Tokoh Kristen Aceh : Syariat Islam Tidak Mengganggu Kami

Internasional / 15 June 2011

Kalangan Sendiri

Tokoh Kristen Aceh : Syariat Islam Tidak Mengganggu Kami

Lois Official Writer
3207

Para tokoh agama Kristen di Aceh mengatakan bahwa pelaksanaan syariat Islam di Provinsi Aceh tidak mengganggu bagi umat non muslim. “Umat Kristen tidak merasakan sesuatu yang berat, karena syariat Islam hanya untuk umat Islam dan kami bisa menghargai apa yang diatur,” kata Ketua Majelis Permusyawaratan Gereja Banda Aceh Pdt. Sandino, STh pada diskusi pengembangan wawasan multicultural antara pemuka agama pusat dan daerah di Banda Aceh.

Hal ini menunjukkan bahwa syariat Islam memang merupakan jalurnya umat Islam dalam menjalani kehidupan mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan umat Kristen mempunyai Alkitab sebagai tuntunan hidup. Hal ini malah membuat kerukunan antarumat beragama di daerah itu berjalan dengan baik dan damai. Sandino juga menekankan bahwa meskipun umat Kristen tergolong minoritas, tidak terganggu dalam beribadah, karena umat di wilayah itu saling menjaga dan toleransi, sehingga kehidupan masyarakat selalu aman dan damai.

Hal senada juga dikemukakan Pastor Sebastianus Eka BS. Ia menilai, pelaksanaan syariat Islam ditekankan untuk umat Muslim, sehingga jemaat Katolik sama sekali tidak terganggu. “Kami sangat menghormati syariat Islam di Aceh, terkadang ada umat Kristen pakai kerudung sebagai bentuk penghormatan kepada umat Islam,” katanya. Selain itu, bagi yang tidak memakai kerudung, juga disarankan agar berbusana yang sopan, sehingga tidak menyinggung perasaan warga muslim, katanya. Kepada wanita juga dianjurkan untuk memakai pakaian dan busana di bawah lutut. Apa yang dituju adalah kerukunan dan kedamaian.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Rohaniwan Presedium Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Xs Djaengrana Ongawijaya mengatakan, dia sangat kagum dengan kerukunan antarumat beragama di Aceh yang saling menghormati dalam menjalankan keyakinan mereka masing-masing. Dikatakannya, perbedaan yang ada harus dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan konflik dan itulah yang sudah dilakukan masyarakat Aceh.

Itulah yang seharusnya terjadi di seluruh wilayah Indonesia, kerukunan antar umat beragama saling terjaga dan menghormati. Karena kita adalah negara dengan multi budaya, bahasa, agama, bahkan suku sehingga kita harus menghormati perbedaan yang ada dan saling bertoleransi.

Sumber : republika/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami