Kejam, Anak Somalia Diculik Dan Dijadikan Senjata Perang

Nasional / 23 February 2012

Kalangan Sendiri

Kejam, Anak Somalia Diculik Dan Dijadikan Senjata Perang

Lestari99 Official Writer
5590

Kekejaman perang terkadang tak dapat dipahami secara logika. Bagaimana kekejaman dan kebiadan sepertinya telah merasuk sampai ke dalam kalbu. Teriakan sejumlah lembaga anak dunia agar kelompok bertikai di Somalia tidak lagi menggunakan anak sebagai tentara tak digubris sama sekali. Jumlah anak yang terlibat dalam pertempuran di negara ini terus meningkat.

Perlakuan kejam harus diterima anak-anak yang baru berusia 10 tahun. Kelompok militan menjadikan mereka sebagai perisai manusia di medan perang. Bahkan menurut Tirana Hassan dari Human Rights Watch, lebih banyak anak yang pada dasarnya digunakan sebagai umpan meriam.

Puluhan anak berusia 14-17 tahun direkrut paksa untuk kemudian dibawa oleh truk ke garis depan. Anak-anak ini kemudian disuruh keluar dengan tembakan senjata sementara kelompok militan meluncurkan roket dari belakang. Laporan mengatakan, kelompok militan yang bernama Al-Shabaab telah menculik gadis-gadis muda dan anak laki-laki dari rumah atau sekolah. Dalam beberapa kasus, kelompok ini bahkan menarik langsung anak-anak yang sedang belajar di kelas.

Seorang anak yang baru berusia 15 tahun dan direkrut oleh Al-Shabaab dari sekolahnya di Mogadishu pada tahun 2010 mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa dari semua teman sekelasnya – sekitar 100 anak laki-laki – hanya dirinya dan seorang temannya yang berhasil lolos sementara sisanya tewas.

Seorang korban selamat mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa dia diminta oleh kelompok militan untuk memanggil sekelompok anak lain bermain sepak bola di sebuah lapangan dekat rumahnya. Ketika mereka tengah asyik bermain, dirinya bersama dengan anak lainnya dikirim ke kamp pelatihan. Menurut Hasan, kamp-kamp ini merupakan tempat dimana anak-anak hidp dalam ketakutan.

Laporan setebal 104 halaman ini mengetengahkan rincian muram pelanggaran yang tak terhitung jumlahnya terhadap anak. Laporan dibuat berdasarkan lebih dari 160 wawancara selama dua tahun terakhir dengan anak-anak Somalia yang melarikan diri dari barisan Al-Shabaab, seperti juga orangtua dan guru yang lari ke Kenya—yang berada di barat daya Somalia.

Laporan dirilis dua hari menjelang pertemuan perwakilan senior dari lebih dari 40 pemerintah di London, Inggris. Pertemuan yang digelar pemerintah Inggris pada Kamis (23/02), bertujuan mendorong upaya diplomatik mencari solusi politik untuk memulihkan stabilitas di Somalia. Sementara Jenderal Abdulkadir Ali Diimi, Kepala Tentara Nasional Somalia mengatakan tidak dapat mengomentari laporan tersebut.

Namun, Duta Besar Somalia untuk Kenya, Mohamed Ali Nur, mengatakan kepada VOA bahwa pemerintah Somalia memiliki aturan ketat untuk tidak menggunakan tentara anak-anak. “Kami memiliki sebuah komite dalam angkatan bersenjata yang bekerja untuk memastikan usia dari tentara yang direkrut tidak di bawah umur,” dia berkata.

Kekejaman perang selalu membawa kehancuran bagi peradaban umat manusia. Terlalu banyak yang dikorbankan untuk mencapai suatu tujuan yang sejatinya hanya demi kepentingan kelompok tertentu, entah itu untuk kebaikan atau keburukan.

Sumber : sinarharapan
Halaman :
1

Ikuti Kami