Makna Paskah Bagi Para Ibu Super Sibuk

Parenting / 20 April 2011

Kalangan Sendiri

Makna Paskah Bagi Para Ibu Super Sibuk

Lestari99 Official Writer
3239

Teman saya, Ibu Kim, pernah bercerita tentang putrinya yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan penuh kemarahan. Sejak semester satu duduk di bangku universitas putrinya berhenti ke gereja. Ia lebih senang menenggelamkan diri dengan coumputer game dan internet daripada terlibat dengan aktivitas pemuda di gereja. Hatinya menjadi dingin dan penuh kepahitan bukan hanya kepada ibunya tapi juga kepada Tuhan.

Barusan ini Ibu Kim akhirnya bercerita tentang masa lalunya. Ibu misionari yang hampir berusia 50 tahun ini telah kehilangan suaminya lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Waktu itu putri mereka baru berusia satu tahun. Suaminya menjadi korban tabrak lari pengendara truk yang  sampai saat  ini tidak pernah ditemukan siapa pelakunya.

Sebagai ibu muda, Ibu Kim ditinggal suami dengan mengalami kebingungan akan tanggung jawab membesarkan putri tunggalnya yang masih kecil. Ia  bekerja dari pagi hingga malam serta mendidik anaknya untuk lebih cepat dewasa dan mandiri. Sebagai contoh, anaknya sudah harus  mengurus diri sendiri sejak berusia 4 tahun. Ibunya hanya menunjukkan sekali bagaimana cara ke sekolah dan seterusnya ia harus melakukannya sendiri.  Putri kecil ini juga tidak pernah menerima kasih atau pelukan ibunya karena setiap kali putrinya mendekat dan butuh perhatian, Ibu Kim selalu berkata “Pergi sana, Mama capek”. Pikirnya, menarik diri dan tidak menunjukkan kasih akan melatih putrinya untuk tabah dan kuat. Selain itu, pekerjaan memang telah menguras seluruh energinya.

Saat ini, ia jauh dari putrinya yang berada di Korea Selatan. Sambil duduk  di salah satu coffee shop di Indonesia, ia berkata kepada saya, “Seandainya waktu bisa diulang, saya akan peluk dan cium anak saya sebanyak yang saya bisa”, katanya menahan air mata. “Waktu melihat Nancy memeluk dan mencium anak-anak setiap sore pulang kerja, hati saya menangis. Hal itu yang tidak pernah saya lakukan dulu.”

Ibu ini telah memberikan pelajaran yang berharga bagi seorang ibu dan wanita pekerja seperti saya.

1. Kasih Bukan Tanda Kelemahan

Menunjukkan kasih kepada anak-anak Anda bukan berarti melatih mereka untuk lemah dan tidak mandiri. Sebaliknya, kasih menguatkan. Anak-anak perlu tahu bahwa orangtua mereka mengasihi mereka dan ini tidak bisa dilakukan jika orangtuanya bersikap dingin dan kaku. Ekspresikan kasih, pujian dan dukungan buat anak-anak Anda. Apa yang Anda lakukan sekarang bak investasi yang akan Anda nikmati nantinya di masa yang akan datang.

2. Kasih Tidak Bisa Ditunda

Seorang yang membuat roti dan memanggangnya tapi kemudian ingat bahwa ia lupa membubuhkan garam tidak bisa menambahkannya setelah roti itu jadi. Sama seperti cinta kasih, jika Anda tidak memberikannya selagi anak-anak Anda kecil, Anda tidak bisa menambahkannya nanti ketika mereka dewasa. Harta bisa disimpan, investasi bisa ditabung, tapi kasih tidak bisa ditunda. Ia harus diberikan pada waktunya karena menunda berarti terlambat.

3. Kasih Manusia Tidak Sempurna

“Mama tidak bisa mengganti apa yang dulu sudah hilang, tapi mama percaya Yesus ada saat itu” tulis Ibu Kim kepada anaknya yang jauh. “Kasih mama tidak sempurna, tapi kasih Yesus selalu sempurna”, lanjutnya.

Benar, meskipun kita berusaha menjadi orangtua yang baik tetapi tetap ada kekurangan, kesalahan dan ketidakseimbangan. Banyak yang terjadi bukan karena kesengajaan tapi karena ketidaktahuan. Jadi, jangan merasa bersalah jika Anda gagal menjadi orangtua yang baik. Kasih manusia memang tidak sempurna tapi kasih Yesus itu sempurna. Doakan dan serahkan hidup anak-anak kita kepada Tuhan. Ajarkan mereka tentang kasih yang sempurna itu.

4. Harga Untuk Kasih Yang Sempurna

Untuk memberikan kasih yang sempurna itu harganya tidak murah. Yesus harus menjadi manusia dan mati di kayu salib. Hanya pengorbanan dari seorang manusia yang sempurna dan tanpa cela yang dapat mengampuni dosa seluruh manusia. Itulah yang dilakukan Yesus. Paskah adalah waktu bagi kita untuk merenungkannya.

Penulis adalah seorang konselor profesional dan juga penulis buku "Turning Hurt Into Hope" (Metanoia 2009).

Sumber : Nancy Dinar
Halaman :
1

Ikuti Kami