Kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kilogram di kota Parepare, Sulawesi Selatan, sudah terjadi hampir tiga pekan lamanya. Kelangkaan ini menyebabkan harga elpiji melambung tinggi sampai menembus angka Rp 80 ribu per tabungnya. Padahal harga ini beberapa waktu lalu baru dinaikkan menjadi Rp 25 ribu dari harga normal Rp 13 ribu.
Kondisi ini membuat masyarakat Parepare menjerit. “Kelangkaan elpiji tidak hanya menyusahkan kami, tapi harganya yang semakin naik juga merugikan. Pemerintah harus tanggung jawab, karena pemerintahlah yang memaksa kami menggunakan elpiji,” ungkap Putra, warga Jalan Abubakar Lambogo Parepare, Kamis (9/2).
Artha, warga Ujung Sabbang, juga mengeluhkan hal yang sama. Ibu rumah tangga ini kesulitan mendapatkan bahan bakar gas elpiji, kendati telah mengelilingi sejumlah pengecer. Elpiji hanya dapat diperoleh jika memesan terlebih dahulu, itupun dengan harga yang selangit. “Kenaikan yang sebelumnya saja sudah bikin kaget. Sekarang malah naik lagi sampai Rp 80 ribu satu tabung. Mau beli harganya mahal, tidak beli tidak bisa masak. Jadi serba salah,” keluhnya.
Kelangkaan gas elpiji ini memang sepertinya dimanfaatkan para pedagang untuk menaikkan harga. Menanggapi hal ini, pemerintah daerah dan DPRD Kota Parepare sudah mendatangi Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) dan mendesak aparat terkait untuk melakukan penambahan jatah elpiji demi memenuhi kebutuhan masyarakat.
Andi Darmawangsa, Wakil ketua DPRD Parepare, mengatakan, “Kami mendesak agar SPPBE menambah jatah setiap agen elpiji di Parepare satu truk setiap penyaluran. Karena dari temuan kami, distribusi elpiji yang dilakukan SPPBE Parepare justru lebih banyak disalurkan keluar Parepare sementara pengisian itu dilakukan di parepare.”
Erwin, PJS manager SPPBE mengakui adanya kelangkaan elpiji. Dan penyebabnya dikarenakan cuaca buruk sehingga pengiriman tabung elpiji terlambat. Keterbatasan pasokan membuat diberlakukannya pengurangan jatah untuk semua agen di Parepare. Jatah tiap agen dikurangi satu mobil yang berarti pengurangan 560 hingga 600 tabung elpiji per agen. Mengenai permainan harga, Erwin menudingnya sebagai ulah pengecer karena SPPBE tidak berwenang menentukan harga, hanya untuk pengisian.
Kondisi ini tentu saja tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Terlebih lagi kelangkaan elpiji juga terjadi di Kabupaten Barru, Pinrang dan Kabupaten Sidrap. Sebuah pertanyaan yang akan selalu dilontarkan mengenai kesiapan pemerintah dalam mendistribusikan elpiji ke daerah setelah melontarkan program nasional untuk pengalihan bahan bakar minyak tanah ke elpiji.
Sumber : kompas.com