Christy Marshal : Tega Menyakiti Orang Tua Demi Narkoba

Family / 14 December 2010

Kalangan Sendiri

Christy Marshal : Tega Menyakiti Orang Tua Demi Narkoba

Daniel Official Writer
8591

Kehidupan remaja ibu kota yang carut marut membuat gejolak jiwa muda Marshal tertantang untuk membuktikan jati dirinya dengan cara yang salah. Suatu hari Marshal ditawari satu botol minuman oleh teman-temannya. Pertama Marshal minum, rasanya mau muntah karena minuman itu pahit sehingga teman-temannya mencampur minuman tersebut dengan pemanis. Meskipun masih mau muntah, Marshal tetap mencoba meminumnya karena malu sama teman-temannya dianggap anak baru kemarin.

Hanya demi gengsi dan harga diri, akhirnya Marshal membuktikan dirinya tidak bisa dipandang sebelah mata. Hari demi hari minuman keras sudah menjadi menu utama bagi Marshal dan akibat pengaruh minuman terkutuk tersebut sebuah aksi anarkis pun siap dilampiaskan.

"Kita minum satu sloki atau dua sloki ataupun satu botol itu rasanya sudah seperti jagoan mau berbuat apapun terserah kita. Pokoknya kalo ga tawuran, sekolah kita berarti pecundang. Jadi setiap hari tawuran." kata Marshal memulai kisahnya.

Tak puas meracuni tubuhnya dengan barang haram, Marshal pun muali tertarik menggunakan barang haram lainnya. Melalui temannya. Marshal mulai membeli sabu-sabu.

"Saya isep kok batuk, di dada seperti ada yang menganjal. Kayaknya berat untuk keluar tetapi saya pikir adalah hal yang biasa." ungkapnya

Marshal pun mulai tengelam dalam kenikmatan yang semu dan untuk memuaskan keinginan sesatnya itu apapun akan dia lakukan termasuk akan melukai hati kedua orang tuanya.

"Saya tidak dikasih duit sama orang tua, tapi mereka tidak memberikan alasan apa-apa. Saya bilang saya mau duit hari ini tetapi papanya tidak memberikannya. Saya lihat ada gunting, saya mau tusuk papa saya".

Gunting itu diletakkan di leher papanya tetapi mamanya menahannya. Karena tidak bisa menahan kemarahannya akhirnya dia melampiaskan kepada barang-barang yang ada di rumahnya. Apapun dibantingnya.

"Saya banting semua yang ada di rumah saya, Mesin jahit orang tua saya, apapun yang bisa saya banting. Akhirnya setelah adem-adem dikasih-kasih juga duit."

Kini Marshal makin terpuruk menjadi budak narkoba. Pemakaian sabu-sabu yang yang mengila mengubah total hidupnya dalam sekejap. Sampai pada tahun 1998, terjadi kerusuhan. Melihat kondisi yang sangat kacau balau, Marshal pun tak menyia-yiakan kesempatan itu untuk memuaskan keinginanannya.

Marshal menjarah toko bangunan di dekat rumahnya, diambilnya bahan-bahan bangunan  seperti semen, cat. Karena orang tuanya tidak mengizinkan barang-barang itu disimpan di rumah, akhirnya Marshal berpikir untuk menjual barang-barang itu dan uang hasil penjualan dipakai untuk membeli sabu-sabu.

"Hampir setiap hari saya mengkonsumsi sabu-sabu. Saya berpikir saya mau berhenti, saya bilang begitu dalam hati, 'saya mau berhenti!' ,tapi saya tidak tahu caranya." kenangnya

Mengetahui Marshal adalah seorang pemakai narkoba berat, orang tuanya pun mengatur strategi untuk menolong Marshal. Melalui bantuan saudaranya, Marshal diajak untuk bertemu ayah ibunya di rumah saudaranya tersebut. Ketika Marshal sampai di rumah saudaranya dan mendapati papa mamanya tidak ada, Marshal memutuskan untuk pulang.

Tetapi ketika Marshal akan keluar dari rumah saudaranya itu, tiba-tiba ada seorang yang tidak dikenal melarangnya keluar, dia heran kenapa orang itu melarangnya keluar. Sesaat kemudian omnya masuk, dan menyuruh orang tersebut menangkap Marshall. Saat itu ada ketakutan bercampur kebingungan yang mulai menjalar dalam jiwa Marshal. Sampai akhirnya Marshall tiba di suatu tempat yang asing baginya.

"Saya berpikir ini adalah rumah untuk anak-anak nakal bukan rehabilitasi. Paling saya taruh di sini sebulan, dua bulan."

Tetapi setelah tiga hari berada di situ dia baru tahu bahwa rumah tersebut adalah rumah rehabilitasi. Dia terkejut dan berpikir akan membalas kepada orang tuanya.

"Saya akan balas kepada orang tua. Saya akan Keluar dari sini, saya akan lebih lagi perlihatkan kepada orang tua bahwa ga ada kata maaf buat orang tua, saya akan kembali kepada kehidupan  saya lagi. Pokoknya saya tidak mau berubah."

Saat itu hanya kebencian dan luka yang mengisi relung hati Marshal, namun dalam keterpurukannya Marshal tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

"Disitu saya mau bunuh diri tetapi tangan saya diborgol. Saya sudah getok-getok kepal ke tembok. Pokoknya buat yang aneh-aneh, biar bisa keluar dari ruangan isolasi ini tetapi dicuekin sama mereka. Bahkan penjaga bilang, terserah kamu didalam, mau ngapain ga ada yang peduli. Mau matipun situ ga ada yang peduli."

Akhirnya timbul rasa takut mati karena jika dia mati tidak ada yang peduli. Menyadari hal tersebut dia mulai diam dan tidak lagi berbuat macam-macam.

Beberapa waktu kemudian, orang tua Marshal datang untuk menjenguk tapi sikap yang tidak menyenangkan ditunjukan Marshal kepada mereka.

"Datanglah mereka  ke situ, besuk, bawa kue ulang tahun, bawa sepatu bola karena orang tua saya tahu saya hobi main bola." kenangnya.

Tetapi Marshal tidak mau menerimanya, dia malah lempar sepatu bola yang mereka berikan. Karena melihat sikapnya yang tidak mau terima, orang tuanya berbicara sebentar dengan pembina dan langsung pulang.

"Setelah sampai pintu gerbang, saya teriak sama org tua saya ‘Ngapain kesini lagi ga perlu!' tetapi saya perlu orang tua saya, ada satu penolakan tapi saya rindu. Saya ingin ngomong pada orang tua saya tapi saya tidak bisa."

Suatu hari Marshal mengikuti sebuah ibadah di panti tersebut. Dan sebuah pengalaman yang luar biasa dialami Marshal.

"Di situ saya mulai, kok badan saya , darah saya ini dari kaki naik. Saya berdoa sama Tuhan,'Tuhan, ini apa, saya ga tahu, saya ga ngerti, saya ga kuat.' Tiba-tiba air mata saya keluar sendiri." Dia mendengar suara yang berkata ,"Kamu harus  cari Saya."

Marshal membuka matanya, namun tidak ada apa-apa. Saat itu jiwa raga Marshal merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya.

"Walaupun saya pengin buka mata tetapi dalam hati saya, saya tidak mau buka mata, saya mau lihat ada awan-awan begitu banyak yang menghujani saya, yang memperbarui saya. Saya merasakan ada damai sejahtera, saya berdoa,'Tuhan ampuni saya.' karena kesalahan saya telah menyakiti orang tua, membohongi orang tua."

Akhirnya berangsur-angsur Marshal mampu lepas dari jeratan narkoba. Lima tahun kemudian dia menikah dan dikaruniai seorang putri. Marshal pun telah meminta maaf kepada kedua orang tuanya atas perbuatnnya di masa yang lalu. Kini dia dapat melihat kehidupannya jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Saya yakin saya tidak akan balik lagi untuk ke dunia narkoba ini karena saya minta pimpinan tuhan, minta rahmat Tuhan yang baru setiap pagi buat saya. Itu yang membuat keyakinan saya TuhanYesus sebagai sahabat sejati saya. Tuhan sudah mengangkat saya dari dosa saya yang begitu luar biasa tapi tuhan sudah pulihkan melalui tangan kasih setianya. Karena Tuhan  begitu baik buat saya, Dia adalah sahabat saya sampai sekarang." Marshal mengucapkan syukur dan menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan 14 Desember 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Sumber Kesaksian:

Christy Marshal

Sumber : V100118113542
Halaman :
1

Ikuti Kami