Sosok Dokter Andrias, WNI Yang Tewas Di Somalia

Nasional / 1 January 2012

Kalangan Sendiri

Sosok Dokter Andrias, WNI Yang Tewas Di Somalia

Lestari99 Official Writer
4212

Misi sosial yang diusung Andrias Karel Melkianus Keiluhu (44), atau yang biasa dipanggil Kace, di ranah Afrika berakhir tragis. Dokter asal Indonesia ini tewas akibat tembakan peluru dalam sebuah insiden di Mogadishu, Somalia, Kamis (29/12). Informasi ini disampaikan lembaga kemanusiaan Doctors Without Borders/Medecins Sans Frontieres (MSF) dalam pengumumannya tentang penembakan tersebut. Kace telah bekerja dengan MSF sejak 1998 di Indonesia, Ethiopia, Thailand dan Somalia. Sedangkan korban lainnya adalah Philippe Havet, seorang pria 53 tahun asal Belgia.

“Dengan kesedihan mendalam, organisasi kemanusiaan medis internasional Doctors Without Borders/Medecins Sans Frontieres (MSF) menegaskan bahwa dua anggota stafnya tewas pagi ini akibat penembakan di kompleks MSF di Mogadishu, Somalia,” ungkap MSF. 

Pelaku penembakan adalah seorang pria lokal. Saat itu Kace sedang bersama rekannya dari Belgia, Phillipe Havet (53). Tiba-tiba pria Somalia bekas pegawai MSF mengeluarkan senjata dan menembakkan ke arah Phillipe. Tiga peluru bersarang di tubuhnya. Entah bagaimana Kace juga tertembak di bagian paha. Nyawa Kace tak bisa diselamatkan karena ketika dioperasi di Rumah Sakit Madina, mengalami pendarahan hebat. Belakangan diketahui, aksi nekat pria itu dilatarbelakangi sakit hati. Karena dipecatnya ia dari MSF dilakukan Phillipe, namun berefek kepada Kace yang kabarnya saat itu melindunginya. 

Kabar meninggalnya Kace, pria kelahiran Manokwari 30 Mei 1967, di Somalia disambut duka oleh civitas akademika Universitas Hasanuddin (Unhas). Universitas ini merupakan tempat Kace dulu menimba ilmu. “Sebagai rekan sejawat, kami berduka cita secara mendalam atas gugurnya dr Andrias yang mengabdikan dirinya sebagai dokter perdamaian di daerah konflik, juga mewakili seluruh Civitas Akademika Unhas,” ujar Rektor Unhas, Prof Dr Idrus Paturusi. Idrus yang juga guru besar fakultas kedokteran ini tak lupa menyatakan duka citanya sebagai sesama dokter.

Di mata rekan kuliahnya dulu, Kace dikenal sebagai dokter terbaik di angkatannya. “Kami terakhir bertemu saat masih mahasiswa, di angkatan kami, dia termasuk dokter terbaik dan aktif di lembaga-lembaga kemahasiswaan, dia juga orangnya baik, hanya itu yang kami kenang,” ujar Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas). Sejak lulus Kace sudah aktif sebagai dokter relawan kemanusiaan.

’’Beliau adalah sosok yang pandai. Sayang, saya jarang ketemu,’’ kenang Ronald Lusikooy, kakak ipar Kace yang tinggal Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Ronald mengenal Kace saat sama-sama menjadi mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Ronald mengenal Kace sebagai sosok yang bersahaja dan memiliki jiwa sosial yang kuat. ’’Dia sering membantu teman-temannya membuat paper (makalah atau sejenisnya, Red),’’ ucap Ronald.

Kesan itupula yang dirasakan oleh Carla, istri Kace. Rasa sosial Kace yang tinggi mulai dipahami Carla sejak mereka pacaran. Di periode awal membangun keluarga, Kace sempat bertugas di Papua. Kebetulan, kala itu Papua diterjang badai El Nino pada 1997. Korban pun berjatuhan. Banyak kalangan meyakini mereka adalah korban dari keganasan El Nino. ’’Tetapi suami saya tidak percaya itu. Dia menduga kematian warga karena malaria gunung. Ternyata benar,’’ papar Carla.

Dengan tekat bulat, Kace berangkat ke lokasi bencana untuk membantu warga. Carla tidak bisa mencegah. Dari kiprah inilah Kace mulai berkenalan dengan MSF. Carla menceritakan, suaminya lebih memilih jalan hidup menjadi dokter di lembaga sosial ketimbang di rumah sakit. Alasannya, bekerja di lembaga sosial tantangannya lebih besar. ’’Yang dicari ya tantangan itu,’’ kata perempuan yang bekerja sebagai psikiater di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta itu.

Raissa Azalia Edith Keilihu, putri kedua Kace, sangat kehilangan dengan kepergian sang ayah. Meski begitu, dia berupaya tegar. Raissa menceritakan, ayahnya kali terakhir pulang ke tanah air Maret lalu. ’’Biasanya pulang cuma sekitar sebulan. Tetapi yang kemarin itu sampai Agustus,’’ katanya.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Kace untuk selalu dekat dengan keluarga. Salah satunya adalah mengajak Raissa ke rumah sang nenek di Papua. ’’Saya sendiri yang diajak papi,’’ ucap cewek kelas 1 SMP itu. Kesempatan ini benar-benar dimanfaatkan oleh Raissa untuk melepas kangen kepada ayahnya.

Sikap tegar juga ditunjukkan Fausto Axel Evans Keiluhu, anak pertama Kace. Remaja kelas 3 SMP itu mengatakan bahwa ayahnya adalah sosok penuh teladan. Setiap pulang ke tanah air, Kace menghabiskan waktu di depan komputer. Fausto sempat tidak percaya jika secepat ini harus kehilangan ayah. Meski begitu, dia percaya bahwa kepergian ayahnya memberi banyak pelajaran berharga. ’’Saya yakin jika jiwanya sudah tenang saat ini,’’ tutur Fausto sambil memangku foto mendiang ayahnya. Fausto bertekad ingin meneruskan perjuangan ayahnya. ’’Saya ingin sekali menjadi dokter,’’ katanya.

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami