Ratusan Ribu Senjata menjadi Kado Natal pada 2011 lalu

Internasional / 8 January 2012

Kalangan Sendiri

Ratusan Ribu Senjata menjadi Kado Natal pada 2011 lalu

daniel.tanamal Official Writer
2462

Sebuah fakta mengejutkan terjadi di Amerika Serikat mengenai tingginya pembelian senjata pada bulan Desember 2011 lalu. Mencengangkannya adalah senjata tersebut kebanyakn dibeli untuk dijadikan kado Natal.

Dilansir Telegraph, tercatat oleh biro investigasi federal FBI sebanyak 1,5 juta konsumen telah diminta oleh dealer senjata kepada National Instant Criminal Background Check System selama Desember. Hampir 500.000 dari jumlah itu berlangsung enam hari sebelum Natal. Jumlah itu merupakan angka tertinggi yang pernah terjadi dalam satu bulan, melebihi rekor sebelumnya yang dibuat pada bulan November.

Salah satu alasan kuat terhadap lonjakan pembelian senjata itu adalah sebagai respons terhadap perekonomian yang terhenti sehingga orang-orang takut akan gelombang kejahatan. Teori lainnya bahwa pembeli bergegas ke toko senjata karena mereka percaya bahwa aturan senjata api yang lebih ketat akan diperkenalkan di masa depan. Bahkan National Rifle Association mengatakan orang-orang mengkhawatirkan pertahanan diri mereka karena jumlah polisi yang bertugas menurun.

Dave LaRue, dari Legendary Guns di Phoenix, Arizona, mengatakan penjualan Natal naik 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan penjualan amunisi juga laris. "Banyak orang prihatin tentang undang-undang senjata yang tertunda dan mengkhawatirkan pemerintahan saat ini. Orang-orang berpikir persediaan senjata di masa depan akan terbatas dan ada dorongan segera mendapatkannya di saat Anda bisa."

Apapun alasannya memproduksi dan memperoleh senjata api dalam jumlah besar tetaplah bukan pilihan yang bijak untuk bermasyarakat. Boleh saja kita mendapatkan senjata dengan alasan kekhawatiran terhadap gejala kriminalitas. Namun bahaya dan efek lain dari suatu keadaan yang menimpa seseorang, dapat menyebabkan kecelakaan yang fatal, akibat banyaknya senjata yang beredar di masyarakat.

Sumber : Telegraph - niel
Halaman :
1

Ikuti Kami