Kisah Nyata Korban Kerusuhan Tahun 2000

Family / 7 December 2012

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Korban Kerusuhan Tahun 2000

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
12993

Sebuah kerusuhan yang terjadi antar warga membuat Ivone harus melihat ruko tempat usahanya di jalan Matraman habis dilahap si jago merah. Namun yang menarik, tidak sedikitpun Ivone meragukan Tuhan justru sebaliknya dia mengucap syukur atas insiden yang menimpanya tersebut.

Ivone tidak memiliki firasat buruk ketika dia datang ke kantornya di Jalan Matraman Raya pada 28 Maret 2000. Para karyawan menyambutnya dengan senyum sambil tetap mengurusi kerjaan mereka masing-masing. “Saya tidak punya firasat apapun. Seperti biasa saya pergi ke kantor pagi-pagi, melakukan tugas dan tanggung jawab saya sebagai notaris dan pejabat pembuat akte tanah,” Ivone Sinyal memulai kisahnya.

Karena sudah pensiun, Nicolaas Josis Mokalu, suami Ivone kerap datang ke kantor untuk menjemput atau sekedar membantu istrinya bekerja. Kali itu, Nicolaas pun berniat untuk membetulkan pintu kantor yang rusak. Namun ketika sibuk membetulkan, tiba-tiba sekelompok massa datang mendekat. Nicolaas pun berinisiatif untuk menyelamatkan mobil dengan menjauh dari lokasi.

“Sembarangan saja mereka itu berusaha untuk merusak apa saja. Termasuk kemungkinan mobil itu akan dia rusak juga. Mereka sudah seperti orang kerasukan,” ungkap Nicolaas.

Karena tidak berhasil mendapat sasarannya, massa pun akhirnya menjadikan kantor Ivone sebagai target selanjutnya. Baik Ivone maupun para karyawannya pun langsung ketakutan, mereka berpikir bahwa bisa saja massa melakukan tindakan anarkis seperti pemerkosaan dan penjarahan.

Ketika berusaha bersembunyi untuk menyelamatkan diri, tiga orang pria masuk ke kantor dan menuntut untuk bertemu dengan pemilik perusahaan. Dengan suara kasar, mereka membentak dan meminta sang pemilik untuk keluar. “Saya kan pemilik kantor, saya kan yang bertanggung jawab, jadi saya harus maju ke depan,” ungkapnya.

Suasana makin menegangkan. Para karyawan tidak tahu lagi akan jadi apa nasib mereka nanti jika massa benar-benar bertindak liar. Namun mujizat terjadi, sesaat setelah Ivone menunjukan dirinya, massa tiba-tiba berubah segan bahkan berjanji tidak akan mengacau. Mereka pun keluar dari kantor Ivone. “Saya juga heran sendiri sampai sekarang kalau saya pikir-pikir, kok saya bisa berani kan saya orangnya kecil,” ungkap Ivone.

Walaupun tiga orang pria itu keluar, ternyata keadaan di luar kantor tidak juga membaik. Massa semakin banyak berdatangan. Ivone pun mengambil keputusan untuk menyelamatkan diri dengan keluar dari kantor bersama dengan karyawannya yang lain. “Waktu saya keluar lari, yang dibawa cuma tas aja. Semua ditinggal nggak ada yang bisa dibawa. Sudah banyak orang di luar. Jadi kita pergi yang penting bisa menyelamatkan diri,” jelas Ivone.

Kedua kubu terus berperang. Massa seakan tidak peduli lagi dengan apapun hingga suasana menjadi sangat panas. “Karena mereka itu melihat ada orang-orang, lawan-lawan mereka ada di atas atap kantor. Sehingga mereka itu menjadikan sasarannya berubah menjadi menyerang ruko-ruko itu sendiri,” Nicolaas menilai.

Suasana makin mengecam ketika akhirnya bom molotof dilemparkan ke arah ruko. Api begitu cepat membesar dan menghabiskan lima ruko sekaligus. Ivone pun melihat kejadian itu langsung dengan matanya sendiri. “Kenapa ruko saya dijadikan sasaran? Saya nggak punya salah, juga tidak kenal dengan mereka,” Ivone gemas.

Namun sesuatu yang ajaib terjadi. Ivone merasa ada sesuatu yang membuat dirinya tetap kuat untuk menyaksikan itu semua. Karyawannya bahkan khawatir bahwa Ivone akan jatuh pingsan karena peristiwa tersebut, namun hal itu tidak terjadi. Dengan tegar, Ivone bertahan menyaksikan kantor tempat usahanya habis dimakan si jago merah. “Saya lihat mereka pucat-pucat, saya takut mereka yang pingsan dan bukan saya,” Ivone mengenang.

Ivone berdiri bukan tanpa melakukan tindakan. Dia justru memilih sebuah tindakan yang terbaik, yaitu menyembah Tuhan. “Saya juga heran saya nggak panik, tapi saya fokus. Fokus kepada Tuhan juga. Fokus juga kepada karyawan saya yang sudah pucat,” jelas Ivone.

Setelah suasana mulai mereda dan api sudah padam. Ivone bersama suami dan beberapa karyawannya yang pria kembali ke kantor untuk melihat keadaan. “Waktu saya kembali ke kantor dengan karyawan, keadaannya sudah tenang. Hitam semua di dalam. Saya lihat ke atas, sudah langit,” Ivone menceritakan.

Ivone mendapati sudah tidak ada lagi barang yang bisa diselamatkan. Bersama sang suami, Ivone memutuskan untuk kembali pulang dan baru akan kembali lagi keesokan harinya. Sesampainya di rumah, sepasang suami istri ini pun berbincang, di luar dugaan Nicolaas mendapati Ivone tetap teguh dalam imannya bahkan tak henti-hentinya mengucap syukur.

“Saya tidak diberikan rasa kebencian pada mereka. Justru Tuhan memberikan saya hati untuk bisa mengasihi mereka,” ungkap Ivone.

“Kita semua sudah merasakan kerugian yang banyak. Tuhan mengingatkan saya, bahwa bukankah hidup itu lebih penting daripada apa yang kamu lihat (ruko terbakar). Tuhan memberikan satu pemikiran, ‘kamu masih hidup, karyawan-karyawan kamu juga selamat.’ Itu harta, itu pasti bisa kembali, tapi kalau nyawa nggak bisa lagi,” tambah Ivone.

“Saya merasa berbahagia, kalau dia itu (Ivone) mempunyai pemikiran yang kuat bahwa apapun yang sudah terjadi itu biarlah terjadi. Dan tentunya nanti akan terjadi yang lebih baik,” Nicolaas menambah kesaksian istrinya.

Keajaiban tidak hanya berhenti sampai di sana. Ketika Ivone kembali ke kantor keesokan harinya, Ivone menemukan sesuatu. “Meskipun sudah ada hangus separu, ada yang hangsu sebagian besar, tapi masih ada yang bisa diselamatkan. Saya percaya itu Tuhan yang melindungi,” Ivone bersaksi.

Ivone tidak mau terlalu lama berkabung. Dia membuka kantor darurat di rumah mertuanya. “Itu daerah perumahan, tapi Puji Tuhan kita melihat bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan memberikan klien-klien luar biasa, meskipun daerah itu daerah perumahan,” kisah Ivone yang mengaku sangat takjub pada Tuhan.

“Dan itu saya percaya bahwa di dalam istri saya itu ada wibawa Yesus yang membuat mereka itu melihat seperti sesuatu yang perlu dihormati,” ungkap Nicolaas mengenang peristiwa dimana Ivone harus maju menghadapi para pria yang masuk ke kantornya.

Tuhan sungguh tidak pernah meninggakan hambanya yang setia. “Sejak peristiwa itu, berkat Tuhan terus mengalir. Dari apa yang kami kehilangan, itu sudah Tuhan gantikan berlipat kali ganda,” ungkap Ivone.

Pengalaman ini membuat Ivone dan Nicolaas makin bertumbuh dalam iman. “Apapun yang terjadi pada hidup kita, harus percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. bahkan Tuhan mau melihat, mau menguji kita, sejauh mana kita tetap berpegang teguh kepada Tuhan,” ungkap Nicolaas.

“Kalau sampai sekarang saya hidup, itu hanya karena anugerah dan kemurahan Tuhan saja,” Ivone mengakiri kesaksiannya.

Sumber kesaksian : Ivone Sinyal

Sumber : V120720141010
Halaman :
1

Ikuti Kami