Pengelola Harta Yang Bijak

Investment / 28 November 2011

Kalangan Sendiri

Pengelola Harta Yang Bijak

Hot Triany Nadapdap Official Writer
2891

Karena kita bukanlah milik diri sendiri, kita harus mengabdikan segala hal tentang diri kita kini kepada Allah, segala yang kita miliki, dan akan menjadi apakah kita nantinya. Anda milik Allah, jadi semua milik Anda adalah milik Allah. Anda sekedar mengelola harta untuk Dia. Bisnis Anda adalah milik Allah. Bila segala milik Anda adalah milik Allah, segala tekanan lepas dari diri Anda.

Di dalam banyak negara, warga negara memanjakan diri mereka dengan kepemilikan properti pribadi. Sesungguhnya, segala properti, harta, uang dan kekayaan adalah milik Allah. Kita hanya manajer-manajer atas apa yang menjadi milik Allah. Segala tanah dan semua properti tetaplah milik sang Pencipta.

Alkitab menyajikan banyak kisah dan ilustrasi yang memandang harta sebagai sesuatu yang baik. Tetapi, menurut Kitab Suci, kekayaan adalah pemberian dan berkat khusus. Kekayaan diberikan oleh Allah dalam banyak hal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang-orang miskin, bukan hanya untuk dimiliki semakin banyak. Jelas bahwa menumpuk harta dimaksudkan untuk tujuan-tujuan Kerajaan Allah. Orang kaya harus menjadi bendahara yang baik atas sumber daya mereka, karena sumber daya itu berasal dari Allah.

1 Korintus 6:19-20, “…kamu bukanlah milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”

Bila harta dan bisnis Anda menjadi milik Allah, Anda tidak bertanggung jawab atas kesuksesan pada akhirnya. Tentu saja, Anda dituntut menjadi manajer yang baik. Misalkan, Anda seorang petani dan pertanian Anda dimiliki Allah. Jika cuaca panas dan tidak ada hujan, Anda jangan khawatir tentang hal itu karena pertanian itu milik Allah. Jika bisnis Anda diabdikan kepada Allah, pertanian itu menjadi masalahNya dan bukan masalah Anda.

Rasul Paulus menyadari bahwa segala hal di alam semesta ini adalah milik Allah; jika kita satu tim dengan Allah, Dia akan mengizinkan kita mengurus sesuatu dari segala yang Dia sediakan.

Paulus berkata bahwa prajurit dalam angkatan bersenjata tidak membayar sendiri pengeluaran-pengeluaran mereka. Petani yang memanen tanamannya memiliki hak untuk makan dari panenan itu. Orang yang menanam di kebun anggur boleh menikmati sebagaian buah-buahnya.

Lukas 1:52-53,

‘Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa…’

Lukas 1:53 menceritakan  beberapa orang kaya pada zaman Yesus. Orang-orang kaya tersebut menyimpan semua harta milik mereka. Mereka tidak berbagi sumber daya mereka dengan orang-orang miskin. Mereka percaya bahwa Allah setuju dengan mereka dan gaya hidup mereka sehingga Dia memberi mereka kekayaan yang banyak. Karena sikap keliru ini, mereka memandang rendah kepada orang miskin sebagai orang-orang yang tidak memperoleh kebaikan dan berkat dari Allah. identitas mereka sangat ditentukan oleh berapa banyak uang yang mereka miliki dan harta yang mereka kumpulkan bagi diri mereka.

Pada zaman Yesus, orang biasa banyak yang sangat miskin, tetapi mereka bukannya miskin karena Allah tidak mengasihi mereka. Mereka juga bukannya miskin karena kesalahan pribadi mereka atau karena kurang pintar. Mereka tidak malas, mereka bekerja keras, namun tetap sangat miskin. Bahkan, banyak orang yang tidak bisa menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar bagi diri mereka dan keluarga mereka. Mereka adalah orang-orang yang tidak berdaya terhadap orang kaya dan berkuasa pada zaman mereka. Tidak ada jalan bagi mereka untuk meningkatkan kondisi perekonomian mereka atau status sosial keluarga mereka.

Barang-barang kita janganlah mencengkeram erat diri kita-jangan sikap kita-jangan sikap kita, jangan karakter kita, dan jangan harga diri kita.

Dewasa ini, banyak orang yang menempatkan harga diri dan identitasnya pada apa saja yang mereka miliki, kemana mereka bisa berjalan-jalan, dan jenis harta apa yang sudah mereka kumpulkan. Kita harus bijaksana dan menjaga agar rasa harga diri kita hanyalah berasal dari karakter rohani dalam diri kita dan bukan dari apa yang kita miliki atau dari harta kita.

Barang-barang kita janganlah mencengkeram erat diri kita-jangan sikap kita, jangan karakter kita, dan jangan harga diri kita. Perilaku kita yang tampak haruslah mencerminkan spriritualitas dalam diri kita. Tindakan-tindakan kita haruslah merupakan hasil dari karakter kita. Kita bukan pemilik. Kita hanyalah manajer-manajer atas pemberian-pemberian sementara dari Allah.

Sumber : Disadur dari: Buku Biblical Principles for Becoming Debt Free! (Frank Damazio&Rich; Brott)
Halaman :
1

Ikuti Kami