Ditabrak Kereta Api Sebabkan Kodrat Koma dan Lumpuh

Family / 14 March 2012

Kalangan Sendiri

Ditabrak Kereta Api Sebabkan Kodrat Koma dan Lumpuh

Lois Official Writer
7827

 

Waktu itu, Kodrat dan kawan-kawan pergi ke Medan untuk mensurvei bandara di sana. Sesampainya di kota Medan, mereka memakai lima mobil. Mereka beriring-iringan menuju lokasi, Kualanamu. Di daerah Lubuk Pakam, mereka melewati rel kereta api. Di rel kereta api itu, sebenarnya sudah diperingatkan tukang ojeg agar tidak lewat, tapi ternyata supir mobil tidak mau berhenti.

“Biasanya kalau kereta api mau lewat, itu magnetnya kuat sekali. Itulah yang membuat mobil kami tidak bisa terus (berhenti di tengah rel kereta). Dan dalam kepanikan kami, kami ga bisa ngapa-ngapain. Dalam hitungan detik, kita terpelanting ke udara dan jatuh. Pas jatuh, saya tertimpa itu mobil.” cerita Kodrat mengenai kejadian hari itu.

Kodrat dan teman-temannya menderita luka yang cukup parah. Mereka akhirnya dibawa ke rumah sakit. Ibu rohani Kodrat pun diberitahu. Mendengar berita itu, layaknya seorang ibu, dia takut dan bingung mendengar Kodrat dalam keadaan koma.

Keluarga dan sahabatnya pun tiba di Medan. Melihat kondisinya, hati mereka hancur apalagi setelah mendengar keterangan dokter. Menurut keterangan dokter, batang otak Kodrat sudah kena. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, 99% meninggal. Selain itu, bagian tubuh ini tidak bisa dioperasi. Bila tersentuh, akan bertambah parah. Mereka hanya bisa berdoa bagi Kodrat.

Pada hari ketiga, hasil scan keluar. Dari hasil scan itu didapatkan hasil bahwa pendarahan yang sebelumnya ada di sana sudah mengering. Mereka semua terkejut. Dokter pun mengakui bahwa hal itu di luar kemampuan medis. Tentu itu adalah mujizat dari Tuhan.

Kodrat pun dibawa ke Jakarta dengan mempertaruhkan nyawanya. Namun, kata-kata dokter kembali melemahkan. Sangat kecil kemungkinan Kodrat untuk bisa hidup, apalagi biayanya yang waktu itu mencapai 2 milyar. Harapan mereka hanyalah Tuhan. Di sana, mereka kembali berdoa.

Keluarga dan teman-teman Kodrat pun melakukan suatu gerakan di salah satu jejaring sosial, Praying for Kodrat. Semua orang mendukung Kodrat, karena memang hidup Kodrat memberkati banyak orang. Mereka semua menggalang dana karena tahu biaya yang dibutuhkan sangat besar. Semua alat-alat medis yang diperlukan pun masuk ke tubuh Kodrat.

“Firman yang kami katakan (pada Kodrat) adalah 1 Petrus 2:24,” kata ibu rohani Kodrat, Irene. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” Setelah tiga minggu, keadaan Kodrat membaik tanpa operasi sekalipun. “Bagi kami, semua itu adalah mujizat.” kata Irene lagi.

Hari demi hari, mereka melihat kemajuan demi kemajuan. Sampai suatu hari, Kodrat membuka matanya dan akhirnya dipindahkan dari ICU ke ruang perawatan biasa. Tentu saja berita gembira ini pun ikut tersebar kepada orang-orang di dunia maya yang mengikuti perkembangan Kodrat sejak dia mengalami kecelakaan.

Sedikit demi sedikit pun Kodrat kembali mengingat masa lalunya. Kodrat pun akhirnya diijinkan pulang asal rutin mengunjungi rumah sakit untuk terapi. Dalam kondisi lumpuh, Kodrat pun dibawa pulang ke rumah. Lalu bagaimana dia menjalani hari-hari setelah itu?

Segala sesuatu yang dia kerjakan harus dibantu orang lain. Seringkali dia mengatakan tidak mau terapi karena kesakitan yang dia rasakan. Sulit baginya untuk menerima bahwa sekarang dia harus duduk di kursi roda, padahal dia bisa kemana-mana dulu kala.

“Saya dulu lincah orangnya. Saya dulu punya talenta-talenta. Saya biasanya drama, tari-tari. Saat saya menghadapi (kelumpuhan) itu, saya tidak bisa apa-apa lagi. Saya merasa putus asa,” ujar Kodrat. “Aduh Tuhan, kenapa saya dibiarkan hidup kalau saya hanya membebani orang lain.” sambung Kodrat. Kodrat pun ingin mati.

Di saat itu pula, Tuhan datang dan meneguhkannya. “Jangan menyerah dan putus asa, anak-Ku. Kodrat yang Aku kenal tidaklah mudah putus asa. Kodrat yang Aku kenal dulu itu adalah pejuang yang sejati.” Kesan yang Kodrat rasakan itu begitu kuat. Tuhan yang dia sembah itu bukan hanya kata orang, tapi benar-benar dia rasakan sendiri. Tuhan seperti memintanya untuk tetap hidup dan menjadi saksi. Di situlah, Kodrat diteguhkan oleh Tuhan, tidak lagi memandang ke belakang dan hidup dengan hidup yang baru.

Sejak peristiwa itu, Kodrat semakin percaya. Dia dengan sepenuh hati melakukan training / latihan agar bisa berjalan meski itu menyakitkan. Petrus, sang kakak ipar yang selalu mentrainingnya pun menguatkan dia. Yesus saja dihina, dipermalukan oleh orang-orang yang tidak mau menerima-Nya. “Karena itu, marilah kita menerima segala macam keadaan ini secara sabar dan takwa..” Penderitaan yang kita alami hanya kecil sekali dibandingkan Tuhan Yesus.

Kodrat pun mulai berubah. Perkembangannya cukup menggembirakan. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan. Ketika iman bekerja, Kodrat pun sembuh. Dia kembali bisa berjalan, dia pun bisa bekerja kembali di kantornya yang dulu. “Saya tidak lagi melihat apa yang Kodrat dulu bisa lakukan. Yang penting adalah Kodrat yang sekarang hidup dengan Tuhan Yesus yang ada di dalamnya.” tutup Kodrat.

Percayalah, setiap masalah yang kau hadapi, tak melebihi kekuatanmu. Pertanyaannya adalah maukah kita bersandar penuh kepada Tuhan?

 

Sumber Kesaksian :
Kodrat W.
Sumber : V111209015945
Halaman :
1

Ikuti Kami