HKBP Filadelfia dan GKI Taman Yasmin Ibadah Bersama Untuk Rohingya

Internasional / 8 August 2012

Kalangan Sendiri

HKBP Filadelfia dan GKI Taman Yasmin Ibadah Bersama Untuk Rohingya

Budhi Marpaung Official Writer
4331

Sebagai bentuk solidaritas terhadap apa yang terjadi dengan etnis Rohingya, Myanmar, Jemaat Huria Kristen Batak Protestan dan GKI Taman Yasmin mengadakan ibadah bersama di depan Istana Merdeka, Jakarta (5/8).

Adapun tema yang diambil hari itu adalah Simpati atas tragedi kemanusiaan di Myanmar. Pdt. Palti H. Panjaitan dari HKBP Filadelfia didaulat menjadi pemimpin ibadah yang direncanakan setiap dwi mingguan tersebut.

Dalam ibadah keprihatinan, para peserta ibadah juga membuat Pernyataan Sikap. Berikut Pernyataan Sikap mereka tersebut:

Saat Myanmar baru saja memulai membuka diri dari rezim otoritarian militeristiknya, dunia tersentak dengan kengerian yang muncul akibat diskriminasi yang dialami etnis Rohingya. Sebuah etnis minoritas di Myanmar, yang sebenarnya telah hidup sejak beratus-ratus tahun lalu di wilayah negara yang kini dikenal dengan nama Myanmar.Pada 1982 status kewarganegaraan mereka dicabut oleh rezim militer San Yu. Mereka mengalami intimidasi dan serangan brutal dari rezim yang menganggap dirinya mayoritas. Negara Myanmar gagal melakukan tindakan-tindakan yang perlu segera dilakukan untuk melindungi dan untuk mencegah makin menyebarnya tindakan keji tersebut. Yang semakin menyedihkan, pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan ke Bangladesh kini juga diusir, semata-mata karena mereka juga tidak dianggap sebagai warga Negara Bangladesh. Akibatnya, etnis Rohingya semakin menderita, terkatung tanpa ada kepedulian, baik dari Myanmar maupun Bangladesh.

Hal yang sangat pantas dan tepat sebagai sebuah negara yang beradab, yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan berbhinneka Tunggal Ika, dan yang telah menandatangani beragam Konvensi Internasional Hak Asasi Manusia, Indonesia menyampaikan keberpihakannya pada penderitaan etnis Rohingya dan lebih jauh mencoba mengambil peran yang lebih strategis untuk mencegah meningkatnya dan meluasnya eskalasi kejahatan atas kemanusiaan ini. Dalam keragaman kepercayaan, agama dan etnik warga negaranya, Indonesia juga rentan terhadap terjadinya peristiwa serupa di tanah air. Bahkan, negeri ini, belumlah terlalu lama bangkit dari luka diskriminasi pada warga minoritas Tionghoanya, yang bahkan residunya masih kadang terasa hingga sekarang.

Dalam konteks perbedaan agama dan kepercayaan, pemeluk Ahmadiyah di Indonesia mengalami hal yang serupa, di mana mereka diusir dari tempat tinggalnya, dipaksa pindah dan ditempatkan di tempat pengungsian dengan segala keprihatinannya, seperti yang terjadi pada Ahmadiyah di Lombok. Jajaran pemerintah daerah di Lombok Nusa Tenggara bahkan dengan bangga mengusulkan pemindahan warga Ahamadiyah di sana ke sebuah pulau terpencil yang terisolir dari sekitarnya. Di Cikeusik, warga negara Indonesia pemeluk Ahmadiyah dibunuh secara brutal.

Atas semua tragedi tersebut, negara, sebagaimana terjadi di Myanmar dan Bangladesh, cenderung untuk lepas tangan dan meneruskan pembiaran. Atas semua hal tersebut, kami, menyatakan: Menolak dan mengutuk keras kejahatan atas kemanusiaan yang terjadi pada saudari/saudara kami, etnis Rohingya, di Myanmar. Biarlah dunia bekerja sama untuk mencegah terulangnya peristiwa sejenis di sudut manapun di dunia ini. Pemerintah Indonesia semakin kuat dalam memainkan peran strategisnya, melalui ASEAN ataupun PBB, untuk menghentikan diskriminasi dan intimidasi pada etnis Rohingya. Indonesiapun secara serius dan berjadwal, segera mengambil langkah-langkah yang tegas untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945 serta Bhinneka Tunggal Ika, sehingga kasus-kasus diskriminasi dan intimidasi pada beragam agama dan kepercayaan serta etnis yang dianggap minoritas di Indonesia, dapat juga dihentikan. Sungguh merupakan hal yang sangat memalukan bila Indonesia berteriak lantang di dunia, dengan jari telunjuknya menunjuk angkuh pada hidung pemerintah Myanmar dalam kasus Rohingya, namun di saat yang sama, empat jari lainnya sebenarnya menunjuk balik pada pemerintah Indonesia sendiri yang melakukan kejahatan serupa dalam kasus Ahmadiyah, Syiah, GKI Bapos Taman Yasmin, HKBP Filadelfia, dan lain sebagainya. Kemanusiaan kita seharusnya mendekatkan kita sekalipun dalam segala perbedaan agama, kepercayaan, etnis yang ada. Biarlah Indonesia, dan bahkan dunia ini, dapat menjadi rumah bersama, bagi semua makhluk ciptaan Tuhan.

Selain HKBP Filadelfia dan GKI Taman Yasmin, acara kerohanian bagi umat Kristiani ini juga diikuti oleh Forum Bhinneka Tunggal Ika.

Baca juga : 

Tips Sehat Bagi yang Hendak Mudik Jauh

Forum JC : Dokumentasi Kopdar + Photo Hunting

Ikutilah Teladanku

Sumber : pgi.or.id
Halaman :
1

Ikuti Kami