namun tidak pernah ada kata menyesal dalam hidup Hilmar. Hatinya telah menjadi beku. Meskipun hati yang beku itu pernah cair oleh suatu peristiwa dalam hidupnya, namun hal itu tak dapat mengubahnya menjadi manusia yang lebih baik. Saat itu ayah Hilmar dirawat di rumah sakit PELNI dan sempat beberapa kali keluar masuk rumah sakit hingga akhirnya sang ayah meninggal dunia.

"Pada saat meninggal, saya ada dalam pelukannya. Tapi tetap saya tidak pernah sungguh-sungguh bertobat." Kematian sang ayah tidak mempengaruhi kehidupan Hilmar untuk insaf dari kehidupan lamanya, tetapi malah sebaliknya membuatnya semakin tenggelam dalam dunia narkoba.

"Saya selalu jatuh dalam dosa perzinahan, terhadap wanita dan terhadap narkotika. Di rumah juga kalau ditanya orang tua, hanya masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Mami saya tidur, saya keluar. Pulangnya ngga tahu kapan."

Selama enam belas tahun Hilmar hidup dalam perzinahan dengan seorang wanita yang sudah bersuami dan memiliki anak. Dia terbuai dengan hubungan gelap bersama wanita itu sampai lupa segalanya. Walaupun hubungan itu telah melukai hati ibunya, tetapi Hilmar tetap tidak memperdulikannya.

Selain berselingkuh dengan istri orang, Hilmar juga terobsesi untuk meniduri para gadis perawan. Semakin banyak jumlahnya, semakin besar pula kebanggaannya.

Pengaruh narkoba telah membuat Hilmar gelap mata. Adik kandungnya pun menjadi sasaran kekerasannya. Bahkan ia pernah berniat ingin membunuh seluruh anggota keluarganya. Karena sepak terjangnya, seluruh keluarganya pun takut kepadanya.

Suatu saat Hilmar membutuhkan uang untuk membeli narkoba dan Hilmar mengancam kakaknya bahwa dia akan membunuhnya jika tidak diberikan uang itu. "Saya takut sekali, saya yakin dia berani membunuh karena itu di luar pikiran normalnya. Dia punya keberanian karena di bawah pengaruh narkoba," demikian ungkap kakak Hilmar.

Suatu saat seorang kekasih Hilmar hamil. Dia akhirnya meminta kekasihnya untuk menggugurkan kandungannya. Dengan dibantu oleh seorang dokter yang menjadi kenalannya, kandungan kekasihnya itu digugurkan. Rintihan kekasihnya saat menjalani aborsi tidak membuat Hilmar bergeming. Bahkan setelah mengantarkan kekasihnya yang masih abg pulang, Hilmar melanjutkan malamnya dengan berpesta-pora seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Hingga pada suatu malam di tahun 2005, Hilmar sempat berpikir untuk bertobat dengan sungguh-sungguh. Namun pada saat sedang mempertimbangkannya, Hilmar tertangkap dan terjerat oleh hukum. Harus menjalani hukuman yang cukup lama membuat Hilmar berpikir banyak tentang apa yang harus dilakukannya dengan hidupnya.

"Saya harus bagaimana lagi dengan hidup saya? Sekarang saya ditahan. Pada tahun '85 saya pernah ditahan, dan sekarang setelah 20 tahun harus mengalami lagi. Maksud Tuhan apa dengan mengijinkan hal ini saya alami?" demikian Hilmar berseru pada Tuhan. "Tuhan, tolong saya supaya saya bisa bertobat. Bagaimana supaya saya bisa bertobat dengan benar dan sungguh-sungguh."

Hingga suatu hari Hilmar bertemu dengan Ibu Jane yang menjadi pembimbing rohaninya. Saat itu ibu Jane memberi sebuah tantangan, "Jika di antara saudara ada yang mau sungguh-sunguh bertobat dan datang pada Tuhan, pasti Tuhan akan mengampuni dosa-dosa saudara." Ibu Jane menyadari bahwa orang-orang seperti Hilmar ini ingin diterima oleh lingkungannya  dan masyarakat.

Ibu Jane berkata kepadanya, "Begini ya Hilmar, kalau kamu mau sungguh-sungguh bertobat, hidup di dunia yang penuh dengan kenakalan dan pesta-pora pernah kamu jalani. Sekarang apa yang belum pernah kamu alami buat Tuhan? Mau tidak kamu benar-benar mati-matian buat Tuhan? Tuhan mencari bukan orang yang benar, tetapi mencari orang yang mau bertobat."

Sewaktu itu Hilmar mulai berpikir, "Apakah mungkin saya ini masih bisa berguna dan bermanfaat bagi orang lain? Sewaktu orang tua saya kena stroke, saya kasihan dan saya yakin kena strokenya juga pasti karena saya. Kalau saya  tetap seperti ini, apakah saya harus jadi penjahat besar atau saya harus bertobat dan benar-benar menjadi anak Tuhan?"

Sebuah perubahan besar terjadi dalam hidup Hilmar. Dulu dia adalah orang yang tidak pernah menghormati maupun mengurus orang tuanya, namun sekarang dia melayani orang tuanya.

"Dengan kembalinya Hilmar, itu seperti kembalinya anak yang hilang. Dengan pertobatan Hilmar, mami bisa bicara lagi. Mungkin mami saya umurnya panjang karena Hilmar kembali. Mulai terasa ada damai di rumah ini. Dulu saya merasa malu dengan tetangga, karena ada masalah sedikit ribut. Tapi sekarang hal seperti itu tidak terjadi lagi," dengan haru kakak Hilmar menuturkan apa yang dirasakannya.

"Saya belajar hidup di dalam kasih itu. Yang penting saya rendah hati. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu, segenap kekuatan jiwamu dan kasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Sekarang saya hilangkan semua kebiasaan buruk saya dan saya belajar sungguh-sungguh pada firman Tuhan," Hilmar menyatakan pertobatannya dengan penuh sukacita. 


Sumber Kesaksian :

Hilmar Sitinjak

Sumber : http://layartancap.com/ltcplayerv1.swf?doc=JjmVXAL0OImwZAvSz4mY_ADlBAwaXjr4
Halaman :
1

Ikuti Kami