Libya Membebaskan Misionaris Korea Selatan

Internasional / 4 October 2010

Kalangan Sendiri

Libya Membebaskan Misionaris Korea Selatan

Lestari99 Official Writer
3796

Negara Afrika Utara Libya telah membebaskan dua orang tahanan warga Korea Selatan – termasuk seorang pendeta – yang telah ditangkap pada musim panas ini atas dugaan keterlibatan mereka dalam kegiatan misionaris, seperti dilaporkan oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Seoul.

Salah satu di antaranya adalah seorang pendeta Protestan yang hanya diidentifikasikan bermarga Koo, ditangkap pada bulan Juni karena melanggar hukum agama di negara mayoritas Muslim, yang melarang pengajaran lain selain Islam. Pria lainnya yang diidentifikasi bermarga Jeon, ditangkap bulan berikutnya karena membantu Koo, termasuk membawa buku-buku Kristen dan bahan lainnya bagi pekerjaan misionaris ke negara tersebut.

Korea Selatan, sebagai negara pengirim misionaris terbesar kedua di dunia, tidak merasa aneh dengan keadaan yang menimpa kegiatan para misionarisnya. Kasus di Libya menjadi rumit karena baru-baru ini telah terjadi pengusiran pejabat Kedubes Korea Selatan dengan dugaan mengumpulkan informasi mengenai pemimpin Libya dan juga informasi dalam area sensitif lainnya.

Meskipun Seoul membantah tuduhan Libya bahwa pejabat kedutaannya adalah seorang agen intelijen dan menyatakan operasi tersebut hanya merupakan bagian dari pengumpulan informasi terhadap Korea Utara, namun Libya menghentikan kegiatan kedutaannya di Seoul secara de facto, memaksa para pengusaha Korea Selatan mendapatkan visa ke Libya dari kedutaannya di negara lain.

Hubungan Libya dan Korea Selatan semakin tegang dengan terjadinya penangkapan pendeta yang diliput oleh media pemerintah.

Bisa dibilang sejarah hubungan di antara kedua negara ini cukup buruk, karena selama 30 tahun ini tidak ada kesepakatan yang dibuat di antara kedua belah negara. Hal ini disampaikan oleh utusan Seoul, anggota parlemen Lee Sang-deuk, yang juga kakak dari Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak.

“Saya akui bahwa proses negosiasi itu menyakitkan,” ujar Lee kepada para wartawan setelah tiba di bandara Internasional Incheon, Korea Selatan, sepulangnya dari perjalanan ke Libya. “Tapi percayalah reputasi bisnis Korea yang diperoleh dari Libya dan orang-orangnya dalam tiga dekade terakhir banyak membantu.”

Tanpa menjelaskan, Lee mengatakan ia bertanggungjawab atas insiden pengusiran pada bulan Juni lalu dalam pertemuannya dengan pemimpin Libya Moammar Gadhafi Kamis lalu. Lee juga mengatakan pemerintah akan mengambil langkah-langkah yang relevan untuk kemungkinan membuat permintaa maaf dan untuk mencegah insiden seperti ini kembali terjadi di masa yang akan datang.

“Terima kasih atas kunjungan Perwakilan Lee Sang-deuk dalam usahanya melalui saluran diplomatik dan intelijen, kami pun mendapatkan jalan keluar atas kasus ini,” ujat juru bicara Departemen Luar Negeri Kim Young Sun kepada para wartawan.

“Kami menggunakan insiden ini sebagai pelajaran, kami berharap untuk memperkuat pertukaran ekonomi dan sumber daya manusia dengan Libya, dimana kami merayakan 30 tahun hubungan diplomatik dengan Libya di tahun ini,” tambahnya.

Menurut Kementerian Luar negeri, kedua misonaris tersebut dibebaskan dan diserahkan kepada keluarganya pada Sabtu malam waktu Libya, dalam pengawasan pejabat kedutaan besar Korea Selatan di Tripoli. Kementerian tersebut mengatakan Libya mengizinkan kedua misionaris tersebut tinggal di Libya jika mereka mau – sebuah pilihan yang tidak umum bagi orang asing yang telah dituduh melakukan kegiatan misionaris. Mereka yang dicurigai melakukan kegiatan misionaris biasanya langsung dideportasi dari negara tersebut.

Sumber : christianpost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami