Istilah Ilmu kejiwaan Untuk Penyakit Lupa-nya Para Pejabat

Psikologi / 3 October 2011

Kalangan Sendiri

Istilah Ilmu kejiwaan Untuk Penyakit Lupa-nya Para Pejabat

Budhi Marpaung Official Writer
7840

Sejak banyak pejabat di Indonesia terkait dalam kasus korupsi, ada satu penyakit kejiwaan yang sering dialami oleh para kaum berdasi tersebut yakni namanya lupa ingatan. Penyakit ini tidak hanya menyerang pelaku pria saja, tetapi kaum wanita pun juga mengalaminya.

Dalam ilmu kejiwaan, para psikiater mengenal yang namanya Demensia. Secara sederhana, demensia merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.

Salah satu demensia yang paling banyak dijumpai dalam dunia praktik psikiater adalah demensia alzheimer. Adapun tanda-tanda orang mengalami demensia alzheimer antara lain fungsi memori mengalami penurunan (kesulitan dalam belajar informasi baru dan memanggil informasi yang dipelajari sebelumnya) dan begitupun fungsi intelektualnya (gangguan bahasa, gangguan melakukan aktivitas motorik, kesulitan dalam mengenal benda, gangguan dalam fungsi eksekutif seperti merencanakan, mengorganisasi, pengabstrakkan dan merangkai tindakan).

Keadaan ini tentunya mengganggu fungsi pribadi dan sosial individu tersebut. Biasanya penderita demensia adalah mereka yang telah berusia 60 tahun ke atas, walaupun karena beberapa sebab seperti serangan stroke, trauma kepala berat, dan kencing manis yang tidak terkontrol, pasien bisa mengalami gejala-gejala demensia pada usia yang lebih dini. Gejala awal yang paling sering dialami oleh pasien yang mengalami demensia adalah lupa.

Demensia Selektif

Lalu apakah yang terjadi pada bapak-bapak/ibu-ibu pejabat yang sering lupa ingatan terhadap peristiwa terkait tindak korupsi ini bisa dinamakan demensia? Belum tentu! Jika memperhatikan secara kasat mata, kita bisa mengetahui apa yang dialami oleh para pejabat ini sepertinya hanya lupa hal-hal tertentu (selektif), bukan lupa semuanya.

Dalam ilmu kejiwaan, seorang pasien yang mengalami demensia, apalagi tipe alzheimer, memiliki daya pikir yang semakin lama semakin menurun. Pasien sering bahkan sudah mulai lupa tempat tinggalnya di mana atau merasa tempat tinggalnya saat ini bukan rumahnya. Pasien juga bisa lupa dengan anggota keluarganya.

Bila melihat dari usia, maka para pejabat ini tentunya belum termasuk golongan manusia di atas 60 tahun. Lalu, jika dilihat dari riwayat kesehatan walaupun tentunya tidak pernah dikatakan ke publik, rasanya pejabat-pejabat ini tidak pernah mengalami peristiwa sakit yang berat seperti trauma kepala berat, serangan stroke berdarah yang membuat koma dalam jangka waktu tertentu, atau keracunan zat yang membuat otak menjadi rusak. Artinya secara sepintas saja, kita melihat bahwa pejabat-pejabat ini baik-baik saja kesehatannya. 

"Malingering"

Lalu, kalau begitu, apakah yang dikatakan para pejabat itu masih bisa dipercaya bahwa dirinya lupa? Tentunya, ini merupakan tugas dari para penegak hukum untuk membuktikan apakah benar-benar lupa atau sebaliknya hanya pura-pura lupa.

Orang bisa saja berulang-ulang kali berkata lupa, tetapi jika faktanya berbeda, apa yang diucapkannya bisa gugur, atau malah ia bisa disebut berbohong.

Bicara tentang gangguan jiwa yang sering kali diungkapkan oleh orang-orang yang terlibat kasus-kasus hukum ada suatu terminologi dalam ilmu kedokteran jiwa yang suka digunakan oleh para psikiater di Indonesia saat ini yakni malingering.

Ini merupakan suatu "gangguan jiwa pura-pura" ketika seseorang berusaha menampilkan dirinya dengan gejala-gejala gangguan jiwa agar terhindar dari proses hukum atau pengadilan. Malingering memang bukan diagnosis gangguan jiwa, tetapi memang sepertinya banyak dialami oleh para maling atau pencuri uang rakyat.

Sumber : wikipedia; kompas/bm
Halaman :
1

Ikuti Kami