Vatikan : Bukan Jamannya Israel Klaim Wilayah Karena Alkitab

Internasional / 25 October 2010

Kalangan Sendiri

Vatikan : Bukan Jamannya Israel Klaim Wilayah Karena Alkitab

Lois Official Writer
4060

Saat ini, Israel dan Palestina belum melanjutkan lagi pembicaraan damai karena Israel menolak memperpanjang pembekuan perumahan di Yerusalem Timur. Sejak itu, Israel telah mengumumkan rencana untuk membangun lagi 238 rumah di dua lingkungan Yerusalem Timur, yang menimbulkan kecaman dari Palestina dan para pemimpin dunia. Banyak pemukim Yahudi dan kelompok sayap kanan di Israel mengklaim hak-hak mereka terhadap Tepi Barat yang diduduki. Yahudi menyebut negara itu Yudea dan Samaria sebagai bagian dari sejarah dimana wilayah itu diberikan kepada orang-orang Yahudi oleh Tuhan.

Para uskup dari wilayah Timur Tengah berkumpul di Vatikan selama dua pekan hanya untuk membahas masalah Israel-Palestina dilihat dari sisi Alkitab. Mereka akhirnya menyimpulkan bahwa Israel tidak dapat menggunakan konsep alkitabiah mengenai ‘tanah yang dijanjikan’ atau ‘orang terpilih’ untuk membenarkan pemukiman baru di Yerusalem sehingga membuat klaim daerah teritorial mereka. “Jalan lain untuk posisi teologis dan alkitabiah yang menggunakan Firman Tuhan untuk membenarkan sebuah ketidakadilan tidak dapat diterima,” demikian pernyataan Keuskupan.

Uskup Agung Yunani Cyrille Salim Bustros mengatakan umat Kristen tidak dapat berbicara tentang tanah yang dijanjikan bagi bangsa Yahudi. “Tidak ada lagi orang yang dipilih. Semua pria dan wanita dari semua negara adalah umat pilihan. Konsep tanah yang dijanjikan tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk pembenaran kembalinya orang Yahudi ke Israel dan mengusir Palestina,” paparnya.

“Kami telah merenungkan situasi kota suci Yerusalem. Kami cemas mengenai inisiatif sepihak yang mengancam perdamaian dan berisiko untuk mengubah keseimbangan demografis,” demikian kata mereka. Karena itu, mereka berharap solusi antar dua negara bagi perdamaian Israel dan Palestina tersebut dapat diwujudkan dan menyerukan agar perdamaian harus diupayakan untuk menghentikan eksodus pemeluk Kristen dari wilayah tersebut.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Israel Yigal Palmor mengatakan perselisihan teologis atas interpretasi dari kitab suci sudah tidak ada sejak abad pertengahan. “Rasanya bukan tindakan yang bijaksana untuk menghidupkan kembali hal itu,” pungkasnya. Vatikan juga mendesak agar Yerusalem memiliki status khusus yang menghargai karakter khusus yang agama monoteis besar yang ada, Islam, Kristen, dan Yudaisme.

Sumber : republika/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami