Bagi Papa Antesh, Menyanyi Adalah Kegagalan Bagi Pria

Family / 10 October 2012

Kalangan Sendiri

Bagi Papa Antesh, Menyanyi Adalah Kegagalan Bagi Pria

Lois Official Writer
7135

Antesh Andy hanya merasakan sukacita dan melupakan segalanya jika dia bernyanyi, apapun lagunya. Jadi semuanya dia ekspresikan lewat lagu. Karena lagu pula, Antesh menerima piala kemenangan. Namun, ketika dia bawa pulang, malah tidak ada kebanggaan sama sekali di dalam diri papanya.

Antesh dibesarkan di dalam keluarga militer karena papanya adalah seorang angkatan udara. Jadi didikannya begitu keras. Ayahnya selalu melampiaskan amarahnya kepada Antesh maupun saudara-saudaranya yang lain, tapi terlebih kepada Antesh.

Piala yang Antesh dapatkan, dianggap papanya sebagai suatu kegagalan. Di dalam pemikiran papanya, seorang laki-laki haruslah seseorang yang kuat dan jantan sehingga jika seorang laki-laki menyanyi, dianggap gagal.

Berhubungan dengan papanya, Antesh tidak pernah diperbolehkan bertanya. Bahkan jika dia melakukan kontak mata dengan papanya, malah dia akan dianggap kurang ajar dan tak jarang pukulan melayang kepada dirinya.

Rasa takut membuat Antesh menuruti keinginan sang ayah. Dia mendaftarkan diri ke TNI tapi ternyata dia tidak lulus seleksi. Antesh tahu pasti apa reaksi papanya, pasti buruk. Ternyata ayahnya hanya diam saja. Selama berbulan-bulan hubungan mereka menjadi lebih dingin.

Suatu hari, Antesh memberanikan diri menghadap ayahnya dan meminta ijin untuk berkuliah di Bandung karena dia mendapatkan beasiswa di sana selama setahun. Papanya mengijinkan dengan catatan tidak akan memberikan Antesh uang sepeser pun untuk kuliahnya.

Akhirnya Antesh pergi dan dia ingin membuktikan bahwa dia bisa berhasil tanpa ayahnya. Dengan cara apa? Antesh mulai melakukan hal apapun, termasuk memakai jimat yang diberikan seorang ibu. Tujuannya hanya satu, membuat orang lain terpesona dengan dirinya sehingga dia mudah lolos audisi.

Suatu hari, jimatnya tidak juga membuatnya berhasil, malah dia gagal audisi. Di dalam audisi itu, dia melihat ada beberapa orang lainnya yang bisa tenang-tenang saja menghadapi audisi. Ternyata mereka punya rahasia khsuus, yaitu narkoba. Antesh pun mencobanya. s“Saya memang bisa total, saya bisa lompat-lompat, saya bisa nyanyi sekuat tenaga, sampai orang terpukau, sampai orang terhibur…” jelas Antesh.

Antesh kemudian bekerja sebagai musisi. Dia menyanyi di kelab-kelab dan upahnya pun tak sedikit. Jadi, dia pun memilih pekerjaan-pekerjaan yang hanya mendatangkan banyak uang. Di situlah letak kesombongan Antesh. Sampai akhirnya, dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena kesombongannya itu, tidak ada orang yang mau memakai jasanya. Dia begitu putus asa.

Masalah-masalah baru bermunculan. Timbul rasa sakit yang menusuk-nusuk di seluruh tubuh karena ingin mengkonsumsi narkoba. Di situlah, Antesh kemudian mengubah hidupnya. Karena memang sudah tidak ada uang lagi, Antesh menghentikan kebiasaannya mengkonsumsi narkoba dan minum-minum.

Dia sudah jarang menghubungi orangtuanya karena dia tidak mau menghubungi mereka jika dia belum sukses. Meski akhirnya lulus dari Universitas Kesenian, dia tak kunjung juga mendapatkan pekerjaan. Dia biasanya hanya bisa merenung sambil makan mie instan kering dan bertanya, “Tuhan, dimana Kau?” tanyanya. Itulah titik terendah dalam hidup Antesh dimana dia mulai merasa membutuhkan Tuhan.

Suatu hari seorang temannya, Johny Johannis menghubunginya. Karena dari awal sudah mengetahui suara Antesh bagus dan memang mereka sedang membutuhkan penyanyi, maka Johny pun menghubungi Antesh. Antesh langsung mengiyakan.

Ternyata Antesh menyanyi di gereja. “Kok saya berkomunikasi sama Tuhan ya?” tanyanya ketika sedang menyanyikan lagu-lagu rohani. Suatu hari dia mendengar lagu yang mempunyai lirik :

Ku telah mati dan tinggalkan cara hidupku yang lama

Semuanya sia-sia dan tak berarti lagi…..

Hidup ini kuserahkan pada mezbah-Mu ya Tuhan

Jadilah padaku seperti yang Kau ingini

“Ketika saya baca liriknya, wah ini tentang saya meninggalkan masa lalu, positif banget sih nih lagu. Dan saya pun mulai mencari Tuhan yang dibicarakan di lagu itu. Sepertinya ini yang aku cari, yang bisa ngasih aku damai sejahtera. Tuhan yang ini, yang katanya bisa menebus dosaku. Ini so meaningful, so powerful for me and I need it (Ini sangat berarti, sangat berkuasa untuk saya dan saya membutuhkannya, red). Dan situasi saya sama seperti ini pada waktu itu,” kisahnya kemudian.

Antesh tak menduga, dia kemudian dipercayakan suatu hal yang besar. Di satu gereja, dia tiba-tiba merasakan keadaan sekeliling ruangannya menjadi gelap dan seperti ada suara yang mengatakan, ‘Kamu mundur aja, kamu bukan apa-apa di sini’. Hal itu membuat Antesh segera berdoa.

“Di dalam nama Yesus….” Berulang kali Antesh katakan itu. Dan tiba-tiba dia seperti dirangkul dan dia mengerti bahwa dirinya berharga, tidak tertolak.

Setelah selesai melayani anak-anak di gereja itu, dia merasakan sukacita yang luar biasa. Sejak Antesh menerima Yesus, perlahan-lahan karakternya pun diubahkan. Menurut Johny, temannya, Antesh pun sekarang jauh lebih sabar, rendah hati. Dia mau mengesampingkan kepentingannya sendiri dan lebih mengutamakan orang lain.

Perubahan di dalam dirinya, membuat keluarganya pun berubah. Dia lebih mendekatkan diri kepada ayahnya dan pada akhirnya mereka bisa akrab seperti teman.

Antesh seperti diberi pengertian kenapa ayahnya bisa sekeras itu, hal itu dikarenakan kakeknya mendidik papanya dengan lebih keras lagi, sehingga papanya tidak mempunyai gambaran yang jelas sebagai seorang bapa. Antesh bisa memaklumi dan itulah yang membuat mereka seperti teman, bisa saling curhat dan bisa terbuka. “Kasih Yesus yang saya alami bisa membuat saya mengatakan kepada papa saya ‘Saya sayang sekali sama papa…’”.

Dan Antesh percaya bahwa pelayanan pertamanya kepada anak-anak adalah rencana Tuhan. Kerinduannya, anak-anak tersebut tidak mengalami seperti apa yang dia alami. Dan dia sekarang merasa bahagia bahwa dia melayani Tuhan dengan segala yang dia punya.

 

Sumber Kesaksian :

Antesh Andy

Sumber : V120627171146
Halaman :
1

Ikuti Kami