Seks Dan Rasa Hormat Dalam Pernikahan

Marriage / 15 February 2011

Kalangan Sendiri

Seks Dan Rasa Hormat Dalam Pernikahan

Lestari99 Official Writer
4481

Jika Anda perhatikan, pria dan wanita sangat berbeda. Kita jelas sangat berbeda dalam hal cara pandang, cara berpikir dan berperilaku. Kita juga berbeda dalam menyelesaikan masalah, bagaimana berurusan dengan emosi, dan sangat berbeda dalam pendekatan untuk berhubungan intim.

Perbedaan ini sangat terasa di area seksual. Secara umum, pria biasanya mengambil keputusan singkat untuk berhubungan seks – spontan. Wanita, di sisi lain, perlu pemanasan secara perlahan. Pasangan yang gagal memahami perbedaan itu, dan menghargainya, sudah dipastikan akan mengalami masalah serius.

Seorang wanita mengirimkan surat kepada saya seperti ini:

Suami dan saya adalah orang Kristen yang setia. Saya rindu agar kami berdua dapat berdoa bersama setiap hari – meskipun hanya untuk lima menit terhubung dan berdoa satu sama lain, anak-anak kami, dll. Dia tidak mau melakukannya. Selama bertahun-tahun saya telah mengatakan keinginan ini dengan penuh rasa hormat akan kebutuhan ini – bagaimana hal ini akan sangat berdampak bagi saya secara spiritual, mental, emosional, bahkan pada level seksual. Saya telah mencoba berbagai pendekatan yang berbeda bahkan memakai ayat Alkitab bahwa hal itu penting. Tidak berdoa bersama membuat saya merasa tidak didukung, tidak dilindungi, dan berputar dengan masalah sendirian.

Pada saat yang sama, suami saya ingin berhubungan seks beberapa kali dalam seminggu. Hal ini menjadi tantangan bagi saya yang harus meresponinya selama beberapa kali, karena ‘mesin saya tidak ada oli maupun bahan bakar’, dan saya sering mencobanya. Ia membangunkan saya di malam hari untuk berhubungan seks, yang membuat saya jatuh secara emosional. Selesai melakukannya, ia akan berguling dan pergi tidur sementara saya terjaga selama beberapa jam berikutnya dan keesokan harinya saya berantakan karena merasa lelah dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Saya telah menunjukkan kepadanya bahwa seks penting dalam pernikahan, namun berdoa bersama juga sama pentingnya bagi pernikahan. “Bagaimana kalau kita berhubungan seks sesering kita berdoa bersama?” Tolong saya. Masalah ini terus berlangsung, tidak pernah berheni dan sangat melukai saya! (Dari seseorang yang membutuhkan keintiman emosional)

Keprihatinan Anda tentu saja bukanlah suatu hal yang baru. Banyak wanita yang merasa marah dan tidak dilindungi ketika mereka kurang merasa kedekatan emosional, yang terasa seperti kebutuhan untuk keintiman seksual bagi pria. Doa tentu saja merupakan cara yang penting untuk pria dan wanita terhubung, dan saya tidak terkejut Anda membutuhkan keintiman emosional/spiritual ini untuk bergerak ke area seksual. Tanpa koneksi emosional/spiritual ini, Anda merasa dimanfaatkan dari segi seksual.

Di sisi lain, suami Anda tidak bermaksud memanfaatkan Anda. Pria dan wanita memiliki kabel yang berbeda, dan kita harus menghargai perbedaan itu. Karena kita begitu berbeda, lalu apakah jawaban dari permasalahan ini?

Pertama, baik pria maupun wanita perlu memahami dan menghargai perbedaan. Tuhan menciptakan kita secara berbeda, dan kita harus memahami hal ini. Kegagalan untuk benar-benar menghargai perbedaan ini akan membuat kita merasa marah dan salah dimengerti. Ketika kita memahami bagaimana pria dan wanita diciptakan, jauh lebih kecil kemungkinannya bagi kita untuk menanggapi setiap tindakan mereka secara personal.

Untuk pria, kita harus mewaspadai perasaan terhukum saat wanita membagikan kebutuhan mereka akan kedekatan emosional sebelum keintiman seksual. Bagi wanita, jangan dimasukkan hati ketika pria terangsang tanpa merasa perlu terlibat dalam iklim emosional pernikahan.

Kedua, pria dan wanita harus dapat mengarahkan perbedaan-perbedaan ini secara efektif. Memahami perbedaan ini, pria dan wanita masih harus belajar agar dapat bekerja sama satu sama lain. Wanita harus memahami pentingnya keintiman seksual bagi seorang pria, dan pria harus memahami bahwa wanita hanya dapat meresponi hubungan seksual ketika menerima perhatian yang layak. Keintiman spiritual merupakan cara yang mengagumkan untuk terhubung dengan pasangan kita, dan seringkali akan menyebabkan keintiman yang lebih dekat baik secara fisik maupun emosional.

Ketiga, kita dapat membantu pasangan kita menjadi orang yang kita inginkan dengan menanggapi hubungan seksual secara sehat. Wanita dapat membantu pria memenuhi kebutuhan mereka dengan menjadikan kebutuhan itu menjadi jelas. Pria tidak dapat membaca pikiran wanita, dan tidak adil mengharapkan mereka untuk melakukan hal itu.

Pria perlu terus-menerus diingatkan pentingnya keintiman emosional bagi kesejahteraan seksual. Perjelas kebutuhan Anda dengan kata-kata penguatan, daripada mengkritiknya, karena pria cenderung merespon dengan lebih efektif bila didorong untuk terlibat secara emosional dalam pernikahan.

Pria dapat membantu pasangan mereka untuk merespon dengan menciptakan suasana emosional yang aman. Dengan terlibat dengannya secara rohani, Anda menciptakan lingkungan yang aman baginya untuk meresponi hubungan seksual. Dengan membiarkannya tahu bahwa Anda menginginkan kerohanian dan emosionalitas dirinya, Anda membiarkan ia tahu akan nilai dirinya yang utuh – bukan hanya sekedar obyek seksual.

Singkatnya, tidak ada cara yang tepat untuk berperilaku seksual. Kita telah memiliki kabel berbeda untuk meresponi dengan cara tertentu, tapi kita dapat bertumbuh melampaui kecenderungan alami. Kita dapat mengasihi pasangan kita seperti yang digambarkan Alkitab – “berkorban bagi satu sama lain di dalam kasih” (Efesus 5:21).

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami