Jabar Daerah Konflik Antaragama Tertinggi Di Indonesia

Nasional / 25 September 2010

Kalangan Sendiri

Jabar Daerah Konflik Antaragama Tertinggi Di Indonesia

daniel.tanamal Official Writer
5209

Sebanyak 13 anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Hubungan Antaragama bertemu dengan Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan dan seluruh Muspida Jabar di Gedung Sate, Jln. Diponegoro Bandung, Kamis (23/9). Kedatangan Wantimpres tersebut selain utuk membahas masalah konflik antarumat beragama, juga untuk menyosialisasikan peraturan tentang kerukunan, kepatuhan masyarakat antarumat beragama. Apalagi, konflik/ketegangan antar-umat beragama di Jabar merupakan yang terbesar di Indonesia. "Berdasarkan data yang ada di kami, konflik atau ketegangan antar-umat beragama pada tahun 2008 sebanyak 28 kasus. Tujuh di antaranya terjadi di Jabar. Kasus yang terjadi tidak jauh berbeda seperti di Ciketing, Bekasi (HKBP). Konflik antar-umat beragama banyak terjadi di Jabar, karena wilayah Jabar cukup luas," ungkap pimpinan rombongan Wantimpres Bidang Hubungan Antaragama, K.H. Ma'ruf Amin.

Dikatakan Ma'ruf, penyebab terjadinya konflik/ketegangan antar-umat beragama karena masyarakat tidak menaati dan mematuhi aturan tentang keberagamaan/kerukunan umat beragama. "Makanya yang mendorong kami ke Jabar harmoni antar-umat beragama. Diharapkan dengan pertemuan kali ini bisa menambah kepatuhan masyarakat terhadap kerukunan beragama, menjalankan rambu-rambu agama, serta masyarakat bisa menjadi cara-cara penyebaran agama masing-masing," tegasnya.

Ia menjelaskan, di antara konflik yang mudah diprovokasi adalah konflik berlatar belakang agama. Begitu sensitifnya persoalan agama, sehingga konflik sosial dan ekonomi pun seringkali ditarik ke wilayah agama untuk mendapatkan dukungan yang lebih banyak dari pemeluknya.

"Konflik antar-umat beragama umumnya tidak murni disebabkan oleh faktor agama, melainkan oleh yang lainnya, seperti faktor ekonomi, politik, maupun sosial. Konflik ini tidak jarang terjadi karena persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaran agama yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Atau karena adanya salah paham di antara pemeluk agama," paparnya. Ma'ruf menambahkan, konflik internal umat beragama terjadi karena adanya pemahaman yang menganggap hanya aliran/mazhabnya sendiri yang benar dan menyalahkan yang lain, pemahaman yang diselewengkan (distorsi), atau pemahaman yang "bebas semau sendiri" tanpa mengikuti kaidah-kaidah yang ada.

Sementara itu, Heryawan tidak sependapat jika kasus konflik antarumat beragama di Jabar terbesar di Indonesia. "Selama ini Jabar aman-aman saja. Bahkan, dalam soal pemilu kita paling aman dibanding dengan daerah lain. Kalaupun ada konflik, tidak separah di daerah lain. Dalam hal ini kita harus melihat secara proporsional," jelas Heryawan. Rencananya, selama di Jabar setelah melakukan pertemuan dengan Gubernur dan Muspida Jabar, anggota Wantimpres hari ini akan melakukan kunjungan lapangan. Di antaranya ke Vihara Samudra Bakti, Gereja Katedral, Jln. Merdeka, dan Masjid Pusdai Jabar.

Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pluralisme melahirkan karakter apatis dan puritan terhadap toleransi beragama. Mari kembangkan lagi budaya gotong royong sebagai intisari Pancasila. konflik agama tertinggi sendiri adanya terletak pada hati dan pemikiran kita. Maukah kita membuka diri untuk pola pikir yang lebih sehat dan beradab seperti yang Kristus ajarkan?

Sumber : galamedia.com/dpt
Halaman :
1

Ikuti Kami