Lihatlah Wasior, Tolong Jangan Rusak Lingkungan Lagi!

Nasional / 8 October 2010

Kalangan Sendiri

Lihatlah Wasior, Tolong Jangan Rusak Lingkungan Lagi!

Lois Official Writer
3103

Bencana banjir bandang di Wasior, ibukota Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat pada hari Senin (4/10) pekan ini merupakan bencana ekologis akibat dari pembalakan dan pertambangan. Bencana berpotensi berulang di Papua Barat karena hutannya telah dijadikan konsesi industri ekstratif. Juru kampanye air dan pangan Eksekutif Nasional Walhi, M. Islah, menyatakan pembalakan hutan di sana telah dimulai awal 1990-an. Pembalakan sempat terhenti tahun 2001, pasca kasus pelanggaran HAM berat di Wasior.

Irhash Ahmady, Manager Desk Bencana Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyatakan respon pemerintah atas bencana Wasior tidak boleh berhenti pada penanganan bencana dan korban. “Pemerintah harus tangani penyebab bencana. Hutan rusak akibat pertambangan dan pembalakan, termasuk konsesi HPH (Hak Pengusahaan Hutan),” kata Irhash di Jakarta, Kamis (7/10).

Menurut Ketua Institut Hijau Indonesia (IHI) Chalid Muhammad, tahun 2009 pemerintah menerbitkan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu) di Papua Barat seluas 3.5 ha, termasuk izin menebang 196.000 ha di Kabupaten Teluk Wondama. Hutan seluas 3.9 juta hektar dibebani HPH bagi 20 perusahaan, 16 perusahaan tambang mineral (total luasnya 2.7 juta hektar). Ada juga izin pertambangan minyak dan gas di darat dan laut seluas 7.2 juta hektar. Jadi, 11.54 juta hektar wilayah Papua Barat nyaris habis terbagi. Hal inilah yang memperbesar bencana datang karena lingkungan rusak parah.

Hingga pukul 06.15 WIT (Waktu Indonesia Timur), jumlah korban meninggal yang ditemukan dari lokasi bencana banjir bandang Distrik Wasior, Papua Barat, mencapai 95 orang. Jumlah itu terungkap dalam laporan Posko Palang Merah Indonesia atau PMI di Distrik Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, yang diterima di Kompas.com, Jumat (8/10).

Menurut La Abidin, Sekretaris PMI daerah Papua Barat, sebanyak 1.061 orang mengalami luka, dan 76 orang masih dinyatakan hilang. Sementara pasien yang dirujuk ke Nabire mencapai 87 orang (tiga di antaranya meninggal dalam penanganan di rumah sakit). Mereka dievakuasi dengan menggunakan helikopter.

Tindakan yang dilakukan tim Satuan Penanggulangan Bencana PMI saat ini adalah mencari korban-korban yang tertimbun, pendataan pengungsi, dan penyemprotan vektor di lokasi penemuan mayat. Penyemprotan dilakukan karena di lokasi mulai muncul bau menyengat yang dikuatirkan akan menyebar wabah penyakit.

Saat ini, arus pengungsi yang meninggalkan Distrik Wasior juga terus berlanjut. Umumnya warga mengungsi ke kabupaten terdekat, seperti Nabire dan Manokwari, dengan kapal laut.

Sumber : kompas/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami