Bicara Asbun, Marzuki Dikritisi Alumnus UI Dan UGM

Nasional / 7 May 2012

Kalangan Sendiri

Bicara Asbun, Marzuki Dikritisi Alumnus UI Dan UGM

Lestari99 Official Writer
5719

Ketua DPR Marzuki Alie lagi-lagi mengeluarkan pernyataan kontroversial. Ia menegaskan kembali pernyataannya mengenai pelaku korupsi yang umumnya berasal dari perguruan tinggi. Marzuki menegaskan dirinya tidak secara spesifik menyebut suatu kampus, tapi mereka yang berpendidikan tinggi.

“Kita lihat realitasnya yang korupsi saat ini umumnya mereka yang berpendidikan tinggi, tidak terkecuali dari UI, UGM, ITB dan sebagainya. Artinya ada sesuatu yang harus dibenahi dalam proses pendidikan kita,” ungkap Marzuki di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (7/5) sebagaimana dilansir Detik News.

Pernyataan ini langsung mendapat kritisi dari para alumnus universitas yang namanya disebut Marzuki. Mantan ketua Pusat Pelaporan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein yang juga alumni Fakultas Hukum UI mengatakan, “Jangan digeneralisir seperti itu karena universitas sudah lama berdiri dan berperan,” ungkapnya. Yunus berpandangan bila ada alumni UI yang terjerat korupsi, sepenuhnya lepas dari universitas. Mereka terjerat bukan hanya karena salah individu, tetapi juga kesalahan sistem. Sistem yang memungkinkan suburnya korupsi.

Senada dengan Yunus, alumni UGM yang juga aktivis ICW Emerson Yuntho meminta agar Marzuki tidak bicara sembarangan. Marzuki harus bicara berdasarkan data. “Korupsi tidak ada relevansinya dengan asal perguruan tinggi. Namun dari manapun asal kampusnya, jika terbukti korupsi harus kita berantas,” ungkapnya.

Sementara Wakil ketua Komisi II DPR yang juga alumni UGM, Ganjar Pranowo, meminta Marzuki membuktikan kata-katanya. “Saya sebagai orang yang pernah kuliah di dua perguruan tinggi tersebut, intelektualitas saya terganggu kalau tidak bicara data. Akan lebih baik kalau yang dikatakan pak Marzuki itu ada datanya,” ungkap Ginanjar. Menurut Ganjar, korupsi bisa dilakukan siapa saja. Korupsi tidak memandang universitas asal pelaku seperti yang dikatakan Marzuki Alie.

Amsal 18:21 mengajarkan kepada kita bahwa “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya”. Perkataan memiliki kuasa untuk mengimpartasikan kematian atau kehidupan. Oleh karena itu hendaknya setiap perkataan kita mengimpartasikan kehidupan, harapan, iman, kedamaian, kesabaran dan sebagainya, dan tidak dipakai untuk mencetuskan pertengkaran, keraguan, ketakutan maupun perpecahan.

 

Baca Juga:

Sumber : detiknews
Halaman :
1

Ikuti Kami