Gereja Presbiterian Membebaskan Pendeta Gay Dari Hukuman

Internasional / 2 March 2011

Kalangan Sendiri

Gereja Presbiterian Membebaskan Pendeta Gay Dari Hukuman

Lestari99 Official Writer
3590

Dalam sebuah keputusan yang terpisah, panel yang diadakan Gereja Presbiterian (Amerika) pada hari Senin membebaskan mitranya yang juga seorang pendeta homoseksual, dengan tuduhan melanggar konstitusi gereja.

Panel dari para presbiteri dari area Twin Cities menghasilka suara 3-3 setelah sidang di Gereja Presbiterian Oak Grove. Hasil pemungutan suara tersebut jauh lebih rendah dari yang diharapkan, yaitu diperlukan 2/3 suara untuk menghukum Rev. Erwin Barron.

Sebuah tuntutan diajukan terhadap Barron setelah ia menikahi pasangan gay-nya, Roland Abellano di tahun 2008, beberapa bulan setelah pernikaha sesama jenis dilegalkan di sana.

Tak lama setelah menikah, Barron menulis beberapa komentar yang berbobot dalam perdebatan homoseksualitas di Gereja Presbiterian (Amerika) – denominasi presbiterian terbesar di negara itu. Barron menyarankan agar gereja tidak memulainya dari Alkitab saat mengatasi permasalahn homoseksual ini.

“Dalam perdebatan kami di Gereja Presbiterian tentang masalah homoseksual, jika kita memulainya dengan Alkitab, kita selalu hanya akan mencapai jalan buntu yang terpolarisasi,” tulisnya. “Diskusi alkitabiah seringkali justru memecah belah. Saat kita memulainya dengan Alkitab, kita tidak memulainya dari tempat yang netral bagi semua pihak.”

Daripada Alkitab, titik awal untuk mendiskusikan masalah homoseksualitas, tegasnya, harus dimulai dari “pengalaman pribadi dimana kita semua saling berbagi”.

Sementara orang protestan selalu melihat kepada Firman Tuhan untuk menjadi patokan hidup, Barron berpendapat bahwa Alkitab bukanlah satu-satunya sumber otoritas moral.

“Kami juga melihat kelanjutan dari pewahyuan Tuhan melalui pengalaman hidup kami, melalui sejarah dan tradisi, melalui ilmu pengetahuan, melalui penalaran dan melalui setiap peristiwa dalam kehidupan sehari-hari untuk membimbing kita. Alkitab dan pengalaman keduanya harus membimbing keputusan moral yang kita ambil. Dan hanya mengandalkan salah satu tanpa yang lainnya dapat berbahaya dan ofensif,” ujarnya.

“Pengalaman seharusnya memimpin kita kepada Alkitab dan bukannya memulai dengan Alkitab serta mengabaikan pentingnya pengalaman pribadi.”

Baron bersaksi pada hari Senin bahwa pernikahannya di tahun 2008 telah direncanakan sehingga gereja memberkati pernikahannya namun tidak menyadarinya.

“Saya tidak memikirkan diri saya menikah di hadapan gereja,” ujarnya, menurut Minneapolis Star Tribune.

Jaksa Brian Wood berpendapat bahwa pernikahan sejenis masih merupakan pelanggaran yang jelas dari konstitusi gereja, yang juga melarang pendeta gay dan lesbian non selibat dan juga mendefinisikan pernikahan harus antara pria dan wanita. Definisi ini ditegaskan kembali oleh badan legslatif tertinggi Gereja Presbiterian (Amerika) pada tahun lalu.

Keputusan panel di hari Senin itu kemungkinan akan mengajukan banding.

Manusia zaman sekarang seringkali melakukan dosa secara terang-terangan namun terus mencari pembenaran atas setiap perilaku yang dilakukannya. Alkitab sudah mengatakan hal ini sejak ribuan tahun lalu. Jalan orang benar menurut pandangannya sendiri namun ujungnya menuju maut.

Sumber : christiantoday
Halaman :
1

Ikuti Kami