Aku Tahu Yang Terbaik Bagi Buah Hatiku!

Parenting / 16 September 2012

Kalangan Sendiri

Aku Tahu Yang Terbaik Bagi Buah Hatiku!

Papa Henokh Hizkia Immanuel Simamora Official Writer
4182

Menurut psikolog Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., “Orang tua yang memiliki sifat posesif sulit memberikan kebebasan pada orang lain, cenderung mengatur, dan ingin memiliki. atau merasa lebih memiliki pengaruh terhadap diri orang lain, maupun hasrat untuk memiliki secara berlebihan terhadap orang lain.

Orang tua yang posesif sering disebut orang tua yang overprotektif. Yang terlalu mendominasi. Posesif dan overprotective sendiri sama-sama merupakan sikap yang berlebihan atau tidak sewajarnya.

Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut. Namun, tidak sedikit orang tua menggunakan alasan tersebut untuk bersikap posesif dan egois terhadap anak. Bukan kebaikan yang didapatkan tapi dengan kedua sikap itu anak dapat hancur. Tidak selalu yang terbaik menurut orang tua baik pula untuk anak.

Dengan melahirkan ataupun memberi nafkah pada anak bukan berarti anak adalah hak milik orang tua. Namun, hal tersebutlah yang sering kali dirasakan kebanyakan orang tua. Mereka beranggapan bahwa anak adalah milik mereka yang bisa diperlakukan sesuai dengan keinginannya. Bukankah hal tersebut menunjukan sifat posesif?

Yang terbaik bagi anak sering diartikan bahwa anak harus menjadi yang terbaik. Adakalanya, untuk menjadi yang terbaik, orang tua selalu memaksakan kehendaknya pada anak. Semua perilaku dan sifat anak haruslah sesuai dengan keinginan orang tua.  Kesempurnaanlah yang orang tua inginkan. Nilai 90 sampai 100 itulah yang terbaik. Menjadi seorang dokter, polisi, atau mentri barulah dikatakan hebat. Semua obsesi orang tua dilimpahkan kepada anak. Jika sudah demikian, masihkah pantas orang tua menyebutkan bahwa mereka ingin yang terbaik untuk anaknya ?

Terlalu egois jika orang tua bertindak seenak hati seperti itu. Bukankah anak juga adalah seorang manusia yang memiliki perasaan dan keinginan sendiri. Meskipun seorang anak belum mengerti apa pun tentang dunia tapi anak memiliki minat dan bakat alaminya sendiri. Bukankah akan lebih bijak jika orang tua mengarahkan dan membina anaknya sesuai minat dan bakatnya. Namun, bukan berarti mengabaikan aspek lain di luar minat dan bakat anak. Jadikanlah kesukaannya sebagai sarana belajar  yang menyenangkan untuk mengembangkan aspek yang kurang pada diri anak. Misalnya saja, jika ada seorang anak yang suka dan berbakat melukis, kita dapat menjadikan kesukaannya tersebut untuk mengembangkan keterampilan menulisnya, yaitu dengan melukis huruf dengan menggunakan cat air yang beraneka warna.

Tidak punya pilihan, impian dan kebebasan. Itu buah dari hasil sikap posesif dan egois orang tua. Jangan biarkan mereka hancur! Hanya sikap bijaksana yang dapat menyelamatkan mereka.  

Berikut ini adalah sebuah puisi karya Kahlil Gibran yang bisa dijadikan cerminan bagi orang tua.

Anakmu bukanlah anakmu. Mereka putra – putri kehidupan yang rindu akan diri mereka sendiri.

Mereka datang melalui engkau, tapi bukan dari engkau.

Dan walau mereka ada bersamamu, tapi mereka bukan kepunyaanmu.

Kau dapat memberi mereka cinta kasihmu, tapi tidak pikiranmu.

Sebab mereka memiliki pikirannya sendiri.

Kau bisa merumahkan tubuhnya, tapi tidak jiwanya.

Sebab jiwa mereka bermukim di rumah masa depan, yang tiada dapat engkau sambangi, bahkan tidak dalam impian-impianmu.

Kau boleh berusaha menjadi seumpama mereka, Tapi jangan berusaha membuat mereka seperti dirimu.

Sebab kehidupan tiada surut ke belakang, Pun tiada tinggal bersama bari kemarin.

Engkaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.

 

 

Kini saatnya melakukan introspeksi diri. Apakan anda orang tua yang bijaksana atau sebaliknya, orang tua yang posesif, egois dan overprotektif?

Sumber : radarlampung.co.id / hubiek.blogspot.com
Halaman :
1

Ikuti Kami