The Artist, Berjaya Sekalipun Bisu dan Tanpa Warna

Film Review / 28 February 2012

Kalangan Sendiri

The Artist, Berjaya Sekalipun Bisu dan Tanpa Warna

Puji Astuti Official Writer
3017

Dengan latar belakang Hollywood sekitar tahun 1927 dan 1932, film The Artist berhasil menyabet gelar the Best Picture, padahal film ini adalah film bisu dan tanpa warna alias hitam putih. Kemenangan ini menjadi sejarah baru, karena ini pertama kalinya film bisu mendapat piala Oscar sejak tahun 1929 dimana film bisu berjudul Wings memenangkan gelar ini.

Film dengan label Not Rated ini bergenre drama komedi romantis, jadi tidak cocok untuk anak-anak. The Artist berkisah tentang bintang film bisu terkenal bernama George Valentin (Jean Dujadin) dan seorang artis muda yang tidak sengaja masuk dalam dunia entertaimen bernama Peppy Miller (Bérénice Bejo).

Kisah ini dibuka dengan gambar Valentin yang sedang menghadiri premiere film terbarunya, A Russian Affair. Peppy yang pengagum berat Valentin juga ada di antara kerumunan penggemar di premiere tersebut, namun tak sengaja Peppy menjatuhkan album tanda tangan dimana ia akan meminta tanda tangan Valentin. Saat membungkukkan badan hendak mengambil album tersebut, ia tidak sengaja di dorong dari belakang dan menabrak Valentin. Sekalipun terkejut, Valentin yang berada di depan para wartawan dan fotografer menunjukkan kebaikan hati dan hanya tertawa atas kejadian tersebut. Esok harinya, Peppy menemukan dirinya sudah menjadi headline koran dengan tulisan “Who’s That Girl?”

Ternyata “ketidaksengajaan” pertemuan antara Valentin dan Peppy menjadi benang merang kisah The Artist ini. Peppy kemudian mengikuti audisi sebagai penari di Kinograph Studio, rumah produksi tempat Valentin bernaung. Entah mengapa Valentin yang menemukan Peppy di ruang gantinya akhirnya berkeras kepada sang bos, Al Zimmer (John Goodman) untuk memasukkan Peppy sebagai penari dalam produksi film selanjutnya. Dengan tuntunan dari Valentin, Peppy sang pemula mulai naik daun dalam industri hiburan.

Dua tahun berlalu, Kinograph Studio menganggap bahwa era film bisu telah usai, tapi Valentin tidak setuju, ia berkeras bahwa film dengan suara hanyalah sebuah trend yang akan cepat berlalu. Valentin akhirnya ditinggalkan ileh produsernya. Ia mencoba membuat filmnya sendiri, tapi gagal dan bankrupt. Sebaliknya Peppy menanjak menjadi superstar dengan film suaranya. Lalu apakah Valentin dan Peppy akan mengalami pertemuan kembali? Saksikan filmnya.

The Artist memang tidak memiliki perpektif Alkitabiah, namun membagikan nilai-nilai persahabatan, kasih, saling menolong dan peringatan akan bahaya kesombongan. Pesan kuat yang disampaikan adalah : Kehidupan ini lebih dari sekedar ketenaran dan kesuksesan. Sekalipun drama romantis, film ini terbilang cukup “bersih” dari hal-hal berbau seks. Jadi bisa dikatakan film ini layak untuk menerima berbagai penghargaan sebagaimana telah diterimanya.

 

<object width="400" height="309" data="http://www.jawaban.com/news/userfile/videofile/mediaplayer.swf" type="application/x-shockwave-flash">   </object>

Sumber : Wikipedia | Movie Guide | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami