Kartu Pos, Alat Perjuangan Jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia

Nasional / 10 December 2012

Kalangan Sendiri

Kartu Pos, Alat Perjuangan Jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia

daniel.tanamal Official Writer
2684

Banyak cara digunakan dalam menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah agar suara mereka didengarkan. Salah satu cara yang digunakan jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia dalam perjuangannya menentang diskriminasi rumah ibadah yang mereka alami adalah membuat kartu pos untuk dikirimkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

“Idenya datang saat hari pos, jadi kenapa tidak kita mengirim sesuatu untuk mengingatkan presiden. Memang ya, ide pertamanya kartu pos karena ada hari pos itu. Nah kemudian ide ini bersambut karena teman-teman antusias,” ungkap koordinator media GKI Yasmin Kris Hidayat kepada Jawaban.com seusai bedah buku Victor Silaen - Bertahan di Bumi Pancasila (Belajar dari Kasus GKI Yasmin) di Mall of Indonesia Jakarta, Jumat (7/12).

Bahkan menurut Kris, tidak hanya jemaat GKI Yasmin saja yang menjalankan aksi kartu pos tersebut, namun dukungan partisipasi diikuti kawan-kawan lintas iman dan lintas kota. “Ada satu pesantren di Bogor yang juga ikut berpartisipasi. Jadi ini buka hanya gerakan dari GKI Yasmin namun dari lintas iman dan lintas kota. Dari Belanda kita sudah dapat sekitar 700 kartu pos yang mereka ciptakan sendiri, mereka tulis sendiri dan mereka kumpulkan kepada kami,” paparnya.

Kartu pos itu sendiri pada sisi depan berlatar ilustrasi ibadah jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia diluar gedung gereja dengan bayangan gambar gembok besar sebagai simbol “segel”. Berikut tulisan Natalan Di Dalam Gereja – Selasa 25 Desember 2012, Gereja Kami Sah Sesuai Hukum Republik Indonesia – Bukalah Kami Hanya Ingin Beribadah dan UUD 1945 Pasal 29 ayat 2. Pada sisi belakang kartu pos langsung ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lengkap dengan alamat Istana Negara Jakarta dan juga kolom kosong untuk tulisan simpatik dari para partisipan.

Terakhir, Kris juga menyatakan harapan jemaat agar pada Selasa 25 Desember 2012 mereka sudah dapat bernatalan di gedung gereja. “Teknisnya justru kami sangat berharap akan dengan resmi bahwa kami sudah boleh memasuki gedung gereja kami. Karena memang inilah hak kami,” tutupnya.

Kita semua pun berharap bahwa akan ada “kado natal” spesial bagi setiap umat tertindas di negeri ini untuk mendapatkan pembebasan dan sukacita yang secara hukum dijamin oleh negara.

 

 


Sumber : Jawaban.com - Daniel Tanamal
Halaman :
1

Ikuti Kami