Kisah Nyata Model Internasional Yang Didepak Dari Catwalk

Family / 20 January 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Model Internasional Yang Didepak Dari Catwalk

Puji Astuti Official Writer
17553

Menjadi seorang peragawati internasional, itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Jennifer Strickland. Wanita yang mulai kenal dunia model sejak usia 8 tahun ini berhasil menjadi peragawati bagi sebuah rumah mode internasional di usianya yang baru tujuh belas tahun.

“Saya pernah menjadi peragawati bagi Versace, dan Anda harus memiliki bentuk tubuh yang indah. Dan GUCCI tidak suka dengan cara saya berjalan, dan MISSONI menginginkan peragawati yang etnis dan saya bukan. Tapi ARMANI, ia suka peragawati yang sangat tinggi dengan rambut blonde. Saya adalah tipe yang ia cari. Diantara ribuan gadis-gadis, ARMANI memilih 30 gadis, dan saya terpilih menjadi salah satu dari mereka. Saya pikir, ini dia, saya akan jalani ini dan saya akan tampil di panggung, dan ini adalah puncak dari segala puncak, Georgio Armani, Milan.”

Mimpinya memang menjadi kenyataan, dia menemukan dunia yang ia kejar selama ini. Uang, popularitas, dunia glamour dan semua fasilitas bagi top model ia nikmati, namun tetap ada sesuatu yang tidak ia dapatkan disana.

“Sepertinya keglamoran yang ada tidak memuaskan, posisi, majalah, panggung catwalk ataupun uangnya tidak memuaskan. Saya merasa kosong, dan tambah kosong saja.”

Diluar, kehidupan Jennifer tampak sempurna, namun jauh di dalam dirinya, ia merasakan kekosongan dan hal ini membuatnya mulai menghancurkan dirinya sendiri.

“Mereka menerbangkan saya ke mana-mana, dari satu studio ke studio lainnya untuk melakukan pekerjaan. Sepertinya jika ARMANI menginginkan Anda jadi modelnya, maka semua orang menginginkannya. Dengan gaya hidup yang cepat seperti itu, membuat saya terlibat obat-obatan terlarang, saya membuat lapar diri saya… Saya sangat-sangat kesepian dan merindukan berada di sekeliling orang-orang yang mengasihi saya. Saya kira obat-obatan itu bisa menjadi pelarian saya, karena banyak hal buruk yang terjadi dibalik layer industri modeling, dan saya mengubur semu aitu dan saya kira alasannya mengapa adalah karena saya ingin keluarga saya bangga akan keberadaan saya dan memang mereka begitu bangga pada saya. Saya kira saya mau mereka percaya ilusi bahwa apa yang mereka lihat di majalan-majalan adalah nyata. Jika saya terlihat bahagia, saya memang sedang bahagia. Jika saya terlihat damai, maka saya sedang damai. Kebenarannya adalah tidak seperti itu dibalik layar. Saya menjadi mahir memakai “topeng”.”

Ketika Jennifer pulang ke rumahnya, orangtunya melihat jauh ke dalam dirinya dan melihat ada sesuatu yang tidak beres pada putrinya itu.

“Orangtua saya sangat mengkuatirkan saya, dan mereka memberi makan saya dan terus memberi makan, dan saya naik 10 kg. Lalu saya kembali bekerja, dan Armani menaruh tangannya di lingkar pinggang saya, dan dia menendang saya dari catwalk.”

Jennifer bukan hanya kehilangan pekerjaannya di ARMANI, namun juga ditempat-tempat lainnya.

“Semua klien yang lain mulai melakukan hal yang sama. Jika ARMANI tidak menginginkan kamu, maka tidak lagi yang menginginkan kamu. Kamu tidak berguna lagi bagi mereka. Hal itu membuat saya hancur. Saya seperti gadis kecil yang hanya menginginkan penerimaan, dan itu sangat melukai saya..Melukai gadis kecil di dalam diri saya yang menginginkan untuk dicintai.”

Bingung dan tertekan, Jennifer mencoba mencari pekerjaan di Jerman. Namun hal itu tidak mudah, ia mulai minum minuman keras secara berlebihan, dan juga menjadi perokok berat. Tidak tahan dengan semua tekanan itu, Jennifer membuat sebuah keputusan nekad.

“Saya mencoba bunuh diri dalam apartemen saya. Saat saya mencoba melakukan itu, saya memikirkan orang-orang yang benar-benar mengasihi saya dan akhirnya saya tidak jadi bunuh diri.”

Namun itulah titik terendah kehidupan Jennifer, karena setelahnya Tuhan mulai bekerja, seorang penginjil jalanan memberinya sebuah Alkitab.

“Saya duduk dan mulai membaca Alkitab itu. Saya ingat tentang jalan yang lebar dan jalan yang sempit. Jalan yang sempit itu sukar dan sedikit yang menemukannya, tapi itu menuju kepada kehidupan, dan ada jalan yang lebar dan setiap orang menemukannya dan itu menuju kehancuran. Saya ingat dan saya tahu apa yang saya  baca. Saya seperti ada di jalan lebar itu.. Saya tahu saya ada di jalan lebar itu.. Tetapi saya sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana meninggalkan jalan lebar itu. Karena itu satu-satunya jalan yang saya tahu. Itu adalah pertama kalinya saya membaca Injil Kabar Baik seumur hidup saya. Saya tidak pernah tahu apa yang Yesus lakukan di kayu salib bagi saya. Saya tidak tahu siapakah Roh Kudus dan tidak tahu siapa itu Yesus. Saya tidak tahu apapun.”

Hingga suatu hari dalam perjalannya mencari tempat kerja, sebuah pembicaraan dengan seorang asing mengubah hidupnya.

“Dia melihat rok mini saya, portfolio saya dan semuanya, dan ia berkata, “Oh, tidak. Engkau tidak akan menjadi model disini kan?” dan saya jawab, “Ya, saya mau.” Dia katakan, “Sayang, kamu tidak bisa menjual wajahmu. Kamu tidak bisa menjual kecantikanmu. Berbaliklah dan pulanglah, pulanglah ke tempat asalmu. Pulanglah..” Dan saya menyetujuinya dan saya langsung berbalik. Karena sejujurnya tidak ada seorangpun dalam hidup saya yang berkata engkau tidak bisa membandrol harga kecantikanmu, kamu tidak bisa menjual wajahmu. Seumur hidup saya, saya diberitahu bahwa saya bisa melakukannya. Bahkan saya diberitahu saya harus! Jadi apa yang dikatakan orang itu membebaskan saya dan saya meninggalkan semua itu. Saya tidak pernah di foto untuk menghasilkan uang lagi.”
Sebelum pulang, Jen memutuskan untuk mendaki  gunung tertinggi di Munich, Jerman.

“Di Jerman sana, ada salib-salib di pohon, disana Kristus disalib, dipakukan di pohon-pohon kayu. Jadi saat saya mendaki gunung tersebut sepertinya Kristus ada dimana-mana dan Dia seperti berkata, “Saya mati bagimu, tubuh-Ku yang terpecah supaya kamu menjadi utuh. Darah-Ku telah menyucikan kamu. Saya ingat, saat itu berbaring di atas salju dan saya katakan saya percaya sekarang, saya percaya pada-Mu. Saya tahu Engkau melihat saya. Karena saya pikir tidak ada yang melihat saya. Mereka hanya melihat dari luar, mereka hanya melihat gambar-gambar atau foto-foto, tapi tidak ada satupun yang benar-benar melihat keadaan saya. Tetapi Tuhan melihat saya, saya tahu Ia melihat saya. Saya menerima Yesus ke dalam hati saya. Dan saya bermain seperti seorang anak kecil. Saya benar-benar merasa saya diberkan sebuah hidup baru.”

Jennifer akhirnya pulang ke rumah. Dia menemukan seorang pria yang baik yang kemudian menjadi suaminya. Ia kini menjadi seorang istri dan juga ibu yang berkeliling Amerika untuk berbicara kepada para wanita dan gadis-gadis muda.

“Sepertinya ada krisis identitas pada wanita-wanita. Mereka pikir harus sutik botox, harus melakukan operasi plastik, dan harus tampil dengan cara tertentu. Dan Tuhan di atas sana berkata, Aku penjunanmu dan engkau adalah tanah liat. Aku menciptakan engkau seperti ini dan Aku mengasihi kamu yang seperti ini. Dan Aku ingin memenuhi engkau dengan kecantikan yang sempurna, tapi kamu tidak akan pernah tampil sempurna. Kamu tidak akan pernah menemukan kesempurnaan di bumi ini. Yang sempurna adalah Tuhan. Dan saya kira, mengetahui Tuhan mengasihi saya lebih dari penampilan saya sungguh-sungguh membebaskan saya.”

Sumber Kesaksian:

Jennifer Strickland

Sumber : V110505164801
Halaman :
1

Ikuti Kami