Waspadai 6 Penyebab Stres Dan Depresi Menghadapi Natal

Psikologi / 12 December 2012

Kalangan Sendiri

Waspadai 6 Penyebab Stres Dan Depresi Menghadapi Natal

Lestari99 Official Writer
4096

Tidak diragukan lagi bahwa perayaan Natal dan Tahun Baru merupakan saat-saat penuh cinta, sukacita dan kebahagiaan. Setidaknya inilah yang menurut kita seharusnya terjadi. Sayangnya, bagi banyak orang liburan Natal justru menjadi masa-masa penuh stres dan depresi. Banyak hal yang dapat mempengaruhi keindahan, pesona dan semangat dari liburan Natal. Banyak orang dengan alasan mereka masing-masing merasakan tekanan yang begitu besar, beberapa menyerah pada depresi, yang lain merasa frustrasi karena tidak dapat melakukan banyak hal yang mereka inginkan dalam waktu singkat.

 Selain stres emosional dan intensitas mental yang dapat mengganggu kesehatan selama liburan, ada juga penganan Natal yang dapat mengacaukan pola makan maupun kesehatan fisik kita. Makanan yang kaya akan kandungan kalori, garam, lemak dan karbohidrat menjadi godaan tak berujung bahkan bagi mereka yang memiliki kemauan kuat untuk hidup sehat.

Alasan yang membuat Natal maupun masa liburan lainnya menjadi masa penuh tekanan dan depresi sangatlah banyak. Alasannya berkisar dari masalah pribadi, ekonomi sampai masalah fisik dan emosional. Berikut ini adalah beberapa alasan utama penyebab stres dan depresi selama Natal:

1. Ketidakhadiran orang yang dikasihi. Ketidakhadiran orang yang dicintai selama liburan menciptakan perasaan kesepian dan penyesalan. Selain itu biasanya mereka yang merasa kesepian dan depresi ketika melihat orang lain bersenang-senang justru membuat situasi semakin buruk.

2. Kesalahpahaman dalam keluarga. Konflik dan tekanan dalam hubungan keluarga di beberapa kasus muncul ke permukaan di masa-masa ini. Biasanya mereka ingin mengumpulkan seluruh keluarga bersama di saat Natal, namun setiap anggota keluarga memiliki renncana masing-masing dan terkadang adanya konflik membuat mereka lebih memilih untuk menghabiskan liburan di rumah mereka sendiri.

Meskipun berkumpulnya keluarga besar merupakan hal yang menyenangkan namun ada juga yang memanfaatkan liburan untuk memiliki waktu sendirian atau sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga terdekat saja. Selain itu banyak keluarga yang membagi peran selama liburan kepada setiap anggotanya membuat kecemasan dan stres meningkat serta mengurangi kesenangan.

Ada juga mereka yang mungkin memiliki harapan yang tinggi terhadap hari Natal dan menuntutnya dari orang lain. Mereka mungkin mengharapkan situasi yang sempurna dengan hadiah-hadiah mahal serta respon positif dari setiap orang. Hal ini memang tidak selalu terjadi namun dapat meningkatkan kemungkinan untuk merasa kecewa dan resiko dari kesedihan dan depresi ini akan meningkat.

3. Ekonomi yang sulit. Banyak keluarga, dengan berbagai alasan menghadapi kesulitan keuangan, terutama dengan resesi ekonomi hari-hari ini. Musim liburan akan memberikan beban tambahan pada anggaran mereka yang memang sudah ketat. Kondisi ini membuat mereka tidak memiliki uang tunai untuk membeli hadiah, kado maupun pakaian untuk Natal. Akibatnya beberapa orang bahkan melakukan pengeluaran lebih banyak dari yang mereka mampu dan ini memperburuk situasi keuangan mereka.

Selama masa liburan akan ada banyak pesta, perayaan dan pertemuan yang memerlukan pengeluaran untuk makanan dan minuman. Hal ini menciptakan kebutuhan untuk merogoh kocek dalam-dalam, baik untuk hadiah maupun untuk membayar restoran.

Godaan dari makanan, minuman, pengeluaran maupun hadiah yang tinggi membawa banyak orang merasakan stres akibat menanggung konsekuensi dari perbuatan mereka (berat badan bertambah, sakit kepala, depresi). Efek ini tetap ada setelah liburan berakhir dan menyebabkan stres serta depresi yang lebih lagi.

4. Kelelahan fisik. Salah satu alasan utama liburan membawa stres berkepanjangan adalah karena banyaknya hal yang harus dilakukan dengan deadline yang singkat. Bahkan ketika kegiatan itu pada dasarnya menyenangkan, tetap saja mengubah rutinitas yang biasa dilakukan setiap hari. Kondisi ini mendorong orang untuk melakukan lebih banyak hal dibandingkan hal yang sewajarnya.

Belanja, kebutuhan untuk membeli hadiah, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial dan kewajiban lainnya, menyiapkan hidangan Natal dan banyak hal lainnya menciptakan stres dan rasa lelah yang luar biasa. Belum lagi ditambah dengan kekecewaan yang timbul ketika berat badan Anda bertambah ketika sebenarnya Anda sedang berusaha keras untuk menurunkannya.

5. Kesepian. Bagi banyak orang terutama kaum lanjut usia, kesepian adalah masalah nyata yang mereka hadapi selama liburan. Mereka mungkin tidak ditemani saat makan, tidak memiliki hidangan Natal yang meriah bahkan tidak memiliki orang lain untuk diajak bicara. Banyak kaum lansia yang juga tidak lagi memiliki teman, baik karena temannya sakit maupun karena sudah meninggal.

Namun orang muda yang terlalu bergantung pada teman juga dapat mengalami kesepian saat tidak menerima undangan pesta selama liburan. Situasi ini sangatlah sempurna untuk menimbulkan depresi.

6. Gangguan emosional musiman. Masalah psikologi nyata, yang bertepatan dengan masa liburan namun sayangnya tidak begitu mudah untuk dikenali, adalah gangguan emosional musiman. Gangguan ini biasanya terjadi di pergantian musim. Seperti ketika musim hujan tiba, maka orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan berpengaruh pada emosional mereka.

Meskipun depresi yang dialaminya ringan namun dapat mengganggu dan mempengaruhi penderitanya. Gangguan ini menciptakan sumber kecemasan dan kekuatiran pada saat harapan yang dimiliki setiap orang pada umumnya adalah untuk berbahagia.

Setiap kita harus memahami dan menerima bahwa di dalam kehidupan ini tidak ada yang sempurna maupun seindah sebagaimana ditunjukkan dalam acara televisi dan film. Seringkali hidup ini tak terduga dan kita harus fokus pada hal-hal yang membuat kita bahagia dan kita harus senantiasa berpikir positif untuk masa depan.

 

Baca Juga Artikel Lainnya:

Sumber : manageyourlifenow / LEP
Halaman :
1

Ikuti Kami