Pemkot Blitar Ancam Tutup 6 Sekolah Katolik

Internasional / 22 January 2013

Kalangan Sendiri

Pemkot Blitar Ancam Tutup 6 Sekolah Katolik

Budhi Marpaung Official Writer
5101

Dianggap menolak memberikan tambahan pelajaran agama bagi siswa yang beragama Islam, Pemerintah kota Blitar baru-baru ini mengancam akan menutup 6 sekolah swasta berbasis agama Katolik yang berada di wilayahnya.

6 Sekolah swasta, yakni SMA Katolik Diponegoro, STM Katolik, TK Santa Maria, SD Katolik Santa Maria serta SD Katolik dan SMP Yos Sudarso mendapat peringatan keras setelah hingga batas waktu yang diberikan Pemkot Blitar yakni 19 Januari 2013, pihak sekolah belum juga menyatakan kesiapan untuk memberikan tambahan pelajaran.

"Dan kita sudah memberikan peringatan sampai 3 kali. Ketika sudah 3 kali diperingatkan, tetap tidak mau dilaksanakan, sesuai PP, direkomendasikan untuk dilakukan pencabutan operasional oleh kepada daerah," ujar Badarudin, Kepala Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Kasi Mapenda) Kantor Kementerian Agama Kota Blitar mewakili Pemkot Blitar.

Menanggapi sanksi yang hendak dijatuhkan Pemkot Blitar, keenam pengelola sekolah swasta akan menggelar rapat tertutup untuk membahas ancaman penutupan sekolah mereka. Rapat tersebut dikabarkan melibatkan para pengurus yayasan, komite, alumni serta wali murid.

Untuk diketahui, Wali Kota Blitar Samanhudi Anwar pada 2012 lalu mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 8 Tahun 2012 yang isinya adalah mewajibkan setiap anak didik yang beragama Islam harus bisa membaca Alquran. Menurut Samanhudi, dasar dari aturan yang dikeluarkannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama.

Mawan Mahyudin, Direktur LSM Post Institut, sebuah LSM di Kota Blitar, mengungkapkan ancaman Samanhudi Anwar ke sejumlah pihak sekolah Katolik yang ada di wilayah Blitar, bisa dinilai bukan benar-benar mewakili kebijakan Pemkot.

Seringkali ancaman itu bernada pribadi. Misalnya, anak-anak warga Desa Dawuhan, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar yang tidak dibolehkan sekolah ke sekolah negeri di Blitar.

“Ini terjadi bisa dihubungkan dengan penolakan warga Dawuhan terhadap rencana Pemkot Blitar hendak mendirikan proyek Rumah Susun dikarenakan bakal lokasi itu dianggap warga merupakan obyek wisata,” ujar Mawan.

Salah satu elemen yang harus ada jika bangsa ingin maju adalah terdapatnya lembaga pendidikan formal yang berkualitas. Penutupan sekolah-sekolah bermutu tidak hanya akan membawa dampak buruk kepada para siswa yang sudah bersekolah sebelumnya disana, tetapi juga kepada generasi muda wilayah dimana sekolah itu berada. Jadi, berhati-hatilah apabila ingin menutup suatu sekolah yang memiliki reputasi bagus karena efeknya pasti sangatlah besar.  

 

Baca juga : 

Kisah Nyata Suami yang Senang Menyakiti Hati Istrinya

Forum JC : Ide Untuk Pertemuan JCers Berikutnya

3 Tips Hadapi Putus Cinta Secara Kristiani

Panggilan Darurat 

Solusi Sehat Pasca Menderita Tifus   

Daily Devotional, Kamis (18/1) : Tunggu Sampai Akhir  

Awake My Soul

Sumber : liputan6.com, Indonesia.ucanews.com / budhianto marpaung
Halaman :
1

Ikuti Kami