Opera Batak Angkat Wacana Gereja Sebagai Tempat Berpolitik

Internasional / 12 September 2011

Kalangan Sendiri

Opera Batak Angkat Wacana Gereja Sebagai Tempat Berpolitik

Lois Official Writer
2439

Pagelaran theater musical Opera Batak yang telah digelar tanggal 30 Juli yang lalu, akan kembali digelar pada 12 Oktober 2011. Sama seperti sebelumnya, dalam pagelaran kali ini akan mengangkat isu gereja dijadikan tempat untuk mengeluarkan aspirasi politik. Adapun pencetus ide dan ketua pelaksana Opera Batak, Rio Silaen siap dikecam jika memang terjadi kontroversi.

“Kita melakukan yang benar aja susah, selama masih ada yang mendukung. Yang menentang pasti ada,” ujar Rio Silaen tentang isu yang diangkat Opera Batak yang mungkin menjadi kontroversi. Di dalam opera itu diceritakan tentang kisah Tagor (Paulus) yang merantau ke Jakarta. Rencanganya Opera Batak ini akan tampil saat ulang tahun yang ke 150 Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).

Selain mengangkat isu politik di gereja, Opera Batak yang bernama Dan Gelap pun Berganti Terang ini juga mengangkat realita kehidupan kebudayaan Batak. Salah satunya adalah emansipasi wanita Batak terhadap hak waris kekayaan. “Kita juga mau angkat masalah emansipasi wanita di kebudayaan Batak. Biasanya kan kalau wanita di Batak nggak dapat hak waris, bahkan nggak dianggap, soalnya pikirnya nanti kan yang cewek ikut keluarga suaminya,” jelas Rio Silaen.

Seperti apakah opera yang akan ditampilkan ini? Anda harus menyaksikannya sendiri. Opera yang rencananya juga akan mendatangkan Choki Sitohang, Jajang C. Noer, Joy Tobing, dan Christin Panjaitan ini merupakan salah satu pagelaran kesenian yang patut dilestarikan. Apalagi dengan pemilihan tema yang bisa dibilang berani namun menantang kita untuk berpikir kebenaran yang terjadi di lapangan. Apakah memang gereja sudah berubah fungsi?

Sumber : tribunnews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami