NATO Salah Tembak Saat Melakukan Serangan Udara di Libya

Nasional / 8 April 2011

Kalangan Sendiri

NATO Salah Tembak Saat Melakukan Serangan Udara di Libya

Lois Official Writer
3108

Seorang pemimpin pasukan pemberontak di Libya mengklaim bahwa Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sudah meminta maaf atas insiden salah tembak saat melakukan serangan udara di antara kota Ajdabiya dan Brega. Menurut stasiun berita ABC, Jumat (8/4), permintaan maaf itu sudah diterima oleh salah seorang pimpinan pemberontak, Suleiman Rafardi. Sayangnya, permintaan maaf itu belum cukup meredakan kemarahan pemberontak. Mereka sudah terlanjur marah dengan NATO, yang tidak cermat membedakan mana teman dan lawan.

“Bukannya menyerang pasukan Khadafy, NATO malah menembaki kami,” ujar Rafardi. “Seharusnya mereka mengenali kami di garis depan, bukan menyerang dan menghancurkan kami,” lanjut Rafardi. Menurut kantor berita Associated Press (AP), serangan udara salah sasaran itu terjadi di luar Brega, kota strategis yang menjadi pelabuhan minyak, pada Kamis waktu setempat.

Hal ini membuat jumlah korban salah sasaran bertambah menjadi sedikitnya 13 orang dan 10 lainnya terluka. NATO sendiri belum memberi konfirmasi apakah telah menyadari kesalahan dan meminta maaf kepada pemberontak dan baru berjanji akan melakukan penyelidikan.

Menurut seorang anggota pemberontak, NATO seharusnya tidak hanya melakukan serangan udara, tapi juga harus mengirim senjata kepada pemberontak. “Sekutu dan Dewan Keamanan PBB harus bantu mempersenjatai kami,” katanya. Namun permintaan itu saat ini sulit terwujud. NATO menyatakan hanya menjalankan operasi militer berupa penerapan zona larangan terbang bagi pesawat tempur Libya sekaligus melindungi warga sipil dari serangan pasukan Khadafy, hal ini sesuai dengan mandat dari resolusi Dewan Keamanan PBB 1973.

Peperangan sepertinya semakin memanas di Libya, anjuran Paus Benediktus dan masyarakat dunia untuk menjaga perdamaian sepertinya tidak ada artinya. Tampuk kekuasaan yang dipegang Khadafy hendak teguh dipegang, di lain sisi pemberontak menginginkan hal yang berbeda. Rakyat yang menderita dan menjadi korban. Perdamaian susah dicari di sana, padahal bukankah mereka semua adalah saudara?

Sumber : vivanews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami