Sinetron Remaja Dorong Toleransi Beragama di Libanon

Internasional / 12 October 2010

Kalangan Sendiri

Sinetron Remaja Dorong Toleransi Beragama di Libanon

daniel.tanamal Official Writer
3066

Kilna Bil Hayy (Semua Kita Bertetangga) adalah sebuah sinetron atau drama televisi mingguan di Libanon yang mengisahkan cerita enam anak yang tinggal di lingkungan yang sama dan sekolah di tempat yang sama. Anak-anak ini berasal dari latar belakang agama dan etnis yang berbeda, yang ada di Lebanon: Lara anak Druze, Kevin anak Kristen, Nadim anak Sunni, Sara anak Syiah, Muhammad anak Palestina, dan Pateel anak Armenia.

Musim kedua drama itu memulai pengambilan gambar Agustus lalu dan menampilkan sejumlah pemain baru. Enam aktor utamanya dipilih dari kelompok agama dan etnis mereka sendiri untuk menghindari tudingan bahwa kelompok tertentu keliru diwakili oleh kelompok lain. Masing-masing dari enam tokoh utama itu tetap menggunakan nama pertama mereka dalam skrip drama. Namun, tokoh-tokoh tambahan dipilih murni berdasarkan kemampuan akting mereka dan, dalam banyak kesempatan, mereka memainkan peran seseorang dari luar agama atau etnisnya. 

Kini di musim keduanya, tayangan ini akan menampilkan 13 episode yang menyinggung beragam isu. Semua episode ini didasarkan pada tema penerimaan terhadap orang lain. Ceritanya berkisar mengenai pengenalan orang lain dalam hal perbedaan agama, perbedaan sosial ekonomi, kesehatan dan cacat fisik, serta usia tua. 

Tayangan ini diciptakan dan diproduksi oleh organisasi nonpemerintah Search for Common Ground (SFCG), dengan pendanaan dari Kementerian Luar Negeri Norwegia. Drama ini ditulis oleh Jean Kassis, seorang profesor di Universitas Lebanon yang juga ketua Actors Union, dan disutradarai oleh Elie Habib. 

Tayangan ini mendukung sepenuhnya pesan toleransi dan meyakini bahwa tayangan yang berorientasi pada —dan diperankan—oleh remaja adalah jalan terbaik menyampaikan pesan ini ke khalayak. “Ini negeri yang indah,” kata Pateel Hadidian, yang berusia 14 tahun. “Jika orang-orang bisa berhenti saling bertengkar, mereka akan mengerti Libanon itu seperti apa.” 

Diskusi-diskusi kelompok terarah memberi penilaian positif bagi musim pertamanya, karena toleransi memang isu yang sangat pas di negara rapuh seperti Libanon. Namun, sebagian orang boleh jadi menyatakan bahwa pertunjukan ini terlalu ambisius di sebuah negara di mana ketegangan—dan identitas—sektarian dan etnis sering mewarnai kehidupan sehari-hari. 

Search for Common Ground yakin bahwa meskipun gagasan ini dinilai idealis oleh sebagian orang, budaya toleransi harus dimulai. Diskusi-diskusi kelompok terarah juga menunjukkan bahwa sebagian orang memandang tidaklah realistis ada enam kelompok berbeda tinggal di daerah yang sama, namun masukan dari kelompok-kelompok itu juga menunjukkan bahwa Kilna Bil Hayy telah berhasil mengubah perilaku. Karena banyak anak di Lebanon menerima pandangan orangtua mereka, mereka justru bisa fokus pada apa yang mereka miliki bersama dan menerima perbedaan, sementara orangtua mereka menjadi target audiens tidak langsung.

 

Sumber : CG.com/dpt
Halaman :
1

Ikuti Kami