Pengorbanan Aung San Suu Kyi Untuk Negaranya

Nasional / 6 April 2012

Kalangan Sendiri

Pengorbanan Aung San Suu Kyi Untuk Negaranya

Lois Official Writer
6348

Baru-baru ini, Aung San Suu Kyi mendapatkan penghargaan dari The Sukarno Center berupa medali emas sebagai bentuk dukungan terciptanya demokrasi di Myanmar. Aung San Suu Kyi adalah wanita pertama Asia yang menerima Nobel Perdamaian tahun 1991. Lalu, apa yang menarik dari puteri mantan Jenderal Aung San tersebut?

Pada tahun yang sama kelahirannya yaitu 1945, dia harus kehilangan ayahnya. Saat kematian kakaknya yang bernama Aung San Lin, keluarganya pindah ke Inya Lake dimana Suu Kyi banyak bertemu orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Dia dididik di Methodist English meskipun dia seorang penganut Budha teravada.

Ibunya adalah seorang figur politik yang menonjol, dia menjadi duta besar di India dan Nepal tahun 1960. Suu Kyi mendapat gelar S1 di Lady Shri Ram College, New Delhi. Kemudian mendapat gelar S2 di St. Hugh’s College, Oxford tahun 1969. Dia pun meraih PhD di School of Oriental and African Studies, Universitas London tahun 1985 setelah menikah dengan Dr. Michael Aris dan melahirkan kedua anaknya.

Pada 8 Agustus 1988, Suu Kyi menggerakkan 500 ribu orang untuk melakukan reli massal di depan Shwedagon Pagoda, meminta agar ada pemerintah demokrasi. Dipengaruhi oleh filosopi Mahatma Ghandi yang anti kekerasan, Aung San Suu Kyi pun memasuki dunia politik.

Tahun 1997, Aris didiagnosa menderita penyakit kanker. Pemerintahan Myanmar saat itu tidak mengijinkan Aris datang ke sana dengan alasan mereka tidak punya fasilitas baginya. Mereka malah menyuruh Suu Kyi, yang menjadi tahanan rumah untuk mendatangi Aris. Meskipun dia dibebaskan bila meninggalkan Myanmar dan bertemu suaminya, Suu Kyi tidak mau. Dia kuatir jika meninggalkan Myanmar, maka dia akan menghadapi penolakan bila hendak masuk kembali. Aris meninggal tahun 1999.

Sejak 1989, ketika istrinya menjadi tahanan rumah untuk pertama kalinya, Aris hanya lima kali bertemu dengannya. Suu Kyi harus menderita berpisah dari keluarganya karena anak-anaknya pun tinggal di Inggris bersama suaminya. Tahun 2008, saat terjadi bencana alam di Burma (sekarang Myanmar), Suu Kyi kehilangan atap rumahnya sehingga dia pun hidup dalam kegelapan karena listrik pun padam. Dia harus menggunakan lilin sampai dia dibebaskan tahun 2010.

Perjuangannya, pengorbanannya telah membuat negaranya lebih terbuka dengan demokrasi. Begitu pula dukungan keluarga terutama suaminya yang tentunya membuat perjuangan Suu Kyi tidak sia-sia. Sekarang Suu Kyi dapat dengan bebas ikut dalam pemilihan pimpinan di Myanmar. Suatu tekad, perjuangan, dan pengorbanan yang luar biasa dari seseorang yang peduli dengan negaranya.

Sumber : wikipedia/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami